11

33 8 0
                                    

"Kakek! Nona sudah siuman!" Sebuah teriakan membuatku sadar sepenuhnya. Ra geuk tersenyum saat aku menoleh padanya. Tak lama, Sa guil pun medekati ranjangku. Ditangannya sudah ada nampan berisi obat-obatan herbal.

"Sore Nona" Sapanya. Aku yang belum sanggup mengeluarkan kata-kata justru menangis. Lihatlah, aku yang tempo hari ia banggakan karena katanya cepat memulihkan diri sekarang terbaring lesu tak berdaya diatas kasur. Dia tabib yang luar biasa. Dia sudah pasti bisa menebak penyakit yang menggerogoti tubuhku.

"Aigoo! Nona jangan menangis!" Ra geuk mengelus-elus pundakku. Bocah perempuan ini lucu sekali muka khawatirnya. Demi melihatnya tersenyum, aku pun menggeleng dan menghapus air mataku.

"Nah, Ra geuk" Tabib Sa guil berjalan mendekat, "Tolong kau carikan aku daun jeruk muda, mungkin di rumah kaca istana ada"

Ra geuk mengangguk dan tersenyum sekali lagi padaku sebelum berlari keluar kamar. Pintu ditutup. Sa guil berdeham. Aku menoleh padanya yang sudah berdiri sejajar dengan kepalaku.

"Sebentar" Ucapku, dan membetulkan posisi bantal. Aku pun beranjak duduk bersender pada headrest kasur, "Kau sudah mengetahuinya bukan?"

Sa guil mengangguk khidmat. Ia tersenyum lemah, "Dan aku sudah berupaya memberikanmu ramuan terbaikku"

"Hah? Apa maksudmu? Kapan kau-?"

"Sarapan dan makan malam"

Aku terdiam, "Lantas hari pertama itu, saat aku sarapan berdua dengan Jake, apakah ramuan itu juga ada pada makanannya? Apakah itu tidak berbahaya?"

"Semua punya bakat kanker, Nona" Sa guil berkata pelan, "Kau hanya butuh pemantiknya"

"Apakah ia tau?" Aku bertanya pasrah, kalau Jake tau, mungkin barulah ia akan membuangku. Lagipula, siapa juga yang ingin hidup dengan seseorang yang akan menghabiskan uangmu untuk biaya pengobatan? Apalagi di zaman ini. Walaupun ini dunia ajaib, tetap saja pengobatan modern belum ada. Aku yakin sekali.

"Apakah maksudmu Pangeran Jake?" Tanya Sa guil memastikan, "Tidak"

Aku mengangguk, "Bagaimana dengan-"

"Tidak ada yang mengetahui penyakitmu selain kau dan aku" Sa guil memotong ucapanku.

Aku yang buntu kata-kata hanya bisa menangis lagi. Aku merasa sangat tak berguna. Ini hanya akan memberatkan semua orang disini. Tanpa sadar, tanganku sudah menggenggam tali kalung mawar itu. Jika aku bisa sampai ke dunia ini berkat kalung ini, maka aku harusnya bisa pulang lewat jalan yang sama.

"Nona Winter" Sa guil membuyarkan lamunanku, "Sebaiknya Nona jangan memikirkan hal-hal berat lainnya dulu. Aku tau ini mungkin akan terdengar aneh, tapi tidak pernah ada seorang pun di dunia ini yang tidak bisa membedakan satu kerajaan dari kerajaan yang lain"

Aku tertegun. Apakah ia juga mengetahui fakta bahwa aku pun bukan berasal dari luar negri? Seperti yang Jake bilang pada semua staff kerajaan?

"Aku tau kau bukan berasal dari dunia ini, dari dimensi ini. Mungkin kita, kau dan seluruh orang di dunia ini berasal dari nenek moyang yang sama" Tuturnya, "Tapi kau bukan orang disini, kau tamu dari negri yang amat jauh. Bahkan boleh jadi, kau datang dari masa depan. Entahlah, aku pun tak banyak tau"

"Kau tersadar saat aku bertanya padamu, tempo hari?" Tanyaku

Sa guil menggeleng, "Saat dipanggil pertama kali, aku sedang melewati koridor menuju kamarmu, aku mendengar ada beberapa pelayan yang mengatakan kau mungkin bukan dari kerajaan manapun, di bajumu tidak ada emblem apa-apa" Ia menatapku sendu, "Aku yang mulai curiga, hanya bersiap yang terbaik. Kalau pun kau memang berniat jahat pada putra mahkota kami, malam itu aku sudah siap"

Finding My Way To You || Project Hypen (-) Jake SideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang