Sunshine 4

906 152 32
                                    

🌼 Happy Reading 🌼

☀️☀️☀️

Sejak hari itu, Wang Yibo cukup lama tidak mengunjungi lagi studio Xiao Zhan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sejak hari itu, Wang Yibo cukup lama tidak mengunjungi lagi studio Xiao Zhan. Dia juga sibuk dengan keinginannya menciptakan merk baru. Dia ingin mendesain untuk merknya sendiri walaupun tahu langkah itu tidak mudah.

Setelah dia memenangkan lomba saat itu, semangatnya semakin meningkat untuk mendaftarkan merk sendiri.

Haikuan sangat mendukung keinginan adiknya, walaupun langkahnya sangat sulit dengan persaingan ketat di dunia fashion yang sudah mendapat tempat sendiri di hati konsumen.

“Aku akan coba bicara pada Tania dari majalah Glamour. Dia bisa mempromosikan merk dan modelmu di majalahnya,” Haikuan duduk di kursi putar ruangan adiknya yang luas dan terang.

“Hmm.. Boleh juga,” Yibo mengetuk-ngetukkan pinsil ke atas meja, sebelah tangannya menopang dagu.

“Akan sangat sulit menciptakan merk baru diantara saingan yang sudah mendunia. Bagaimana kalau kau bekerjasama sementara dengan merk yang sudah punya nama?”

“Itu sama saja, Ge. Produkku akan menjadi anak cabang mereka. Aku tetap menempelkan merk mereka pada desainku,” ujar Yibo kurang setuju.

“Paling tidak kau bisa belajar dulu bagaimana memproduksi sebuah usaha dengan merk sendiri. Aku akan coba menghubungi Tania. Dia mempunyai kenalan beberapa pengusaha merk luar negeri,” Haikuan bangkit dan beranjak menuju pintu kaca.

“Bagaimana kabar Xiao Zhan? Kau masih suka bertemu?” Haikuan sesaat berbalik.

“Tidak tahu.. Sudah lama tidak kesana..” gumam Yibo. Sekilas bayangannya menerawang pada sosok pria yang sebenarnya sangat ingin ia temui.

“Bodoh. Kau tidak meminta nomor ponselnya?”

Wang Yibo menggeleng lesu.

Haikuan ikut menggelengkan kepala melihat kepasrahan adiknya lalu melangkah keluar dari ruangan.

Wang Yibo melepas kacamata dan memijat pangkal hidung. Sesaat kedua sikutnya menekan permukaan meja.

Bagaimana kabarnya dia sekarang? Apakah dia ingat padaku? Atau justru sedang bermesraan bersama rekan wanitanya?

Haruskah aku menemuinya?

Bahkan dia tidak menyangkal pertanyaanku saat itu. Bagaimana kalau ternyata dia memang mencintai wanita, bukan dirinya yang seorang laki-laki.

Wang Yibo memejamkan mata dan menyandarkan punggung, berputar pelan diatas kursi.

Beberapa menit berlalu, asistennya datang dan mengetuk meja di depannya.

sυηsнιηє ιη 𝘉𝘦𝘪𝘫𝘪𝘯𝘨 [𝓔𝓷𝓭]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang