1: Eunoia

1.1K 136 1
                                        

Eunoia

ˈnɔɪ.ə/

(n.) a feeling of goodwill (being friendly and wanting to help); beautiful minded

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------

"Laki-laki itu menindasmu lagi?"

Yamaguchi meringis pelan, ketika Tsukishima memberi obat di luka memar di pipinya. Ia tidak langsung menjawab pertanyaan itu, melainkan hanya bergumam tidak jelas, "Hmm, begitulah..."

"Kau seharusnya memberitahuku, jika dia mulai memukulmu lagi," omel Tsukishima. "Laki-laki itu benar-benar sudah melewati batas."

Tangan Tsukishima sudah terkepal dengan kesal dan Yamaguchi buru-buru menyentuh tangannya. Tsukishima Kei sangat menyeramkan, jika ia sudah marah. Yamaguchi masih terisak pelan, tapi ia mencoba menahannya agar laki-laki itu tidak lagi termakan oleh emosinya. "Tsuki, biarkan saja. Jangan mengkonfrontasinya. Aku tidak ingin kau terlibat masalah apa pun."

"Baiklah, baiklah. Aku berjanji tidak akan berbuat aneh-aneh, jadi jangan menangis lagi, Yama." Tsukishima menghapus jejak air mata Yamaguchi yang baru saja menetes dengan penuh rasa kepedulian. Ia tidak pernah suka melihat teman masa kecilnya itu babak belur. Tsukishima benar-benar ingin menghajar siapa pun yang berani membuat Yamaguchi terluka.

"Aku baik-baik saja, Tsuki." Yamaguchi memamerkan senyum tipis kepadanya.

Yamaguchi Tadashi selalu saja tersenyum seperti itu di hadapannya, seolah-olah ia baik-baik saja. Sebenarnya, Tsukishima tidak pernah menyukai salah satu sikap sahabatnya itu. Sahabatnya itu, Yamaguchi, tidak pernah mau menceritakan apa pun kepadanya. Ia seperti tidak menganggap dirinya ada. Tidak pernah membiarkannya ikut campur dalam masalahnya, walau ia ingin ikut campur hanya untuk membela laki-laki itu.

Dia tidak pernah baik-baik saja.

Tsukishima menghela napas panjang, memaksakan seulas senyum tipis di wajahnya. "Baiklah, kalau begitu. Omong-omong, apa kau lapar?"

"Ya, aku sedikit lapar." Laki-laki berwajah manis di hadapannya itu mengangguk dengan cepat. Air mata laki-laki itu memang selalu cepat berhenti di hadapannya, seperti saat ini. Wajahnya tidak lagi murung, tapi Tsukishima melihat keterpaksaan yang terpancar di wajahnya. Yamaguchi tidak pandai berakting dan Tsukishima sudah terbiasa melihat pemandangan seperti ini sejak lama.

Apa gunanya mencoba sok kuat seperti itu?

Jika memang merasa sedih, kenapa tidak mengakuinya saja?

Tsukishima tahu perasaan laki-laki itu saat ini sangat buruk dan pertanyaan-pertanyaan menyudutkan itu hampir meluncur keluar dari bibirnya, tapi ia berhasil mengubahnya. "A-aku akan memasak sekarang. Panggil aku, jika kau membutuhkan sesuatu."

Yamaguchi tertegun dengan sikap Tsukishima, tapi ia memilih untuk tidak berkata apa-apa. Ia hanya menganggukkan kepalanya. Lagipula, sudah biasa Tsukishima bersikap seperti itu sejak dulu. Ia juga tidak ragu membiarkan Tsukishima menjamah dapurnya. Toh, Tsukishima cukup bisa diandalkan dan Yamaguchi masih merasakan sakit di tubuhnya, membuatnya malas beranjak dari tempat tidurnya.

Tsukishima Kei sudah turun keluar dari kamarnya sejak beberapa saat lalu dengan membawa kotak P3K bersamanya. Yamaguchi menoleh ke arah pintu kamarnya, memastikan pintu itu sudah tertutup. Laki-laki pemalu itu tahu Tsukishima hanya ingin memberinya waktu sendiri, tapi juga tidak ingin meninggalkannya sendirian.

Di dapur, ia bisa melihat seorang Tsukishima yang tengah mengenakan celemek dan memasak. Yamaguchi tidak ingin mengganggunya, mengingat Tsukishima sendiri memang tidak suka diganggu ketika sedang fokus melakukan sesuatu. Ia ingin duduk di kursi meja makan dan meminum segelas air.

ORPHEUS [Tsukiyama]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang