[warn, strong language]
Ini kamu yang meninggal karena kesialan dan kekuranganmu sendiri. Dan kau, yang mengikuti Takdir bodoh mu.
"Sial, apa apaan nasibku ini?"
Tapi ya, namanya juga [Name] [Surname]. Dia ga bakal menyerah begitu saja kan? Iya. i...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
" Kebohongan terbesarmu adalah semua yang kau katakan pada dirimu sendiri." - [Name] [Surname]
—
" [Name], jadilah kuat, ubahlah dunia sampah ini, ayah percaya kepadamu."
Pria berpenampilan kacau mendekat kearah sang gadis. Membisikkan kata kata pelan yang mudah dimengerti, tapi tetap saja [Name] kebingungan.
" Jadilah kuat seperti ibumu nak, ayah sangat menyayangimu."
" Apa... maksudmu?"
" Jangan pernah rubah ideologi dirimu, jangan pernah menjadi salah satu dari mereka- pamanmu-"
—
Mimpi [Name] terhenti sampai sana, keringat mulai bercucuran, nafas terengah engah. Mimpi buriq apa lagi itu?
' Paman, paman, siapa sih? All Might? Dia?' Batin [Name]
" Merubah ideologi... ya?"
Tatapan gadis itu menajam, kecurigaan didalam benaknya terus bermunculan sekarang.
" Yagi-san bilang orang tuaku meninggal karena kecelakaan, agak janggal.... ya?"
" Ayahku ini...., sebenarnya dia siapa?"
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Festival budaya tinggal sebulan lagi, kelas 1A juga terus berlatih demi acara live mereka. [Name] juga tidak bisa melihat lebih, dia lebih fokus kepada Eri sekarang.
Terkadang juga, gadis itu ikut memantau Jirou, memantau anak anak kelas 3 juga.
Pastinya, sembari mengorek informasi satu persatu. Entah itu tentang ayahnya, atau pun All Might. [Name] yakin ada yang disembunyikan kali ini.