45||

34.8K 2.3K 396
                                    

Semesta emang jahat banget ya, aku yang gapernah diberi kesenangan.
Disa•
_____________________________________

Disa duduk lesehan pada lantai ruang keluarga ini. Sedari tadi ia tampak sibuk berkutat pada meja kaca dihadapan nya. Diatas meja yang terdapat banyak sekali kertas dan berbagai macam lembaran-lembaran berkas. Disa terlihat fokus menulis dan meluangkan pesan apa saja yang ingin ia sampaikan melalui selembar kertas ini.

Hal ini baru dapat Disa lakukan saat waktu senggang seperti sekarang. Hitung-hitung mencuri waktu saat Arkan beristirahat dengan tenang dikamar nya. Disa sengaja bersikap tertutup dan tak mau Arkan sampai tahu tentang aksi apa yang akan ingin Disa lakukan nantinya.

Alhasil Disa sampai pada titik terakhir pada surat ini. Dan sepenggalan akhiran kalimat dari surat ini seperti ini. 'Terimakasih karena telah menjadi manusia yang paling baik di hidup gue. Manusia yang paling menyebalkan tapi sebenernya gue sayang. Terimakasih atas waktu nya. Terimakasih atas kebersamaan nya. Jaga diri baik-baik ya. Sekiranya kisah kita hanya sampai disini. Maaf, gue harus pergi dan mungkin tak akan pernah lagi kembali.'

Seulas senyuman getir terbit di bibir Disa. Disa menatap dengan tatapan sendu surat ini. Menatap tulisan-tulisan yang sekiranya adalah isi hati yang Disa tuangkan kedalam bentuk surat yang sekiranya tak singkat.

Sekiranya sudah tak ada lagi yang kurang, Disa memilih untuk melipat selembar kertas itu dan memasukkan nya kedalam amplop. Disa kembali menyusun berkas-berkas apa saja untuk ia bawa nanti nya. Memasukkan semua sesuatu itu kedalam tas dan mengemas nya dengan amat rapi.

Disa menarik nafasnya panjang lalu menghembuskan nya secara perlahan.

"Semangat Disa, lo pasti bisa."

~o0o~

Disa bangun lebih awal pagi ini ketimbang Arkan. Dengan posisi khas bangun tidur dan masih berbaring santai di ranjang. Sama hal nya dengan Arkan. Arkan juga masih stay, tepat nya posisi Arkan yang sedang memeluk Disa. Tangan berurat nya melingkar pada perut buncit wanita ini. Tak hanya itu, Arkan juga menumpukan kepalanya pada ceruk leher Disa. Sehingga membuat pergerakan Disa terhambat dan tak bisa leluasa untuk bergerak.

Sebuah mimpi memang bagi Disa. Hal seperti ini saja berhasil membuat goresan kegembiraan dihatinya. Disa menjadi yakin secara perlahan sikap sekaligus sifat Arkan pasti akan berubah menjadi lebih baik.

Disa melirik wajah pulas lelaki ini. Tatapan Disa menelisik luas wajah Arkan. Mata nya yang tertutup dan berhasil memperlihatkan secara jelas bulu mata Arkan yag lentik. Jujur saja, bagi Disa Arkan memang tampan. Hanya saja sikap buruk nya yang mampu menutupi ketampanan tersebut.

Tangan Disa menjadi terulur mengarah ke kepala Arkan. Disa mengusap lembut dan sangat berhati-hati pada kepala lelaki ini. Disa takut akan mengenai luka yang terdapat dikepala Arkan.

Seulas senyuman kembali terbentuk disudut bibir Disa. Aksi itu tak berlangsung lama, Disa menghentikan pergerakan nya dan ingin beranjak dari posisi ini.

Namun dengan gesit Arkan malah menahan nya secara tiba-tiba. Arkan mencegah Disa agar tidak pergi dari nya dengan cara semakin erat memeluk.

Reflek Disa sedikit kaget dan meneguk salivanya kasar. "Kak Arkan."

Arkan diam, sama sekali tak menyahut.

"Kak Arkan gue harus siap-siap sekolah."

Arkan berdehem dengan suara serak khas bangun tidur. "Hm, ngapain sekolah siii." Ujar nya dengan mata yang masih terpejam.

"Gue harus masuk hari ini."

"Kalau lo gapapa gak usah masuk dulu. Lagian kan juga masih gini kondisinya."

DISA | brokenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang