🌼 Happy Reading 🌼
☀️☀️☀️
Sore hari, Wang Yibo terlihat duduk di kursi seberang meja dokter yang menangani Xiao Zhan. Karena rasa penasarannya dengan semua kemungkinan yang diderita oleh kekasihnya, menyebabkan ia menemui dokter tersebut. Dan kini ia merasa tak sanggup ketika mendengarkan semua keterangan tentang kondisi Xiao Zhan.
“Jadi kebutaannya bersifat permanen?” nada suaranya terdengar lirih, merasakan kepedihan yang menyebabkan hatinya serasa diremas.
“Serpihan kaca itu menembus sangat dalam, merusak ketiga komponen yang sangat berperan untuk seseorang dapat melihat. Kepalanya juga mengalami guncangan keras, menyebabkan myelin mengalami kerusakan jadi sinyal saraf dari mata tidak terkirim dengan baik ke otak,” dokter itu secara panjang lebar mengungkapkan lebih detail lagi.
Wang Yibo hanya diam mendengarkan. Kesepuluh jemari tangannya saling meremas dibawah meja dokter.
“Sementara ini untuk terus menjaga kondisi mata, pasien harus melakukan therapy dan operasi untuk mempertahankan kornea mata. Sampai ada donor mata yang cocok untuknya,” dokter itu kembali menjelaskan.
“Apakah ada donor yang bisa dia dapatkan dalam waktu dekat?”
“Biasanya kami mendapatkan donor dari seseorang yang sudah meninggal setelah ada wasiat sebelumnya atau seseorang yang hidup dengan kondisi tertentu. Tentu itu pun melalui prosedur dan kecocokan kornea itu sendiri.”
“Orang hidup? Apa saja syaratnya?”
Dokter itu sesaat menatap Wang Yibo penuh tanya. “Yang penting kondisinya sehat dan tidak mempunyai penyakit berat. Mata itu sendiri akan diperiksa kondisinya apakah bisa didonorkan atau tidak,” ia menjawab.
Wang Yibo tampak manggut mengerti. Walaupun dirinya masih merasa shock mendengar semua keterangan dokter, namun ia tidak bisa menjadi orang lemah saat ini. Dia harus menjaga dan memberi kekasihnya semangat.
Setelah sesaat menarik nafas panjang, ia kembali mengulas senyum sambil mengangguk singkat.
“Baiklah, Dokter. Terima kasih,” Wang Yibo pun pamit keluar.
Di ruangan rawat, Xiao Zhan selesai makan setelah terus disuapi oleh Crystal. Dia menggerakkan kepala seolah ingin mencari sesuatu dan berusaha menajamkan pendengaran.
“Yibo? Kenapa aku tidak mendengar suaranya?” ia menanyakan kekasih yang kehadirannya tidak ia rasakan.
“Yibo ge sedang menemui dokter,” Fanxing menyahut sambil melangkah mendekati ranjang.
“Jam berapa sekarang?”
“Jam tujuh malam, Sean ge,” Fanxing kembali menjawab.
Xiao Zhan tersenyum miris, merasakan kesia-siaan menanyakan waktu. Sekarang jam berapapun tidak akan berpengaruh padanya, tidak akan ada bedanya karena ia hanya bisa melihat kegelapan. Tak terasa matanya kembali berkaca-kaca, bagaimanapun kenyataan sekarang merupakan pukulan berat baginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
sυηsнιηє ιη 𝘉𝘦𝘪𝘫𝘪𝘯𝘨 [𝓔𝓷𝓭]
RomanceApakah ikatan batin itu benar-benar ada? Pada awalnya Wang Yibo tidak terlalu mengerti tentang ikatan yang bisa merasakan apa yang dirasakan oleh seseorang, tetapi pertemuannya dengan Xiao Zhan langsung mengikat perasaan keduanya dalam satu ikatan b...