Karena cinta,
menerima apa adanya.❃.✮:▹ Ⱨ₳₱₱Ɏ ⱤɆ₳Đł₦₲ ◃:✮.❃
⋇⋆✦⋆⋇
Malam berangin dan dingin, sangat cocok jika kita menonton acara makan-makan di televisi, ditemani oleh secangkir coklat panas serta selimut tebal yang menghangatkan badan.
Hal itulah yang saat ini Clara lakukan di ruang keluarga, dengan Reno yang geram kepadanya. Bagaimana tidak? Sedari tadi Clara tak sama sekali mendengarkan ocehan demi ocehan mengenai persiapan pernikahan mereka satu bulan lagi.
"Ra, kamu dengerin aku ngomong nggak, sih?!"
"Ren, lo nggak usah sibuk mikirin itu, lah. Biar WO-nya aja yang mikirin itu, kita tinggal terima beres aja."
"Kamu lagi pengen ayam bakar?" tanya Reno membuat Clara menggeleng.
"Enggak."
"Terus, kenapa nonton acara kayak gitu?"
"Yang makan orangnya ganteng-ganteng, lumayan buat cuci mata."
Reno mengembuskan kasar napasnya. Kedua tangan kekarnya digunakan untuk menopang kepalanya, sembari matanya tetap fokus pada wajah cantik Clara.
Beberapa menit berlalu, tetapi Reno masih betah dengan posisinya sebelum akhirnya laki-laki itu memutuskan untuk keluar dari rumah entah ingin pergi ke mana.
Clara kira, ia akan sendiri menikmati coklat panas ditemani acara makan-makan di televisi, tetapi tanpa izin Reno mematikan televisi lalu duduk di depan Clara dengan membawa ayam bakar yang sama persis seperti yang ditayangkan di televisi.
"Ren, kok dimatiin, sih?!"
"Clara, aku ganteng nggak?" tanya Reno sembari menyisir rambutnya menggunakan sela-sela jarinya.
"Ngapain tanya gitu?"
"Jawab aja."
"Ya ganteng, lah. Kalau nggak ganteng gue nggak mau," lirihnya namun, masih dapat didengar oleh Reno.
Oh, kalau gitu, berarti kamu nggak cinta sama aku."
"Kok gitu?" tanya Clara sembari memasang wajah garang dengan kedua tangan ia letakkan di pinggang, persis seperti ibu-ibu komplek yang marah ketika anaknya pulang dengan wajah, tubuh, dan baju penuh dengan lumpur.
"Karena cinta, menerima apa adanya."
"Ya nggak gitu, Ren."
"Udah, nggak usah dibahas. Sekarang, kamu liatin aku makan aja."
Saat Clara hendak mengambil paha ayam bakar yang menggiurkan di depannya, Reno selalu menjauhkannya dari jangkauan Clara sehingga membuat gadis itu kesal.
"Ren, aku pengen ikutan makan."
"Nggak usah. Katanya tadi nggak kepingin, cuma mau cuci mata liat orang ganteng makan doang. Nah, aku kan ganteng. Jadi, kamu liatin aku makan aja, ya."
Mata Clara mengerjap pelan, dengan kasar, ia mengusap wajahnya menggunakan tangannya. Salahnya juga berbicara seperti itu dengan Reno. Tak ada yang bisa ia lakukan saat ini selain memendam keinginannya untuk memakan ayam bakar yang menggugah selera itu dengan memperhatikan calon suaminya makan dengan lahap.
⋇⋆✦⋆⋇
Clara dengan susah payah mengingat sosok laki-laki yang ada di depannya itu. Laki-laki dengan seragam kepolisian, yang memiliki wajah yang hampir mirip dengan Reno, namun terlihat sedikit kurus dan lebih tinggi.
Sejak tadi, Reno dan selalu menyuruh Clara untuk mencoba mengingat-ingat sosok laki-laki itu, namun sang empu hanya mengatakan, "sudahlah, Kak jangan dipaksa".
"Lo siapa, sih?" tanya Clara membuat laki-laki itu tersenyum tipis.
"Saya Rendi, adiknya Kak Reno."
"Pantes, mukanya mirip."
"Sayang, masa kamu lupa sama Rendi? Itu, loh anak laki-laki gendut yang dulu sering ngejar-ngejar kamu sampai kamu jatuh."
"Ya, orang aku nggak inget, Ren."
"Serah kamu lah, kalian ngobrol-ngobrol dulu, ya. Aku ke kamar mandi bentar," ucap Reno meninggalkan Rendi yang tersenyum menatap Clara yang masih asik bermain ponsel.
"Kamu nggak berubah, ya?" tanya Rendi membuat Clara mengalihkan atensinya dari ponsel ke wajah Rendi.
"Maksud lo?"
"Nggak papa."
"Dih, nggak jelas," gumam Clara namun masih dapat didengar oleh Rendi.
Kamu nggak berubah, sejauh apa pun aku berusaha menjadi lebih baik daripada Kak Reno, tapi cinta kamu hanya untuk dia, bukan aku.
.
.
.
.
.
Rendi sama Author aja, yuk.
Sadboy banget😣
Tapi sejauh apa pun kamu berusaha, cinta itu gak bisa dipaksa, kan?
Yuk jangan lupa vote dan komen.
Salam
Dita Lestari
KAMU SEDANG MEMBACA
My Handsome Bodyguard (TAMAT)
RomanceHidupnya berantakan setelah seorang bodyguard galak yang sialnya tampan datang dalam kehidupan Clara. Bukan hanya sebagai bodyguard, tapi lebih ke seorang penguntit, membuat kebiasaannya bergaul dengan bebas harus terenggut paksa. 'Saya hanya menj...