Pelan. Suara itu pelan sekali. Ada apa ini? Kenapa lama kelamaan menghilang? Nyanyian itu semakin jauh suaranya. Hei! Hei! Aku menjulurkan tangan, berusaha menggapai suara itu. Jauh, jauh. Semakin bisu. Semakin hampa.
Gelap.Aku terlonjak bangun. Kepalaku seperti dipukul dengan panci. Seketika berdenging. Keringat juga masih bercucuran. Tapi ini sebuah berkah aku bisa melewati malam kemarin. Aku melihat kedua tanganku, urat-urat birunya lebih mudah terlihat. Kesehatanku menurun drastis sejak semalam.
Aku kira kanker sialan itu bisa menghilang di dunia lain!Sinar matahari terlihat mengintip dari jendela. Aku melihat jam dinding, pukul 9 pagi. Aku telat. Ralat, sangat telat. Saat ingin menyibak selimut ke samping, mataku menatap sesuatu yang ada di nakas. Tanganku mengambilnya.
Seikat bunga kesukaanku. Masih segar, terlihat sekali baru dipetik. Bunga anyelir. Hanya saja, warnanya putih. Memangnya ada anyelir putih?
Omo, aku lupa. Ini dunia lain. Apa saja bisa ada.Kemudian, mataku menangkap secarik kertas, sudah pasti dikirimkan bersamaan dengan anyelir putih itu.
'Aku baru tau tidurmu seberantakan ini'
- J
Aku menutup mulut dengan tanganku. Ini dia sendiri yang menaruhnya disini?! Astaga. Mau taruh dimana mukaku nanti. Keadaan kasurku memang sudah setara dengan kapal cina yang habis porak poranda. Selimutnya terangkat semua dan tergelung, kusut kesana kemari. Bantalnya pun berserakan. Memang ada beberapa ukuran bantal, dari yang kecil, sedang dan besar. Tapi semua 3 jenis bantal itu sudah berhamburan. Ada yang jatuh, ada juga yang tersangkut di ujung kasur.
Aku bisa merasa pipiku mengahangat. Lihatlah, bahkan ketika orangnya tidak ada, aku masih bisa malu karennya. Karena sudah bangun kesiangan, aku merasa tidak perlu menunggu selusin pelayan untuk mengurusku. Aku juga bisa mandi sendiri. Setelah mandi dan mengenakan bathrobe, aku melangkah memasuki walk in closet. Tanganku menyentuh semua gaun disana. Sebuah perasaan aneh merayap didalamku, mengingat semua ini merupakan pemberiaan mendiang ratu kepada seseorang yang mencintai anaknya.
Aku hampir mengambil salah satu setel nya saat aku melihat ada yang berbeda di ruangan itu. Salah satu bagian yang kemarin kosong, sudah terisi penuh. Aku melangkah menuju bagian itu dan terkaget saat melihat midi dress aneka mode dan warna. Diatas rak pun ada secarik kertas menempel.
'Bukan berlebihan, tapi aku tidak suka melihatmu menggunakan barang orang'
- J
"Dasar laki-laki. Jelas sekali ini berlebihan" Lucunya, aku justru mengucapkannya sambil tersenyum. Aku tidak suka sesuatu yang berlebihan, tapi kenapa ini seperti bisa membuatku mengenyampingkan ketidaksukaanku itu? Apakah hanya karena di berikan 23 setel midi dress baru, aku berubah pikiran?
Aku menyambar salah satu midi dress itu dan mengenakannya. Tepat saat aku selesai membetulkan kerutan di bagian pinggang, pintu kamar di buka. Aku meraih barang apapun didekatku dan menyembunyikannya di belakang punggung. Kebetulan ada gunting menjahit dekat situ. Aku hanya ingin bersiap yang terburuk. Aku masih ingin bernafas setelah melewati kejadian semalam.
Seseorang muncul dengan langkah terpogoh-pogoh. Seragam putih gadingnya sedikit berantakan. Kemudian matanya segera memancarkan sinar bersalah saat melihatku, "Ah, Nona!" Ia berseru. Aku tau dia, dia salah satu pelayan yang kemarin membantuku bersiap-siap, dia juga yang kemarin menemaniku waktu mengganti baju berkuda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Finding My Way To You || Project Hypen (-) Jake Side
Fanfiction"Memangnya kamu kuat?" "Kita lihat saja nanti" Highest rank: #2 Enhypen fanfiction - 9/9/22