18). Sama sekali ngga ada

240 28 7
                                    

Vito tak kunjung membalas chat dari Cynta, sampai-sampai tidak ada sambutan pagi untuknya. Biasanya, selalu ada raga gagah didepan pintunya. Hari ini Cynta naik ojol buat berangkat kesekolahnya. Ia berbohong kepada mamanya, bilang kalau Vito sedang ada urusan, jadi tidak bisa menjemput Cynta kerumah.

Langit hari kamis ini redup , cerahnya hilang ditelan awan abu-abu. Seperti raut-raut wajah orang disekitarnya, yang mungkin saja kehilangan semangatnya. Cynta heran, apa hari ini --hari galau sedunia? apa mereka habis dikecewakan orang tersayangnya? dibohongi? atau memang hari ini bawaannya sedih?

Padahal dirinya sendiri juga merasa sedih, tapi masa gak dibales chatnya, jadi merasa sedih apalagi gak semangat buat beraktivitas. Itu semua ia singkirkan jauh-jauh, karena niatnya sekolah ya, harus semangat. Gak ada sedih-sedihan.

Sekitar 20 menitan, akhirnya ia sampai didepan gerbang biru, ciri khas SMA nya, setelah beberapa langkah masuk kedalam, ada yang aneh dipandangan Cynta. Ia melihat motor Vito yang sudah terparkir disana. "Kak Vito udah berangkat duluan? ah mungkin ada urusan eskul nya kali." Tak mau ambil pusing dan berpikiran yang tidak-tidak, Cynta memilih untuk menjauhkan overthinkingnya.

"Cynta!"

Baru ingin lanjut jalan, tapi ada yang manggil. Tapi suara itu, bukan milik Vito, ia hafal betul suaranya, yang ini suaranya agak deep voice. Cynta langsung membalikan tubuhnya, ternyata itu Rehan.

"Hai kak," sapa Cynta, Rehan dengan cepat menghampiri Cynta.

"Lho? tumben gak bawa motor kak?" Tanyanya penasaran.

Mereka berdua melanjutkan jalannya, "Motor gue ada dibengkel, mogok."

Cynta mengangguk-anggukan kepalanya, tak mau banyak tanya. Gak mood, apalagi ini masih pagi. Ini bukan Cynta yang sebenarnya, yang aslinya tuh pasti bawel.

Sampailah mereka berdua dilantai dua, yaitu kelasnya Cynta, "Bye kak, gue kekelas duluan."

🪵🪵🪵

Jam istirahatnya Cynta gunakan untuk duduk dikoridor saja, kedua temannya pergi buat beli makan. Hari ini bukan waktunya Cynta menstruasi kok, cuma mood nya aja kurang mendukung.

Karena tidak mau menyusahkan temannya, Cynta memilih membawa botol minum dari rumah, lumayan juga untungnya ; 1. Gak desek-desekan dikantin, dan 2. Hemat uang.

Bosan juga ternyata ya, cuma duduk, diam, dan merhatikan tingkah orang sekitar. Cynta bangun dari duduknya, iya merasa ada tempat yang belum ia datangi, yaitu taman belakang sekolah. Hari ini, akan menjadi pertama kalinya ia kesana.

Lumayan jauh, tapi gapapa. Kalo udah penasaran mah, nggak akan berhenti, sampailah ia disana. Ada sosok perempuan dan lelaki yang sedang duduk, dan juga bergandengan tangan.

"Eh buseh, ketauan guru. Mampus dah," batin Cynta, sedikit demi sedikit. Ia mencoba mendekatkan dirinya kearah dua orang tersebut. Niatnya ingin mengingatkan, namun ia mundur lagi.

Tidak cukup waktunya untuk pergi dari taman, laki-laki itu menoleh kearahnya, betapa terkejutnya lelaki itu melihat Cynta yang sudah terhenti dan mengeluarkan air matanya. Lelaki itu, langsung melepas genggaman tangannya dengan wanita itu, dan mendekat kearah Cynta.

Cynta ingin lari dari sini, tempat ini, dan menghindar dari lelaki itu, sakit rasanya. Hati ini lunak, tapi mengapa terasa patah? Cynta nangis sesegukan, Vito adalah cinta pertamanya, tapi bisa-bisanya Vito hancurkan gitu saja.

Tangan Cynta dipegang erat Vito, melihat matanya yang bercucuran air, deras sekali. "Cyn, kamu harus percaya. Aku sama dia nggak ada apa-apa. Serius," ucap Vito.

Pacar Virtual (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang