Berakhir sudah masa-masa ulangan kenaikan kelas, tepat hari ini. Lega pastinya, tapi rasa sesak masih tertanam, melihat Vito sangat bahagia dengan Alea. Berhari-hari ia berusaha keras untuk melupakan Vito.Namun, setiap melihat nya, rasanya masih sama. Ya, seperti milik Cynta. Rakhi juga sudah tau semua, entah dia dapat informasi darimana, karena Cynta sama sekali tidak menceritakan ke Rakhi.
Flasback mode on
"Sampah! Bisa-bisanya dia nyakitin adek gue," omel Rakhi, setelah membaca pesan dari sahabatnya, yaitu kakaknya Vito. Reflek Rakhi bangun dari duduknya. Ia bergegas dengan cepat menuju ke kamar Cynta.
TOK TOK TOK
"Dek." Rakhi membuka pintu kamar Cynta, terlihat adiknya sedang menangis, duduk sambil memeluk kakinya. Cepat-cepat ia menghampiri adiknya.
"Hey." Rakhi membawa Cynta kepelukannya, tangannya mengelus pelan kepala Cynta
Cynta sedikit tenang, Rakhi melepas pelukannya, mengusap air mata Cynta, "Manusia kayak dia, gak pantes ditangisin, apus air mata lo," kata Rakhi
"Gue udah ngehancurin semua kak," Cynta tambah nangis, karena merasa bersalah, dan sudah menyakiti teman kecilnya.
"Ini bukan salah lo! lo bener, yang salah dia. Si brengsek itu." Rakhi saja tidak sudi untuk menyebut nama Vito.
"Dengerin kakak, sekarang yang perlu lo lakuin. Minta maaf dan memaafkan, gue walaupun benci sama si brengsek, gue mau lo tetep maafin dia. Biar lo lega, setelah itu. Lupain," ucap Rakhi, menatap mata adiknya.
"Gue tau, pasti susah banget. Tapi ini yang terbaik, percaya sama gue. Dan sekarang lo tidur, besok ulangan kan?" Lanjut Rakhi. Lalu kembali membawa Cynta ke dalam pelukannya, mengecup dahi sang adik, "Good night."
Flashback mode off
Rakhi benar, memaafkan seseorang memang susah, namun kalau kita berusaha, jadinya akan lega sendirinya. Tapi soal melupakan, dirinya masih tidak bisa. Kenangan bersama Vito masih membekas.
Sekarang, Cynta duduk di kursi koridor. Menunggu bapak ojol. Terlihat, Vito dan Alea sedang ketawa ketiwi, di tempat parkir, sama banget kayak dulu masih dengan Cynta. Jok motor itu sudah ditumpangi oleh pemillik nya. Bahkan, motornya pun terlihat lebih cerah. Tidak terlihat suram.
Mereka lewat, terlihat jelas. Alea sangat bahagia, dan memeluk pinggang Vito dengan erat. Air mata Cynta berlinang lagi, "Ih lo kenapa sih, Cyn! Alay banget." Cynta dengan buru-buru langsung mengusap pipinya.
"Wajar kali nangis."
Cynta menoleh ke arah sumber suara itu, terdapat Rehan, yang ingin menghampiri nya. Rehan ikut duduk di samping Cynta.
"Nggak ada hujan, nggak akan ada bunga."
Rehan menatap Cynta yang sedang kebingungan, "Maksudnya, kalo lo gak ngerasain sedih, kebahagiaan gak akan dateng. Coba deh, lo pasti pernah kan sedih? nah abis sedih, lo pasti bakal seneng lagi kan?"
Cynta mengangguk-anggukan kepalanya, "Iya juga sih."
"Dan juga sebaliknya, abis lo seneng, pasti nanti bakal sedih. Gue juga sebenernya bingung, kenapa bisa gitu, tapi setelah dipikir-pikir, emang kita perlu kebahagiaan dan kesedihan yang secukupnya," jelas Rehan. Dibalas anggukan oleh Cynta.
"Tuh, bapak ojol lo."
"Eh iya, yaudah gue pulang duluan ya kak," kata Cynta, ia bangun dan berjalan ke arah gerbang.
"Cynta!" Teriak Rehan, membuat Cynta membalikan badannya, "Iya kak?"
"Add line gue ya. Makasih."
KAMU SEDANG MEMBACA
Pacar Virtual (End)
Romance"Nggak ada hujan, nggak akan ada bunga." Harusnya kita tidak usah bertemu dan mengenal secara real, jika akhirnya akan sama. Inilah kisah Cynta Zolanda Amora, menemukan teman cinta nya dari dunia game. Akankah selamanya? atau akan berakhir? Daripada...