"Silahkan naik" Sang kusir membukakan pintu kereta kuda berwarna biru gelap. Aku masih dengan tampilanku di penjara tadi, menaiki kereta dengan kikuk. Pasalnya, kereta ini akan dimasuki aku dan-
"Aaah!" Aku segera berpegangan dengan pintu kereta. Kaki lemasku menabrak satu sama lain, akibatnya aku kehilangan keseimbangan.
"Hey" Jake yang memang berada dibelakangku menyentuh tangannya di pundakku, "Kau baik-baik saja?"
Aku mengangguk dan mendorong diriku naik, setelah benar-benar masuk, segera aku menduduki sofa kereta kuda tersebut. Jake mengikuti dan duduk di depanku. Pintu kereta pun ditutup dan kami berangkat.
Aku mengalihkan pandanganku ke arah luar dan melihat potret kota kolonial yang tidak pernah ku lihat secara langsung. Arsitektur gaya bangunan orang-orang disini seperti perpaduan antara budaya barat dan asia. Memiliki ciri khas tersendiri.
Tiba-tiba, sebuah tangan menarik pelan tanganku. Awalnya aku ingin menolak, tapi lelaki di depanku ini lah yang menyelamatkan nyawaku tadi. Sangat tidak sopan jika aku menarik tanganku kasar. "Astaga" Bisiknya, jarinya mengelus pelan luka-luka akibat besi tadi, "Lihat apa yang mereka lakukan padamu" Aku kembali menatap ke luar, menghindari matanya. Tak lama kemudian ia pun menarik diri dan kembali pada posisi semulanya.
Aku seorang jurnalis. Aku tau cara memperhatikan keadaan sekitarku secara diam-diam. Jadi, aku tau dengan pasti, lelaki ini sejak tadi di penjara menaruh ketertarikan besar padaku. Aku tak tau pasti kenapa, tapi yang jelas, dia tidak keberatan menutupi fakta bahwa ia tak berhenti menatapku dari tadi.
"Ada apa?" Aku pun memberanikan diri membuka suara, "Kau ingin mengatakan sesuatu?"
Ia tersenyum dan menggusar rambutnya, "Kau tahu siapa aku?"
Aku menatapnya, "Namamu Jake dan kau seorang pangeran"
"Lalu?"
"Aku tidak tau" Jawabku singkat.
"Kau tau kau berada di daerah mana sekarang?" Tanyanya lagi.
"Tidak" Aku menghembuskan nafas pelan, "Aku sudah mengatakan, aku tidak tau aku berada dimana sekarang"
"Lantas bagaimana kau mengetahui kalau kami ada 7 orang?" Tanyanya, sekilas nadanya berubah, sedikit lebih dalam.
Aku menunduk. Aku bahkan tak tau ini dunia nyata atau bukan. Bagaimana aku bisa menjawab pertanyaannya? Apakah aku harus menjawab aku dari masa depan? Atau aku harus mengatakan kalau mereka sebenarnya adalah bagian dari dongeng? Kepalaku dipenuhi berbagai macam pertanyaan. Tetapi justru terucap sesuatu yang dari tadi aku tahan.
"Apakah pangeran kerajaan perbatasan sudah terbunuh?" Tanyaku. Astaga! Apa yang telah aku lakukan? Kalau begini, dia yang tadi sudah melepaskanku dari hukuman mati justru akan membunuhku dengan tangannya sendiri!
Jake tampak kaget. Tetapi ia segera mengendalikan ekspresinya lagi, "Aku tanya padamu sekali lagi" Ia mendekatkan wajahnya, "Kau tau siapa aku?"
"Namamu Jake dan kau seorang pangeran" Jawabku kali ini lebih mantap, wajahnya yang terpisah beberapa inci tampak sangat mengintimidasi. Tetapi, kejadian berikutnya sangat tidak disangka-sangka.
Dia semakin mendekatkan wajahnya dan mengecup pipiku ringan. Aku mematung, tak bisa melakukan apa apa. Kalau aku mengatakan sesuatu sekarang, sudah pasti aku akan tergagap.
Ia kembali ke tempat duduknya dan merapihkan kerah bajunya. Tatapan matanya fokus mengarah keluar. Mukanya terlihat sekilas memerah terkena terpaan cahaya purnama. Tampaknya di dunia ini cahaya bulan lebih terang 30%
"Kau mau tau rahasia kecil?" Tiba-tiba Jake bersuara, aku yang masih setengah kaget memaksakan diri untuk melihatnya. Ia yang sadar aku perhatikan, menangkup sebelah tangannya menutupi muka, kali ini rona merah di wajahnya lebih jelas terlihat.
"Heesung hyung tak sadar telah menyimpan berlian langka di penjara bawah tanahnya malam ini"
---
Itu merupakan kalimat penutup pembiacaraan kami di kereta itu. Baik aku dan Jake tidak ada yang tertarik membuka suara hingga kereta kuda itu memasuki sebuah kompleks kerajaan. Keadaan malam membuat jarak pandangku terbatas.
Kerta terhenti dan kusir membukakan pintu, ia tersenyum dan membantuku untuk turun, "Terima kasih" Ucapku dengan senyuman. Saat sudah menyentuh tanah, aku memperhatikan sekelilingku. Istana ini bisa dikatakan lebih sederhana daripada istana Heesung. Bangunannya di cat putih tulang dengan ukiran kecil berwarna biru metalik. Tidak berlebihan, tetapi cukup untuk meninggalkan kesan pertama yang baik.
"Pelayan" Suara Jake bergema. Aku lupa dia ada di belakangku. Seorang perempuan lebih muda 2-3 tahun dibawahku menghampiri kami. "Ini tamuku, tolong antarkan ia ke kamar paling dekat denganku"
Pelayan itu menatap Jake takut-takut, "Yang mulia, tapi kamar itu merupakan kamar..." Suaranya semakin mengecil. Aku menoleh ke arah Jake, ada apa sebenarnya?
"Tidak apa apa" Jake mengangguk dan memberikan seulas senyum kecil.
"Baik, Yang Mulia" Ucap pelayan itu, "Mari Nona, ikuti saya" ia berkata seraya memberikan gestur untuk mengikutinya. Aku mengangguk dan melihat Jake sekilas sebelum mengikuti langkah pelayan itu.
"Pelayan! Tolong panggilkan tabib..." Suara Jake pun mulai mengecil seiring aku menjauh dari tempatnya berdiri di luar.
Berbeda dengan istana Heesung yang dipenuhi dengan gorden-gorden velvet menjuntai hingga lantai, istana Jake lebih sederhana. Jendelanya besar dan ditutupi gorden sutra tipis. Lampu dan hiasannya pun tidak ditaburi berlian, hanya terbuat dari emas polos dengan ukiran-ukiran kecil berwarna biru gelap. Sepertinya istana ini identik dengan ukiran-ukiran kecil berwarna biru.
Kami berbelok ke sebuah lorong dengan lukisan-lukisan besar. Aku memperhatikan sekilas beberapa lukisan itu. Celakanya, tidak ada yang aku ketahui satu pun. Lukisan ini sungguh asing, penuh dengan lansekap-lansekap aneh. Sebuah hutan dengan bunga setinggi pohon, lautan berwarna oranye dengan langit biru terang dan macam-macam lagi. Ini benar-benar dunia antah berantah.
Pelayan itu berhenti di sebuah pintu kamar dan membuka pintunya, "Silahkan Nona" Ucapnya. Aku mengangguk dan memasuki ruangan itu. Seperti dugaanku, kamar ini cukup sederhana bila berada di dalam istana sebesar ini. Tempat tidurnya tetap memiliki kelambu hingga langit-langit kamar, tetapi bahannya tidak berat dan pengap. Perabotannya juga sederhana, hanya sebuah meja rias dan 2 buah sofa saling berhadapan. Mungkin hanya karpetnya yang terlihat berlebihan, penuh dengan gambaran bunga-bunga bermekaran. Tapi itu tidak masalah. Malah, jika ingin dikatakan jujur, aku menyukai kamar ini.
Aku tersenyum kepada pelayan itu dan mengucapkan terimakasih. Ia pun keluar kamar setelah mengatakan akan ada beberapa orang yang datang nantinya. Aku pun memutuskan menjelajahi kamar itu. Memperhatikan taman istana yang bisa dilihat jelas dari jendela besarnya. Ada sebuah rumah kaca diujung taman. Mungkin nanti aku bisa meminta Jake untuk membawaku ke sana setelah urusan ini kelar.
Selang 5 menit, pintu kamarku diketuk. Seseorang dengan pakaian kebesaran masuk ke dalam kamarku, di belakangnya ikut mengekori seorang bocah berumur 10 tahunan menenteng tas coklatnya, "Perkenalkan Nona, saya Choi Sa guil, saya tabib istana" Ucapnya, "Dan itu cucu saya sedang berlatih menjadi asisten saya, namanya Choi Ra geuk"
Aku mengangguk, "Saya Lee Winter, panggil Winter saja"
Tabib istana merupakan teman berbicara yang menyenangkan. Sambil merawat luka-lukaku, ia mengajakku mengobrol hal ringan, seperti apa buah favoritku, musim apa yang paling tidak aku sukai dan remeh temeh lainnya. Tak terasa, ia sudah mengobati seluruh luka disekujur tubuhku yang terlihat.
"Kamshamida, Tabib Sa guil, asisten Ra geuk"Mereka berdua mengangguk dan memberikan sebuah senyuman yang hampir identik. Ujung kiri bibir atas keduanya sedikit lebih naik. Lagi-lagi sebuah ke ciri khas individu manusia.
Tiba-tiba sebuah pertanyaan mampir dibenakku. Tak kuasa menahan, aku lontarkan juga pada mereka berdua, "Maaf jika ini terdengar aneh" Aku meremat pelan ujung blouse merahku, berharap ini keputusan yang tepat, "Aku baru disini dan belum bisa benar-benar membedakan satu kerajaan dengan kerajaan lain. Jika boleh bertanya, kita berada di kerajaan mana?"
Tabib tua itu terkekeh, ia mengelus pelan jenggotnya, "Kalau begitu, izinkan aku memberikan sambutan sederhana" Ia tersenyum, "Selamat datang ke Kerajaan Perbatasan, Nona Winter"
- 🧸
KAMU SEDANG MEMBACA
Finding My Way To You || Project Hypen (-) Jake Side
Fanfic"Memangnya kamu kuat?" "Kita lihat saja nanti" Highest rank: #2 Enhypen fanfiction - 9/9/22