Jika aku bisa datang berkat kalung itu, maka aku bisa pulang lewat jalan yang sama.
---
"Pagi nona Winter" Sapa pengawal didepan kamarku. Aku mengangguk membalas sapaanya, "Yang mulia pengeran Jake sudah menunggu anda di meja makan"
Aku mengucap terimakasih dan memberikannya sebuah senyum tipis. Setelah beberapa menit berjalan, langkah kakiku pun sampai di ruang makan kerajaan. Terlihat Jake sedang meminum teh. Pagi ini ia terlihat segar dengan seragam serba putih yang dipadu dengan.. rambut coklat?
"Pagi Winter-ah" Lelaki itu tersenyum padaku, "Kemari, kau ingin sarapan apa?"
Aku yang masih terkaget, berjalan canggung dan menarik sendiri kursi disebelah kanan Jake, semua pelayan sudah mulai mengenal aku yang lebih suka melakukan hal kecil sendiri.
"Aku akan minum teh saja" Ucapku, Jake mendongak dan menaikkan salah satu alisnya, "Dan sepotong roti bakar" Pelayan pun berlalu setelah mendengar 'pesanan' sarapanku.
Setelah puas memastikan menu sarapamku, lelaki itu tersenyum dan melanjutkan aktivitas minum tehnya. "Kau terlihat canggung hari ini"
"Rambutmu-" aish, aku kelepasan, "Maaf"
Jake tertawa kecil, "Ani, gwenchana" ia menaruh cangkir dan melihat ke arahku, "Aku ingin melakukannya untuk yang terakhir kali sebelum nantinya aku tidak bisa lagi"
Alisku refleks bertaut, kalimatnya terdengar aneh. Baru saja akan mengajukan pertanyaan lagi, seorang pelayan mengantar sarapanku, sepiring roti bakar dan secangkir teh hangat, "Kamsahamida"
"Ne, silahkan dinikmati, nona" Ucapnya dan berlalu.
Aku memakan sarapan dalam senyap. Kecanggungan yang tadi tak sengaja kuciptakan justru bertambah parah. Ditambah kejadian semalam, aku merasa tambah enggan membuka sebuah pembicaraan lebih dulu, tak seperti biasanya.
"Winter-ah" Jake memanggilku, aku mendongak, "Apakah ada tempat yang ingin kau kunjungi di luar istana?"
Aku memggeser piringku yang sudah kosong, sepertinya Jake sengaja mengeluarkan pertanyaan itu setelah makanku selesai, "Kenapa bertanya seperti itu?"
"Kau kan bukan berasal dari tempat ini, bagaimana jika aku membawamu melihat-lihat kawasan kerajaanku"
Aku meremas midi dress yang aku kenakan pagi ini. Tak perlu dijelaskan pun, aku tau maksud tersirat dari kalimat Jake barusan, ia ingin menunjukkan mukaku didepan publik secara sengaja, untuk sekedar membuktikan bahwa aku berada dibawah perlindungan serta naungan langsung sang putra mahkota.
Teringat akan tekadku semalam, aku pun menggeleng keras atas tawarannya barusan, "Maaf Jake, tetapi aku tidak tertarik mengunjungi tempat ataupun lansekapmu yang mana pun"
Jake terlihat bingung, "Waeyo? Apakah rasa penasaranmu sudah hilang, Winter-ah?"
"Ani, aku hanya sedang tidak berselera" Ucapku.
Jake meraih cangkir tehnya lagi, tangannya bermain dengan gagangnya, "Aku tak tau apa yang kau sembunyikan padaku akhir-akhir ini" Ia menatapku, "Aku berharap kau lebih percaya padaku"
Aku tersenyum tipis. Aku memang tak bisa bermain peran dengan baik, tapi untuk menyembunyikan ekspresi muka, aku sudah terlatih melakukannya dari SMA. Tidak mungkin seorang kuli tinta menunjukkan ekspresi aslinya pada narasumber. Tentu saja mereka tak tau, dari kegigihan kami mengumpulkan informasi, mesin opini dibalik senyum palsu itu sedang berkerja merangkai kalimat yang mungkin saja menjatuhkan martabat mereka. Seorang pejabat selalu kehilangan muka dihadapan kontroversi koran bukan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Finding My Way To You || Project Hypen (-) Jake Side
Fanfiction"Memangnya kamu kuat?" "Kita lihat saja nanti" Highest rank: #2 Enhypen fanfiction - 9/9/22