5

46 13 1
                                    

Dingin.
Penjara ini sungguh dingin. Aku yang mengenakan rok selutut dan blouse velvet pun bisa merasakan hawa dinginnya menusuk tulang. Mungkin sudah berselang setengah jam aku dirantai di ruangan dengan lantai batu ini.

Kain hitam tadi sudah dilepas dari mataku. Aku dengan jelas bisa melihat kondisi mengenaskan ini. Kedua lututku lecet, pergelangan tanganku dipenuhi luka-luka ringan, bahkan kedua kakiku yang sejak sampai di dunia aneh ini tidak mengenakan alas kaki sudah ikutan berwarna tanah.
Pintu diujung lorong penjara itu didorong. Mataku menatap 3 siluet yang berjalan tegap menuju arahku. Aku menghela nafas, ini pasti sesi interogasi yang mereka janjikan. Karena lelah, aku pun memutuskan untuk menjawab seadanya saja, anggaplah semangat juangku rendah, tapi jika kau berada diposisiku mungkin kau akan berfikir hal yang sama.

Sebentar lagi masa hidupmu akan habis akibat penyakit sialan, kau terjebak di sebuah dunia dengan peraturan aneh yang belum pernah kau ketahui, dan kau dikurung di sebuah penjara batu dingin dengan rantai besi yang sangat berat.
Bukankah ini satu-satunya kesempatan meninggal di tempat asing, mungkin tanpa merasa banyak kehilangan?
Lamunanku dibuyarkan oleh seorang pengawal yang memukul jeruji besi dengan senapannya, aku mendongak. Mata sembabku melihat 2 orang yang berdiri disebelahnya.

Salah seorangnya terlihat seperti pengawal eksekutif, seragamnya kolonialnya mirip dengan perajurit yang tadi meringkusku, tetapi atributnya jauh lebih lengkap.
Dan orang satu lagi... ah, orang ini pasti yang tadi mereka bilang 'pangeran'. Perawakannya tinggi, rambut hitamnya merupakan perpaduan kontras dengan kulit putih porselinnya yang dibalut seragam broken white berukiran emas. Di lehernya yang terbalut dasi renda putih susu, bertengger sebuah ukiran permata sedemikian rupa, mungkin sebuah emblem kerajaan atau semacamnya. Entahlah.

"Perempuan?" Pangeran itu memulai duluan, tatapannya seolah menilaiku "Aku tidak menyangka mereka berupaya sekeras ini" Ia melangkah lebih dekat dan berjongkok, menyejajari kepala kami, "Aku akan memulai dengan pertanyaan mudah, kau mata-mata dari kerajaan negri-negri jauh bukan?"

Aku menahan nafas, Apa tadi katanya? Kerajaan negri-negri jauh? Astaga. Dongeng itu... Apakah aku berada di dalamnya sekarang? Benakku memutar segala kemungkinan, tapi aku yakin sekali aku tidak salah dengar. Kerajaan negri-negri jauh...

BRAAAK 

Pangeran itu memukul jeruji besi, aku semakin menunduk takut, "Hei, aku berbicara dengan manusia bukan?!" Teriaknya marah. Aku menggigit bibir bawahku, demi apa pun, aku sungguh takut sekarang, "tck, dasar tidak berguna" Dia pun berdiri dan menepuk celananya beberapa kali, tatapannya kembali beralih padaku, "Aku tau kau dilatih untuk diam jika tertangkap menyelundup, tapi jika kau tidak berniat buka suara sama sekali-"

"Lee Winter" Potongku, "Namaku Lee Winter"

"Hei!!" Seorang pengawal mengacungkan senjata tepat searah kepalaku, aku kembali menunduk, "Bicaralah yang sopan kepada Pangeran Heesung! Jangan memotong ucapannya"

Tapi, tekadku sudah bulat, walaupun aku mati disini, aku setidaknya ingin mereka mengetahui identitasku, "Aku seorang karyawan swasta di sebuah perusahaan jurnalistik di Ibu kota" Ucapku lagi, kali ini dengan nada lebih bulat. Aku pun mendongak, menatap senjata yang diacungkan padaku, "Aku bukan penyulundup yang kalian tuduhkan, kalian salah orang"

Heesung tertawa dan maju satu langkah, "Kau kira kami percaya dengan bualanmu? Pekerja swasta-lah, jusnasionalislah, terserah. Aku tidak percaya" Ia berkata dengan nada mengerikan. Kedua mata teduhnya seperti memiliki aura gelap tersendiri, "Kalau bukan karena aku sedang kedatangan tamu, sudah pasti hukuman matimu berjalan sekarang juga"

"Tamumu" Ucapku hati-hati, "Salah satu dari 6 pangeran yang lainnya kan?"

Matanya terbelalak kaget. Tangannya dengan sigap mengambil senjata dari pengawal pribadinya dan menaruh moncongnya tepat dibawah daguku. Ia mengangkat senjata itu, membuatku terpaksa mendongak juga, "Sudah berapa lama kau mengintai kerjaanku, hah?!" Ia berteriak marah, "Peduli setan dengan tamuku yang sedang menunggu-"

Bersamaan dengan Heesung yang siap menarik pelatuk senapan itu, pintu lorong penjara terbuka lagi. Kali ini, hanya ada 2 orang yang masuk. Satu dengan seragam pengawal dan satu dengan seragam kerajaan seperti yang dikenakan Heesung, hanya berbeda model dan warna. Dia pasti tamu Heesung.

Pandangan Heesung teralihkan. Senapan yang tadi sudah siap ditembakkan, turun. "Pangeran Jake, aku sudah memberitahumu untuk-"

"Menunggu diatas" Pangeran dengan seragam blue velvet itu mengibaskan tangan, memotong ucapan Heesung, "Sangat membosankan" Kemudian mata coklat terangnya terkunci ke arahku.
"Cantik"

Mukaku terasa hangat. Astaga. Segera aku menundukkan pandangan.

"Haha, astaga! Yang benar saja Pangeran Jake" Heesung merangkulnya, "Tidakkah kau bisa lihat dia seorang penyelundup, bahkan barusan dia mengetahui keberadaanmu"

Pangeran yang dipanggil Jake itu menaikkan alis, "Benarkah?" Ucapnya seolah dengan nada tak percaya, "Seorang penyelundup dengan pakaian terang dan tanpa alas kaki?"

"Pangeran Jake-"

"Heesung hyung, sudah berapa kali aku katakan padamu? Kita sudah kenal dari kecil. Hentikan panggilan formalmu" Jake menatap Heesung serius, "Sekali lagi kau memanggilku dengan panggilan formal, kau harus mengabulkan satu permintaanku"

Heesung mengangguk, "Baiklah Jake-ah, maaf, aku belum terbiasa" Kemudian ia kembali menatapku, "Baiklah, sekarang harus kita apakan orang yang mengganggu makan malam kita ini?"

Jake tampak menilaiku yang masih menundukkan pandangan. Aku yang tidak tahan, akhirnya mendongakkan kepala dan pandanganku mendarat pada ukiran permata di lehernya. Sama seperti Heesung, dia sepertinya menggunakan emblem kerajaannya di leher. Sebuah ukiran mirip bunga lotus dengan batu merah ditengahnya.

Aku yang masih sibuk memperhatikan emblem itu menegang ketika Jake membuka suara lagi, "Aku akan membawanya ke istanaku" Ucapnya sangat tiba-tiba. Bahkan Heesung yang tadi diam sekarang seperti akan membuka mulut menyanggah Jake.

"Tapi, Pangeran Jake-"

"Tck, lagi. Bahkan belum lima menit, Heesung hyung" Ucap Jake dengan senyumnya, "Kau harus mengabulkan permintaanku"

Heesung seperti ingin menolak, tangannya sudah teracung marah. Tapi, pada ujungnya ia menghembuskan nafas kasar, "Aku sudah memperingatimu, Pangeran Jake" Ia menoleh pada seorang pengawalnya, "Lepaskan wanita itu"

Aku menelan ludah. Astaga. Aku benar-benar berada di dunia dongeng itu.

---

Sim Jaeyun as Prince Jake

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sim Jaeyun as Prince Jake

- 🧸

Finding My Way To You || Project Hypen (-) Jake SideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang