27||

29.9K 1.9K 352
                                    

Orang yang memendam amarah tidak akan pernah tulus, orang yang tulus tak akan tega memendam rasa amarah~
_____________________________________

Reflek Arkan langsung mendorong tubuh Cia sehingga tubuh gadis itu terhuyung kebelakang. Dan detik itu juga aksi romance itu langsung berhenti secara total. Spontan jarak Cia pada Arkan yang tadi nya sangat dekat malah menjadi jauh.

Pandangan Cia tertuju pada dua manusia yang masih berpelukan diambang pintu. Cia berdecak sebal, kerutan kekesalan terpampang jelas didahi nya. "Ck, ganggu banget sih ah!"

"What the fuck." Desis Arkan pelan dengan tatapan yang masih terfokus kesana.

Arkan berdecih. "Cih, drama apaan lagi bangsat."

"Loh, itu bukan nya Disa ya Arkan? Ngapain tu anak ada disini." Cia menyipitkan mata nya, melihat sosok wanita yang sedang di peluk oleh Arta.

"Itu juga bang Arta, ngapain ih dia meluk-meluk Disa? Jangan bilang kalau bang Arta ada hubungan nya sama Disa?" Cia beralih menatap wajah Arkan.

"Diem!" Sentak Arkan emosi.

Cia mencebikkan bibir nya sebal. "Arkan kenapa sih? Tadi aja baik-baik eh sekarang malah emosian gini. Baru aja tadi Cia datang tapi malah langsung Arkan tarik. Arkan narik sembarangan tengkuk Cia dan malah langsung nge kiss." Tutur gadis itu dengan kepolosan nya. "Tapi bang Arta nyaksiin kita deh kayanya tadi, itu gapapa emang nya Arkan?"

"Bagus kalau memang mereka nyaksiin. Itu yang gue tunggu-tunggu!" Ucap Arkan seraya menampilkan sebuah smirk nya.

Dilain hal Cia tampak senyum-senyum sendiri bak orang gila di tempat. Gadis itu mengusap-ngusap lembut bibir nya menggunakan jempol. Jujur, Cia sangat-sangat senang first kiss nya diambil oleh Arkan. Demi apapun Cia tak akan pernah melupakan momen ini. Kalau bisa suatu momen tadi akan ia dokumentasi kan. Tapi mau gimana lagi, ada pengganggu yang merusak semua nya, fikir nya.

~o0o~

Arta mencekal tangan Disa dan membawa nya pergi dari sana. Alhasil Arta menduduk kan Disa pada kursi tunggu rumah sakit.

"Ngapain nangis sih bego, laki-laki anjing kaya Arkan gak pantes buat lo tangisin. Buang-buang air mata aja lo." Celetuk Arta yang berada di samping Disa.

Disa diam, ia menyeka air mata nya. Rasa sakit ini tak kunjung hilang di hati nya. Bayangkan saja, seorang yang sudah tercap sebagai suami nya malah bercumbu dengan gadis lain. Dan sebuah pemandangan itu Disa lihat di depan mata kepala Disa sendiri.

Arta menghela nafasnya kasar, tatapan nya ia alihkan menjadi menatap lurus ke arah depan. "Jangan baper sama apa yang gue lakuin tadi. Dan jangan pernah berfikir kalau gue berada di pihak lo. Gue cuman mau modus aja tadi, mumpung ada peluang lebih."

Disa berdecih. "Adek kakak sama aja brengsek nya."

"Udah tau kalau adek gue brengsek, kenapa lo mau nikah sama dia?" Arta beralih melirik Disa.

"Lo gak akan pernah paham gimana rasanya berada di posisi gue yang sekarang." Balas Disa seadanya

"Gue paham kok, sebagai seorang laki-laki dewasa gue ngerti apa yang lo rasain. Pasti rasanya sakit liat kejadian tadi."

Arta menyandarkan punggung nya pada sandaran kursi. "Udah deh mending pisah aja sama adek gue, ngapain masih di pertahanin kalau cuman bikin hati sekaligus fisik lo terluka. Arkan gak akan pernah berubah, sifat nya bakalan keras sampai kapan pun."

"Gak segampang itu buat pisah. Apa yang udah dia perbuat maka dia harus bertanggung jawab. Masalah yang gue alamin sekarang gak simpel bang. Ini mempertaruhkan masa depan gue, bahkan masa depan gue udah hancur karena ulah dia. Berat banget rasanya kalau udah masalah kehamilan." Ucap Disa dengan nada yang kian memelan.

DISA | brokenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang