17). Sampai sekarang masih hilang

252 26 6
                                    

Tidak hanya Cynta yang merasakan kesedihannya, namun sahabatnya juga. Merasa ada yang kurang, mengganjal. Kak Vito nggak datang pada saat Cynta lomba.

Sebagai sahabat yang baik, mereka berdua pergi, karena ingin mencari keberadaan Kak Vito. Bukan karena ada acara lain-lain, mereka merahasiakannya supaya Cynta fokus pada lombanya.

"Kurang ajar banget sih! bisa-bisanya dia nggak dateng," kesal Shandra, asal kalian tau, Shandra ini orangnya akan bertindak kalau sahabatnya dibuat sedih orang lain.

"Kita cari aja yuk?" Ajak Senja, sambil makan cemilan cimol yang bercampur kentang serta diberi bumbu balado, pedas, dan asin.

"Cari dimana anjir? gue aja gak tau rumahnya," tanya Shandra dengan nada panik.

Setelah selesai ngunyah cimol yang sangat amat gurih nya itu, "Tenang, sebego-begonya gue, gue tau segala hal," Ucap Senja dengan enteng.

Shandra nepuk jidatnya, sahabatnya satu ini selalu bertingkah aneh, suka ngatain diri sendiri, tapi selalu membuktikan apa yang dia bilang.

Mereka berdua langsung menuju ke tempat Kak Vito berada. Sudah mencari ke rumahnya pun tidak ada, hanya ada Kakak laki-lakinya disana. Kak Sean. Ia bilang kalau Kak Vito lagi pergi ke cafe, katanya lagi ngeband disana.

Shandra dan Senja menuju cafe yang dikunjungi Kak Vito, lumayan jauh, tapi gak jauh-jauh banget. Kayak dari Pesanggrahan ke Bayoran lama. "Anjir, ngga ada juga dong. Kumaha atuh?" Ucap Senja, melihat panggung yang berisi banyak lelaki namun tidak ada Kak Vito disalah satunya.

"Eh tapi, itu ada Kak Nathan deh. Coba aja kita nanya," seru Shandra, selalu ada cara disetiap langkahnya. Anjay.

"Not us, lo aja sana, gue malu. Banyak cowo." Baru mau disuruh, udah nolak duluan. Mau tidak mau, Shandra yang harus nanya ke Kak Nathan, ada rasa malu pastinya. Ke warung saja jika banyak laki-laki, ia balik lagi, gapapa deh ke warung yang lebih jauh daripada lewatin segerombolan laki-laki itu.

Dengan satu tarikan nafas panjang, lalu ia hembuskan pelan, "Oke, lo tunggu sini. Jangan ngilang, awas!" Ancam Shandra, ia melangkahkan kakinya menuju ke panggung.

Sampailah ia dibelakang Kak Nathan, "Ayo Shan. Lo bisa," gumamnya dalam hati. Seketika, ia terkejut karena Kak Nathan sudah nengok terlebih dahulu sebelum dipanggil.

"Ngapain lo? mau minta foto ya, sama gitaris tampan ini," pede Nathan.

"Kepedean lo!" Bentak Shandra, emang orang kayak Kak Nathan tu, harus ditegasin.

Kak Nathan hanya terkekeh pelan, "Terus mau ngapain? Cantik."

Shandra membolakan bola matanya, seakan-akan malas. Bisa-bisanya Kak Nathan ngardus, nggak disekolah, kantin dan disini. HUH! "Gue mau nanya, Kak Vito kemana?"

"Mau tau aja, apa mau tau banget?" Ledek Nathan, dengan senyum andalannya serta guncangan alis hitam kecoklatannya yang naik-turun.

"Buru Kak, ini penting banget. Gue harus tau Kak Vito ada dimana." Sekarang bukan waktunya membalas lelucon itu dengan basa-basi, mending langsung ke topik utamanya.

Setelah Kak Nathan kasih tau keberadaan Kak Vito, Shandra dan Senja segera menuju ke tempat tersebut, sampailah mereka disana. Dan melihat motor ninja yang terletak didepan gerbang rumah seseorang. Namun, aneh. Ini adalah kawasan rumah Cynta. Tapi kenapa parkirnya didepan gerbang orang lain?

🪵🪵🪵

Kini Cynta sudah sampai di depan rumahnya, dan masuk ke dalam. Sudah berulang kali, bahkan disepanjang jalan ia stay di room chat Kak Vito.

Pacar Virtual (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang