Sunshine 23

622 103 23
                                    

🌼 Happy Reading 🌼

☀️☀️☀️

Beberapa saat ruangan itu hening karena Xiao Zhan hanya membisu tanpa menanggapi pertanyaan ayahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Beberapa saat ruangan itu hening karena Xiao Zhan hanya membisu tanpa menanggapi pertanyaan ayahnya. Bukan ia tidak bisa menjawab, tapi karena ia tahu jawaban yang akan ia berikan hanya akan mengecewakan keluarganya.

Sambil berusaha menguasai diri, Xiao Zhan membalas pegangan tangan ayahnya. Senyumnya ia tampilkan setulus mungkin.

“Ini keputusanku, Papa. Aku ingin menemaninya,” ia berkata penuh keyakinan.

“Tapi, Zhan, kau hanya membuatnya semakin sedih. Kenapa tidak kau coba merasakan jika kau berada dalam posisinya?”

“Aku juga tidak akan bahagia walaupun begitu dipenuhi warna yang aku lihat. Aku tidak akan merasakan kebahagiaan itu, Pa. Bagaimana bisa aku menatap dunia yang berwarna sementara dirinya hanya bisa melihat warna hitam. Aku tidak akan sanggup,” Xiao Zhan menggelengkan kepala, getaran dalam suaranya mulai terdengar.

Ny. Sean diam-diam mengusap sudut mata, merasa sedih dan terharu mendengar keputusan anaknya. Mengetahui cinta anaknya yang begitu besar pada pemuda itu. Bahkan ia tidak pernah menyangka kalau pemuda tampan itu akan memberikan cahaya hidupnya tanpa syarat apapun.

“Papa tahu kau anak yang baik, Zhan. Kau terlalu memikirkan perasaan orang lain,” Tn. Sean mengusap kepala anaknya. “Tapi sampai kapan kau akan seperti ini? Tidakkah kau ingin melihat wajah orangtuamu saat ini?”

“Papa..” Xiao Zhan menundukkan wajah, suara lirihnya diiringi mata yang menghangat. Ia menggigit bibirnya mencoba menahan untuk tidak mengeluarkan airmata. “Maafkan aku, Papa. Bukan aku tidak ingin, tapi aku sudah berjanji.”

“Zhan – “

“Papa..” pemuda manis itu memutus perkataan ayahnya meskipun sangat pelan. Sesaat ia menarik nafas panjang. “Aku tahu, keputusanku mungkin menyakitkan beberapa pihak tapi aku tetap tidak akan mengubahnya. Apapun itu. Aku hanya ingin bersamanya dalam gelap atau dalam terang. Aku tahu Yibo akan mengerti keputusanku. Lagipula, aku sudah mewujudkan keinginannya. Aku bisa bangkit dan mengharumkan namaku,” Xiao Zhan tersenyum. “Aku hanya tinggal menunggu waktu untuk pertemuan kami. Aku yakin saat itu akan tiba.”

Ketiga orang yang yang duduk di sofa hanya bisa saling pandang. Mereka sepertinya sudah tidak bisa mengubah keputusan Xiao Zhan.

Sementara Crystal yang ikut mendengarkan daritadi perlahan beranjak pergi dari ruangan samping. Dengan mata berkaca-kaca, ia hanya bisa mencoba untuk menerima kondisi seniornya yang begitu berpegang teguh pada keyakinan.

Dirinya pun semakin merasakan tubuh lemahnya yang semakin rapuh dari hari ke hari. Hanya demi untuk menemani pria yang ia cintai, dirinya bertahan selama ini. Dan ia pun memiliki keteguhan seperti Xiao Zhan, bahwa ia akan bersama dengannya dalam suka dan duka hingga ia tidak bisa bertahan lagi.

sυηsнιηє ιη 𝘉𝘦𝘪𝘫𝘪𝘯𝘨 [𝓔𝓷𝓭]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang