Sunshine 26

767 108 17
                                    

🌼 Happy Reading 🌼

☀️☀️☀️

Xiao Zhan tidak pernah menyangka kalau pertemuan dan percakapannya dengan Crystal hari itu adalah yang terakhir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Xiao Zhan tidak pernah menyangka kalau pertemuan dan percakapannya dengan Crystal hari itu adalah yang terakhir. Begitu keluar dari ruangan operasi, gadis itu sudah meninggalkannya.

Saat ini Xiao Zhan hanya bisa duduk merenung seorang diri. Di kursi taman favoritnya, bertumpang kaki dengan kedua tangan dimasukkan ke dalam saku blazer.

Matanya yang tertutup menghadap ke depan, dimana tumbuh bergerumbul pohon Angsana yang mulai menghijau. Bunga-bunga kecilnya yang berwarna kuning masih berupa kuncup kecil.

Musim semi seolah membawa warna tersendiri bagi tumbuhan tertentu. Langit sore mulai berwarna kelabu tertutupi awan putih ditambah cuaca yang cukup berawan seiring angin yang mulai terasa dingin.

Xiao Zhan sama sekali tidak ada niatan untuk pergi, hanya sesekali terdengar helaan nafasnya yang dalam dan panjang. Rambut depannya dibiarkan bergerak-gerak tertiup angin. Perasaannya sekarang masih sangat hampa setelah beberapa jam lalu menghadiri pemakaman rekannya.

Crystal tidak selamat dari usaha operasinya karena tubuhnya sudah tidak mampu menahan penyakit yang menggerogoti yang terus dibiarkan tanpa pengobatan.

Dokter hanya bilang kalau semangat hidupnya sudah tidak ada. Operasi itu hanya berlangsung setengah jalan.

Seakan menanggung beban dan sesak di dalam dada, sekali lagi Xiao Zhan menarik nafas panjang, menghembuskannya perlahan, berusaha melepas kepergian rekan yang sudah sekian lama berjuang bersama.

Selamat jalan, Crystal.. Semoga kau tenang di alam sana. Aku akan selalu mendoakanmu..

Terima kasih sudah sangat mencintaiku selama ini, aku juga menyayangimu..

Pergilah dengan damai.. Doaku bersamamu..

Kepalanya sesaat menunduk dan berdoa dalam diam sampai telinganya mendengar suara langkah mendekat.

“Sean ge, lebih baik kita pulang. Sudah sangat sore,” suara Fanxing yang berkata pelan menyentuh pendengarannya.

Anak muda itu berjalan menghampiri pria manis yang tertunduk.

Selama ini dia yang selalu menemani Xiao Zhan kemanapun, melaksanakan tugas sesuai permintaan tuan mudanya untuk terus menjaga dan mendampingi Xiao Zhan.

“Baiklah,” seraya berujar lirih, Xiao Zhan perlahan bangkit dan mulai melangkah pelan sesuai instingnya ditemani Fanxing yang berjalan beriringan.

Lewat satu jam, Xiao Zhan memasuki ruangan tamu dan seolah sudah hafal dia terus berlalu menuju ruangan samping, namun sesaat dia tertegun. Langkahnya berhenti karena merasakan sesuatu yang sangat familiar.

Dadanya mendadak berdebar begitu kencang, tangannya terulur menggapai ke depan dan memegang sandaran sofa. Terduduk sejenak sambil mengusap dada seiring tarikan nafasnya yang terasa berat.

sυηsнιηє ιη 𝘉𝘦𝘪𝘫𝘪𝘯𝘨 [𝓔𝓷𝓭]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang