36||

34.4K 2.4K 316
                                    

Aku sudah melakukan yang terbaik, dan sekarang aku benar-benar lelah.
•Disa•
_____________________________________

Nanda melemparkan 3 bungkus rokok itu ke atas meja yang berada tepat didepan mereka berada.

"Lama." Sebal Draka menyambar satu bungkus rokok tersebut.

"Dih, gue geblek juga lo anj!" Jujur saja, Nanda sudah memasang ancang-ancang ingin membogem lelaki tak tahu diri didekat nya ini.

"Tapi emang lama." Sahut Ipal ikut menyambar bungkus rokok tersebut. "Lo pergi beli rokok apa buat rokok sih. Sumpah iya lama banget, gak kek biasa nya."

"Di tempat maman habis, ada nya merk lain. Ntar dibeli merk lain lo nya pada ogah-ogahan."

"Tak akan pernah ada kata lain dari sampoernaa~~" Ujar Ipal seraya tersenyum mengembang.

"Mau gak mau ya kepaksa gue beli nya di warung samping sekolah. Itu pun gue ngendep-ngendep banget. Ngelihat situasi takut kepergok Pak Yuta pas manjat pager. Kalau ketahuan tu anak kan bisa berabe ntar, apalagi tahu nya gue keluar beli rokok." Tutur Nanda sembari meneguk minuman bersoda milik nya.

"Pantes, jadi itu alesan lo lama?"

Nanda berdehem bermaksud meng iyakan.

Nanda meraih satu bungkus rokok yang masih tergeletak begitu saja diatas meja. "Ar, ini buat lo." Ia memberikan nya pada Arkan yang sedari tadi tampak bermenung seraya menyandarkan tubuh nya dengan lemas di sandaran kursi.

"Sebat dulu lah biar gak asem. Biar bertenaga, ikutan lemes gue liat lo yang kayak gak punya semangat hidup dari tadi." Nanda meletakkan bungkus rokok tersebut begitu saja diatas meja. Tepat nya di hadapan Arkan.

Arkan hanya melirik sebungkus rokok tersebut. Hanya melirik, biasanya Arkan selalu kencang dan paling awal dari yang lain dalam hal merokok. Belum rokok itu terletak, Arkan pasti lebih dahulu menyambar nya. Namun tidak untuk kali ini. Entah mengapa Arkan sangat menahan diri nya agar tidak merokok.

Mendadak tiba-tiba saja rasa ingin berhenti dan lepas dari rokok terbesit di dirinya. Hal ini juga dikarenakan oleh seseorang. Arkan yang ingin lepas dari seorang perokok candu bukan karena dirinya sendiri. Melainkan karena seseorang.

"Gue kalau berhenti merokok gimana ya?" Gumam Arkan dengan tatapan yang masih tertuju pada sebungkus rokok itu. Perkataan Arkan barusan mampu terdengar dengan sangat jelas oleh Nanda, Draka dan juga Ipal.

"Ya gak gimana-mana Ar. Bagus lah malah." Sahut Nanda yang paling dekat jarak nya pada Arkan.

"Tumben ngomong ginian? Ada apaan? Jangan bilang kalau lo lagi sakit?" Imbuh Draka dengan perasaan yang tidak enak.

"Gapapa, gue gak sakit." Balas Arkan tanpa melirik ke arah mereka.

"Pertanyaan gue nih ya. Emang nya bisa?" Ujar Ipal. "Secara kan lo perokok candu Ar. Rokok itu ibaratkan udah mendarah daging di diri lo. Lo ngerokok kuat banget. Susah lah pasti nya. Gue juga ngerasa gak yakin kalau lo bisa berhenti. Susah lah pasti nya, Ar."

"Tapi gak ada salah nya kan mencoba?" Balas Arkan sembari menatap wajah ketiga teman nya ini secara bergantian.

"Y-ya gak salah sih. Malahan bagus kalau lo mau mencoba." Sahut Ipal.

"Bro!" Nanda menepuk pelan pundak Arkan. "Jangan pernah punya fikiran dengan lo kuat merokok lo bakalan mati. Semua orang juga bakalan mati, Ar. Bahkan lo liat deh, orang-orang yang kuat merokok aja mati nya lama."

Arkan berdecak sebal mendengar nya. "Gue gak takut mati. Gue juga gak perduli sama kesehatan diri gue sendiri. Yang gue perduliin orang-orang yang bakalan ngehirup asap rokok yang gue isep. Perokok pasif lebih bahaya ketimbang perokok aktif."

DISA | brokenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang