Indestructible
in·de·struc·ti·ble | in-di-ˈstrək-tə-bəl
(adj.) impossible to destroy or break
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
"Apa... kau bilang...?"
"Aku tidak bercanda, Kei! Semua orang tahu rumor mengenainya!"
Tsukishima melangkah dengan cepat memasuki kelasnya. Ia hampir berjalan mendekati Yamaguchi yang sedang terduduk dengan kepala menunduk, tapi Aoi menahan lengannya. Gadis itu menggeleng, menyuruh laki-laki itu untuk tidak mendekatinya.
"Hey, itu Tsukishima. Ia tidak bersama dengan Yamaguchi?"
"Ah, Tsukishima 'kan sudah memiliki kekasih, mengapa harus terus bersama dengan pelacur itu?"
"Yamaguchi hanya mendekatinya dengan berkedok sebagai sahabat, tapi dia sebenarnya jauh lebih rendah dari itu. Benar-benar menjijikkan!"
"Mungkin, ia perlu seseorang untuk melindunginya, bukan? Toh, ia tidak mencoba untuk membela dirinya sendiri atau melakukan apa pun."
Tsukishima menatap punggung sahabatnya. Ia masih tidak bisa mempercayai apa yang baru saja terjadi. Semua orang berbisik-bisik dan Yamaguchi yang terlihat ketakutan. Ia melirik ke sekelilingnya, menemukan banyak orang yang saling berlomba-lomba untuk menghakimi sahabatnya. Ia ingin maju dan menolongnya, tapi gadis ini masih mencengkeram lengannya.
"Jangan pergi ke tempatnya," bisik Aoi. "Pikirkan baik-baik mengenai masalah ini. Tidakkah kau berpikir, dia sudah membohongimu?"
Bohong? Yamaguchi berbohong? Tsukishima diam. Sebenarnya, ia sadar akan sikap tertutup Yamaguchi pada dirinya. Laki-laki itu hampir tidak pernah bercerita apa pun kepadanya dan Ia pikir, laki-laki itu hanya perlu waktu untuk menceritakannya.
Bel pelajaran pertama berbunyi dan ia akhirnya duduk kembali di kursinya. Dari kejauhan, ia memperhatikan Yamaguchi hingga mata mereka bertemu, tanpa sengaja. Laki-laki itu membuang wajahnya dengan cepat, bahkan sebelum dirinya sempat bereaksi apa pun.
Ia harus berbicara dengan Yamaguchi saat makan siang nanti.
Di sepanjang pelajarannya hari ini, ia tidak memperhatikan sensei yang sedang menjelaskan materi pelajaran di depan sana. Kepalanya terus memikirkan satu hal yang sama, yaitu Yamaguchi. Ia sudah mendengar semuanya dari Aoi, tapi ia belum puas, jika tidak mendengarnya secara langsung dari bibir Yamaguchi.
Setelah bel makan siang, ia berjalan ke arah meja Yamaguchi. "Yamaguchi..."
Laki-laki itu menoleh sebentar ke arahnya, lalu berbalik dan berjalan pergi. Yamaguchi secara terang-terangan menghindari dirinya. Tsukishima tidak bergeming sedikit pun, walau sebenarnya ia merasa sedikit terganggu dengan sikap sahabatnya yang seperti itu. Namun, ia harus meyakinkan dirinya bahwa Yamaguchi hanya perlu waktu untuk sendiri. Setidaknya, untuk saat ini.
Ia berjalan keluar dari kelas, berjalan tanpa arah menelusuri lorong. Kalau ia boleh jujur, hatinya terasa sedikit mengganjal semenjak pertemuan mereka pusat perbelanjaan saat itu. Entah kenapa, ia merasa hatinya sedikit sakit setiap mengingat senyuman terpaksa Yamaguchi pada hari itu. Ia merasa seperti baru saja membuat kesalahan terbesar dalam hidupnya.
Dari kejauhan, ia menangkap sosok Hitoka Yachi yang sedang berbicara dengan temannya. Sebuah ide langsung terbersit di dalam benaknya. Tanpa perlu menunggu waktu lama, ia langsung menghampiri gadis itu.
"Hitoka."
Gadis itu mengerling ke arahnya, lalu bertanya dengan datar, "Ada yang bisa kubantu, Tsukishima?" Raut wajahnya terlihat sedikit tegang dari biasanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ORPHEUS [Tsukiyama]
FanfictionYamaguchi Tadashi mungkin memang dilahirkan sebagai seorang anak laki-laki pengecut. Takdir mempertemukannya dengan Tsukishima Kei di waktu yang tepat. Walau ia memiliki Tsukishima Kei di sisinya, tidak semua dalam kehidupannya selalu berjalan denga...