44||

34K 2.6K 661
                                    

Semuanya hanya tentang waktu.
••
_____________________________________

Disa yang tadinya sedang bersantai di sofa depan tv itu menjadi bergegas berjalan menuju pintu utama rumah nya. Hal itu diakibatkan ia mendengar nyaring nya suara deruman motor-motor yang seperti nya berada tepat diperkarangan rumah nya.

Untuk mengobati rasa penasaran yang luar biasa, bergegas Disa menarik gagang pintu ini. Sehingga berhasil menampilkan sesuatu apa yang sedang terjadi di perkarangan rumah nya. Dan ya, alhasil mata Disa membulat sempurna, dirinya yang berhasil dibuat kaget oleh pemandangan ini.

"K-kak Arkan?"

"Kak Arkan kenapa?" Tubuh Disa mendadak lemas, rasa bingung juga ikut berkecamuk dibenak nya.

"Dis, lo tenang ya. Jangan panik oke? Arkan gapapa." Nanda berusaha menguatkan wanita yang berada dihadapan nya ini.

Pandangan mereka berdua beralih tertuju pada Arkan yang sedang digotong masuk kedalam rumah dengan tandu ambulans ini. Disa yang dapat melihat seragam Arkan yang sudah terdapat bercak-bercak darah, terlebih pada bagian kepala Arkan. Disa tidak tahu apakah lelaki ini dalam keadaan sadar atau tidak. Yang dapat Disa lihat Arkan tampak lemah dan tak berdaya.

Reflek Disa menutup mulutnya menggunakan telapak tangan. Tubuh nya terasa gemetar melihat darah yang terdapat di tubuh Arkan. Tanpa berlama-lama lagi langsung saja Disa berlari masuk kedalam rumah dan menghampiri Arkan.

Arkan dipindahkan dari tandu itu ke tempat tidur kamarnya. Lelaki itu yang dibaringkan di sana. Sementara petugas ambulans ini dituntun oleh Draka untuk keluar dari dalam sini.

"Kak, Kak Arkan. Lo kenapa?!" Khawatir Disa yang sudah duduk di samping Arkan. Air mata gadis ini sudah hampir tak bisa lagi untuk ia bendung.

Disa beralih memandang kearah Ipal dan Nanda yan terdapat didalam kamar ini. "Jelasin ke gue kenapa bisa jadi kaya gini, Kak?! Kenapa kalian bisa sampe luka-luka dan babak belur kaya gini?!"

"Kalian berantem kan?!"

Tak ada sepatah katapun jawaban yang keluar dari mulut mereka berdua. Alhasil Disa beralih memandang wajah Arkan, tangan nya yang menggenggam lembut telapak tangan kekar ini. "Kenapa gak dengerin omongan gue sih, Kak Arkan?! Kan gue udah bilang jangan berantem. Kenapa malah gak mau dengerinnn.."

"Hal buruk itu terjadi juga kan? Kejadian ini yang gue takutin Kak Arkannn..."

Disa kembali beralih pada Ipal dan Nanda. "Kenapa malah dibawa pulang?! Kenapa gak dibawa langsung kerumah sakit?!"

Mereka memilih diam seraya menunduk.

"Jawab Kak!" Tegas Disa.

"Gapapa." Lirih Arkan dengan nada memelan. Bukan nya Ipal ataupun Nanda yang menjawab melainkan Arkan itu sendiri.

Sontak Disa menatap wajah Arkan yang masih terpejam. "Kak, Kak Arkan.."

"Kerumah sakit ya, obatin. Biar gak terjadi hal buruk nantinya."

"Izinin paha lo gue jadiin bantalan kepala gue, Dis." Ucap nya samar-samar.

"Iya." Tanpa berfikir lama, Disa langsung menjadikan paha nya sebagai tumpuan kepala Arkan.

Sementara Ipal dan Nanda memilih keluar begitu saja dari dalam sini. Meninggalkan Arkan dan Disa, membiarkan waktu mereka berdua.

"Gimana? Pasti lo seneng kan ngelihat kondisi gue saat ini." Arkan berusaha sekeras mungkin menahan sakit kepalanya, mau bagaimanapun Arkan harus berbicara pada Disa.

Sontak Disa menggeleng cepat. "Gak! Gue khwatir!"

"Asal lo tau, gue sengaja gak kerumah sakit. Gue gak mau luka gue diobatin secepat nya. Semua sengaja, biar gue bisa ngerasain sakit yang gak seberapa. Apa dengan cara kaya gini bisa nebus sakit yang selama ini lo derita, Disa?"

DISA | brokenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang