23

30 3 0
                                    

Canggung.

Dihadapkan langsung dengan kakak yang tidak menghubungiku lebih dari 5 tahun. Manusia sombong yang tidak peduli dengan adik satu-satunya selama bertahun-tahun. Barulah saat karirnya terjepit seperti ini ia menjengukku, bertepatan sekali dengan kejadian papasan di klinik.

Namanya Lee Ga eul. Kakak perempuan yang berbeda 2 tahun denganku. Kakak yang memutuskan untuk segera menghilang 10 hari setelah pemakaman ibu. Kakak yang memutuskan kontak sepihak denganku.

Jika bukan karena pekerjaannya seorang aktris, aku takkan tau kabarnya sama sekali. Ga eul terkenal karena semua drama yang ia mainkan selalu mendapatkan penghargaan, bahkan sebuah majalah saingan perusahaanku pernah menulis artikel "Aktris One Take Pembawa Keberuntungan" pada sesi wawancara mereka dengan Ga eul.

Tapi karir Ga eul kandas beberapa bulan lalu saat ia dikabarkan merawat seorang balita perempuan. Banyak media yang menuduh itu anak Ga eul saat is berpacaran dengan seorang aktor luar negri, ada lagi yang mengatakan itu anak yang ia adopsi dari sebuah rumah perlindungan, dan masih banyak teori-teori lain yang sering ku baca di naver. Beritanya simpang siur, aku menduga itu upaya manager Ga eul untuk menutupi identitas asli anak tersebut.

Lucu sekali, aku jadi menebak-nebak anak siapa yang sebenarnya ia urus.

Sejak pertamakali menginjakkan kaki di flat polos ini, yang kulakukan hanyalah diam mengamati sekitar. Hal tersebut berlanjut hingga sekarang, aku duduk di hadapan Ga eul, dipisahkan oleh meja makan dan 2 gelas air putih. Mungkin kami sudah terhitung lebih setengah jam duduk tanpa suara. Ga eul yang tadi terus memaksaku untuk menceritakan penyakitku sekarang terdiam, terlihat tidak berniat membuka suara, hanya memandang kosong ke arah depan.

Aku yang merasa telah membuang waktu, segera menghabiskan gelas air putih dihadapanku, dan beranjak bangkit dari kursi, pandangan Ga eul mengikutiku, "Tidakkah kau memiliki kegiatan yang lebih bermanfaat daripada sekedar menatapku terus?"

"Aku menyesal, Winter-ssi"

Aku hanya mengangkat bahu menanggapinya. Kalimat itu sangat bukan Ga eul sekali. Dulu, saat kami masih tinggal sebagai keluarga yang utuh, sikap Ga eul sebagai kakak terkesan dingin dan cuek, tidak ada kehangatan ibu sama sekali pada kepribadiannya. Aku akan terus berusaha mengambil perhatiannya dengan segala jenis upaya. Sayangnya, semua perbuatanku sia-sia Ga eul tetap terlihat lebih kejam daripada tokoh Voldemort, penyihir berdarah dingin di buku Harry Potter.

Tapi situasi itu sudah jauh berubah sekarang.

Aku bukan lagi anak kecil yang akan melakukan banyak hal konyol untuk memenangkan perhatian kakak perempuannya. Sekarang justru Ga eul yang sedang mati matian mengambil perhatianku. Sayangnya, aku sudah tidak tertarik, upaya Ga eul layaknya berita menggemparkan yang sudah telat untuk dijadikan headline, tak ubahnya berita basi.

Aku ingin ia melihat hubungan kami -yang dari dulu ia sepelekan- dari sudut pandangku. Aku ingin Ga eul merasakan apa yang kurasakan tahun-tahun itu, aku yang baru saja lulus SMA harus berusaha susah payah diterima disebuah sekolah tinggi media kreatif agar bisa menjadi jurnalis dan bisa setidaknya melihatnya dari dekat. Tapi apakah Ga eul peduli? Ia bahkan tetap berusaha menghindariku dengan cara berpindah-pindah agensi sebelum pada akhirnya memiliki manager sendiri, ruang geraknya justru lebih fleksibel, tidak terikat pada aturan penerimaan wawancara manapun.

Aku ingin menunjukkan dampak ironi yang ia beri padaku selama ini.

Tanpa menghiraukan kalimatnya yang penuh nada sedih tadi, aku bertanya hal lain "Apakah ada kamar kosong yang bisa kugunakan?"

Ga eul yang sedang memaikan gelasnya pun mendongak lagi padaku, "Ada" Jawabnya parau, "Tapi kamar itu cukup kecil dan penuh dengan mainan anak-anak, kau tidak masalah?"

Finding My Way To You || Project Hypen (-) Jake SideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang