20

52 7 6
                                    

"Apakah dia akan baik-baik saja?"

"Ia wanita yang kuat, Yang Mulia"

"Aku mengkhawatirkan penyakitnya"

"Kita hanya bisa mendukungnya sekarang, aku sudah berupaya sebisa ku untuk menangani penyakitnya"

"Apakah ia tak bisa sembuh?"

Terdengar helaan nafas, "Aku yakin Yang Mulia pasti tau bahwa itu diluar kehendak kita, aku yakin yang mulia tau lebih dari siapapun, nona Winter tak seharusnya berada disini"

Aku bisa merasakan getaran pelan, "Aku tau" lalu sebuah helaan nafas, "Aku mohon, bantu aku menjaga nya, Sa guil"

"Tentu, Yang Mulia"

Lalu setelah beberapa saat, terdengar suara pintu ditutup. Kemudian aku bisa merasakan rambutku dielus pelan, tak lama terdengar suara isakan pelan.

"Jangan tinggalkan aku, aku mohon padamu"

Aku menitikkan air mata, aku bisa merasakan basahnya berkelana di pipiku. Aku harap aku bisa mengabulkan permintaan itu.

Aku sungguh berharap.

---

Wangi british rose memenuhi indra penciumanku saat aku membuka mata, cahaya disekitarku silau, aku pun menutup mata kembali, baru kemudian membukanya perlahan.

Aku menoleh, memperhatikan sekitarku. Ini dimana? Interior ruangan ini mirip dengan kamarku, tapi disini lebih sederhana dan terkesan... maskulin? Tapi bau barusan?

Lalu aku menarik nafas kaget. Lelaki ini benar-benar. Dihadapanku sekarang, seorang Jake sedang tertidur pulas dengan posisi duduk, kepalanya diatas kasur menghadapku. Aku pun menggerakkan tangan, aku ingin sekali mengelus rambut hitamnya, namun kuurungkan, aku takut ia terbangun. Ia terlihat damai sekali tertidur dengan posisi itu.

Aku menggigit bibir, menahan suara tangis yang akan lepas dari bibirku. Aku mencintainya, itu sebuah kenyataan yang tak bisa ku bantah lagi. Tapi aku tau, rumahku bukan disini. Tugasku sudah selesai, aku berhasil menyelamatkannya, aku sudah merubah alur dongengnya.

Sudah waktunya aku pulang.

Perlahan, aku menarik tanganku dari kepalanya dan menyentuh leherku, lalu aku merasa panik. Astaga, dimana kalungku? Aku tidak pernah melepasnya sama sekali.

"Kau kira aku akan membiarkanmu pergi tanpa mengucapkan selamat tinggal?" Suara Jake yang mengantuk membuatku menatapnya, aku terdiam membisu, "Kau sudah pingsan 4 hari, dan aku menunggumu disini, jangan buat aku gila hanya karena kehilanganmu"

Aku menelan ludah, setengah karena kaget dan setengah karena.. astaga, bahkan dalam keadaan berantakan, ngantuk, dan hanya mengenakan sebuah kemeja putih longgar, fitur Jake merupakan definisi tampan yang baru. Ia terlihat rentan dan tegas disaat yang bersamaan.

Ia pun berdiri dan menundukkan badannya, membantuku bangun dari posisi tiduran agar duduk menghadapnya. Tak lama kemudian, ia mencium keningku. Kejadian kemarin pasti membuatnya takut. Lalu ia berpindah ke pelipisku, lalu ke pipiku, ia bahkan sempat menggigitnya. Saat ia mulai bergerak lagi, aku tau aku harus menghentikan ini.

Tanganku menggenggam pundaknya, "Apa yang sedang kau lakukan?" Tanyaku tegas. Mau bagaimana pun, kita tidak di takdirkan bersama, kita terpisah 9 nyaris 10 abad. Mau sebesar apapun perasaanku untuknya, aku harus menguburnya dalam-dalam.

Jake memundurkan wajahnya, ia terlihat bingung, "Apa maksudmu? Kemarin kau bahkan membalas-"

"Kemarin merupakan skenario Jake-ah, kita tak perlu melakukannya sekarang" Ucapku, melepaskan tanganku dari pundaknya.

Finding My Way To You || Project Hypen (-) Jake SideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang