39||

35.3K 2.2K 674
                                    

Yang tidak merasakan tidak akan paham, yang tidak mengalami tidak akan mengerti.
_____________________________________

Disa membuka perlahan mata nya yang terpejam. Dan pemandangan pertama yang ia lihat ialah langit-langit rumah sakit ini. Disa mengerjapkan matanya beberapa kali. Sebenarnya Disa sudah tak heran kenapa dirinya bisa berada dirumah sakit. Akan tetapi Disa mampu merasakan sesuatu yang sedang tertumpu di brankar sisi kirinya. Dan tangan kirinya yang terasa seperti ada yang sedang menggenggam. Ditambah indra penciuman nya yang mampu menghirup aroma solar yang terasa menyengat.

Alhasil Disa menolehkan kepalanya secara perlahan kekiri. Melihat siapa yang sedang berada di didekat nya saat ini. Dan benar saja, mata Disa mampu menangkup sosok Arkan yang sedang tertidur pulas. Arkan yang menumpukan kepalanya pada brankar Disa dan mengarahkan wajah nya kearah Disa. Terlebih suatu hal hangat akan Arkan yang menggenggam punggung tangan Disa.

Akan tetapi Disa menjadi salah fokus saat melihat beberapa lebaman yang terdapat dipelipis Arkan. Tangan kanan Disa yang terdapat infusan itu menjadi terulur ke kepala Arkan. Memain-mainkan secara lembut rambut lelaki yang terclaim sebagai suami nya ini.

"Kalau gak marah-marah ya pasti kerjaan nya berantem." Gumam Disa pelan.

Tanpa disengaja pandangan Disa tertuju pada punggung tangan Arkan. Punggung tangan Arkan yang terdapat luka bakar, bahkan terdapat lepuhan. Sebenar nya tak begitu lebar, akan tetapi Disa merasa ngeri melihat nya. Luka nya pun masih terlihat murni dan belum diobati sama sekali.

Tangan Disa kembali terulur mengarah ke punggung tangan Arkan. Namun suatu hal buruk mungkin nya. Disa yang sama sekali tak sengaja menyentuh luka tersebut sehingga berhasil memunculkan aksi reflek dari Arkan. Arkan yang langsung berjengit dan terbangun dari tidur nya.

"Sshhh.." Ringis Arkan. Cukup perih rasanya terkena sentuhan tak sengaja dari Disa. Ingin rasanya Arkan marah, akan tetapi ia urungkan.

"Maaf, demi apapun sama sekali gue gak sengaja."

"Gak bermaksud mau bangunin juga."

"Maaf.." Lirih Disa dengan nada lembut. Badan nya yang masih terasa lemas ikut berpengaruh terhadap nada bicaranya.

Arkan berdecak, ia bangkit dari tumpuan nya menjadi duduk. Tangan nya yang sempat menggenggam Disa juga terlepas begitu saja. "Ck, gak perlu minta maaf."

"Kenapa bisa kaya gini?" Tanya Disa penuh perhatian.

"Biasa." Singkat Arkan.

"Biasa apanya? Berantem sama siapa sih sampe segini nya? Sampe-sampe ada luka bakar gini."

"Udah lah gak penting." Elak Arkan. "Gimana kondisi lo? Masih sakit apa udah enakan?"

"Gak usah ngalihin pembicaraan ke gue. Jawab dulu ini kenapa?"

"Berantem." Singkat Arkan tak mau menjelaskan secara detail.

"Sampe segininya?" Disa menaikkan kedua alis nya.

Arkan berdecak sebal. "Bisa gak sih gak usah bahas gue? Pentingin dulu diri lo sendiri. Liat, muka lo aja pucet gitu."

Disa menghelas nafas nya panjang dan membuang tatapan nya dari wajah Arkan. Ia tak lagi merespon perkataan dari Arkan barusan.

Melihat Disa yang hanya diam seperti itu Arkan malah mendengus. "Masih lemes? Masih ada yang kerasa sakit? Atau udah ngerasa mendingan?" Nada bicara Arkan terdengar begitu khawatir.

"Hm." Disa berdehem. "Masih lemes, punggung sama pinggang juga masih kerasa sedikit sakit tapi udah agak mendingin. Cuman masih bersyukur aja kandungan gue gak kenapa-napa. Gue udah ngerasa cemas banget kalau hal buruk terjadi nantinya, tapi untung nya gue gak keguguran."

DISA | brokenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang