Serendipity
ser·en·dip·i·ty | \ ˌser-ən-ˈdi-pə-tē
(n.) the fact of finding interesting or valuable things by chance
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Back to the old days...
"Apa kau baik-baik saja?"
Seorang anak laki-laki berambut hijau yang tengah menangis menengadah begitu mendengar seseorang berbicara dengannya. Ia menggeleng pelan sebagai jawaban dari pertanyaan orang itu.
"Oh, bukankah kau yang kemarin ditindas oleh sekumpulan anak nakal itu?" tanya anak laki-laki berambut pirang itu lagi yang kali ini dibalas dengan anggukan pelan. "Apa kau juga menangis, karena hal yang sama?"
Anak laki-laki berambut hijau itu menggeleng lagi. "Ayah baru saja meninggalkanku."
"Maaf, aku tidak tahu," balas anak laki-laki berambut pirang itu dengan datar. "Siapa namamu?"
"Yamaguchi...Tadashi," jawabnya dengan suara pelan. Manik matanya menatap si anak laki-laki berambut pirang. Ia seperti baru saja mengingat sesuatu. "Apa kau yang menolongku kemarin?"
Anak berambut pirang itu mengangguk dengan malas. Ia mengerling ke arah anak laki-laki di hadapannya. "Aku menolongmu kemarin, karena kau lemah."
Yamaguchi Tadashi mengerjap kaget, lalu menunduk. "Aku tahu. Karena aku lemah, jadi mereka menindasku." Ia sesekali mencuri pandang ke arah lawan bicaranya dengan malu-malu.
"Apa?" tanya anak laki-laki berambut pirang itu dengan sedikit keras, merasa terganggu dengan sikap Yamaguchi yang mencuri pandang ke arahnya. "Katakan saja apa yang mau kau katakan."
Anak laki-laki berwajah manis itu terkejut dan mulai memainkan tangannya dengan gugup. "Boleh aku tahu namamu?"
Suaranya pelan sehingga membuat anak berambut pirang itu sedikit mencondongkan wajahnya agar dapat mendengarnya dengan lebih jelas. "Namaku? Tsukishima Kei."
"Terima kasih telah menolongku!" seru Yamaguchi Tadashi tiba-tiba, tapi ia langsung memelankan suaranya begitu melihat Tsukishima yang terkejut. "Senang bertemu denganmu, Tsuki!"
"Jangan panggil aku Tsuki!" Tsukishima Kei terdiam sebentar, lalu bertanya lagi. "Omong-omong, mengapa mereka menindasmu?"
"Miyazaki bilang wajahku menjijikkan," jawab Yamaguchi. "Aku juga tidak menyukai wajahku yang berbintik-bintik."
Oh, jadi masalahnya hanya sesimpel itu? Tsukishima mengernyit, lalu berjongkok di hadapan Yamaguchi. Ia sedikit penasaran dengan wajahnya yang menurut anak-anak lain itu menjijikkan. Memangnya seburuk apa?
"Apa yang kau lakukan?" tanya Yamaguchi Tadashi dengan sedikit panik. Ia mundur beberapa langkah sembari menunduk.
"Biarkan aku melihat wajahmu," ucap Tsukishima datar, sembari mendekati Yamaguchi. "Aku ingin melihat seberapa buruk wajahmu."
Tsukishima Kei tidak pandai dalam berkata-kata dan mungkin ucapannya akan sedikit menyinggung perasaan Yamaguchi, tapi ia ingin melihatnya. Yamaguchi dengan cemberut mengangkat wajahnya agar anak laki-laki itu bisa melihat wajahnya seperti keinginannya.
Tidak seburuk yang kukira, mungkin selera anak itu benar-benar rendah, batin Tsukishima.
"Wajahmu tidak buruk," ujar Tsukishima. "Setidaknya, masih memenuhi standar." Ucapannya membuat Yamaguchi Tadashi mengernyit. "Kau memiliki wajah manis dengan bintik-bintik itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
ORPHEUS [Tsukiyama]
Fiksi PenggemarYamaguchi Tadashi mungkin memang dilahirkan sebagai seorang anak laki-laki pengecut. Takdir mempertemukannya dengan Tsukishima Kei di waktu yang tepat. Walau ia memiliki Tsukishima Kei di sisinya, tidak semua dalam kehidupannya selalu berjalan denga...