20||

38K 1.9K 196
                                    

Jangan sampai kehilangan dulu baru dirimu paham, cukup pelajari dan lihat dari kejadian yang sudah-sudah.
><
_____________________________________

"Bagaimana para saksi?"

"Sah!"

Detik itu juga air mata Disa luruh, membasahi kebaya yang ia kenakan. Disa menunduk, menggigit bibir bawah nya yang berkedut hebat, berusaha menahan tangisan itu agar tak memecah histeris. Disa meremas erat ujung kebaya nya. Tak perduli orang-orang yang sedang tampak memanjatkan doa.

Perasaan sedih sekaligus senang bercampur aduk di benak Disa. Terlebih lontaran kata Sah dari para saksi. Akad nikah yang berlangsung di rumah Arkan, tak banyak orang yang menghadiri pernikahan ini, hanya saja di hadiri dan di saksikan oleh keluarga inti Fadlan dan pak penghulu. Tak ada orang lain maupun kerabat dekat yang menyaksikan ijab qobul ini, sekalipun itu keluarga besar dari pihak Arkan. Mereka tidak di undang ataupun di beri tahu secelah pun. Dikarenakan pernikahan ini bersifat rahasia dan tertutup. Tak banyak orang yang tahu tepat nya. Pernikahan Arkan dan Disa hanya sekedar pernikahan siri dan sebatas pertanggung jawaban semata. Tidak lebih dari itu. Oleh karena itu keluarga Arkan tak ingin terlalu heboh di buat nya.

Setelah usai menjalan kan tugas nya, Arkan akan diminta untuk menceraikan Disa dan menikah secara sah menurut agama dan negara dengan wanita pilihan nya nanti. Dan disitulah seluruh orang akan menyaksikan janji suci yang amat sakral itu, baik orang lain maupun keluarga besar Arkan akan menyaksikan pernikahan itu.

"Diem bego! Ngapa nangis!" Sentak pria yang berada tepat disamping Disa, dengan berstelan rapi dengan jas hitam dan kemeja putih.

"Lo yang minta kita nikah kan?! Kenapa lo malah nangis bego!" Arkan benar-benar jengah dengan gadis cengeng bernamakan Disa ini.

Bukan nya tangisan itu berhenti malah semakin pecah karena bentakan dari Arkan barusan. Berusaha mati-matian Disa menahan tangisan itu agar tak memunculkan suara. Dada nya terasa sangat sesak sekarang.

Ditambah dengan keluarga Arkan yang melayangkan tatapan sinis dan menunjukkan sisi tak suka nya secara terang-terangan pada Disa.

Arkan berdecak sebal. "Ck, gadis cengeng!"

"Baik, dipersilahkan untuk mempelai wanita agar menyalami mempelelai pria." Ucap penghulu itu menatap Arkan dan Disa secara bergantian.

Arkan mengerang emosi. "Kenapa pake acara gituan sih?! Kalau udah sah ya sah aja! Jangan pake salam-salaman segala! Norak!!"

"Arkan!" Sentak Fadlan melayangkan tatapan sinis nya. Fadlan merasa perlakuan Arkan barusan sangat keterlaluan. "Ikutin saja apa yang dikata kan pak penghulu."

"Harus? Lagian juga udah sah. Gak perlu lah salam-salaman gak jelas itu. Lagian pernikahan ini gak penting. Itu aja udah sukur gue mau nikahin gadis jalang ini."

Pak penghulu dan Fadlan serempak menggeleng kan kepala nya. "Didikan dari mana yang kamu dapatkan nak." Fadlan memijat pangkal hidung nya yang terasa nyeri.

Disa hanya menunduk dan meremas erat jari-jari tangan nya.

"Sebenar nya kedua mempelai melakukan sungkeman terhadap orang tua. Tapi.." Pak penghulu itu menggantung kalimat nya. Iaa sudah bisa menebak bagaimana respon mereka nanti nya.

"Gak usah pake sungkem-sungkeman segala. Lagian pernikahan ini sama saja seperti tidak menikah." Sela Eva yang sedari tadi menggebu-gebu ditempat nya.

"Mah!" Bentak Fadlan.

"Tau tuh! Gue bakal pake sungkeman pas pernikahan gue yang satu lagi. Tepat nya nikah sama cewek pilihan gue. Dalam unsur cinta dan sayang. Bukan nikah semata-mata pertanggung jawaban gak jelas ini!!"

DISA | brokenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang