Retrouvailles
(n.) the happiness of meeting someone that is very dear to you after a long time
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
"Akiteru, Kei belum pulang sama sekali."
Akiteru melirik ke arah jam dindingnya, lalu mengernyit. Sudah hampir malam hari, tapi adiknya belum pulang sama sekali. "Ah, benar juga."
"Bisakah kau mencarinya?" pinta ibunya dengan nada suaranya yang sedikit khawatir. "Aku khawatir, jika Kei mengalami sesuatu di tengah jalan."
Akiteru mengangguk setuju. Ia masuk ke dalam kamarnya untuk mengambil jaketnya, lalu pamit kepada ibunya untuk mencari adiknya. Ada sedikit perasaan tidak enak dalam hatinya, tapi ia menepisnya dengan membuat kepalanya berpikir positif.
Adiknya, Tsukishima Kei, bukanlah adiknya yang ia dahulu kenal. Dalam waktu sesingkat ini semenjak kejadian itu, ada banyak hal yang terus berubah dalam dirinya. Tsukishima Kei memang pandai menyembunyikan perasaannya, tapi bukan berarti semua orang tidak bisa melihatnya.
Ia menyadari betapa depresinya adiknya itu. Perasaan bersalah terus menghantui dirinya. Akiteru dan ibunya sudah mencoba untuk membantunya, mencoba membuat Tsukishima Kei untuk melepaskan kepergian laki-laki itu secara perlahan-lahan.
Hanya saja, sebesar apa pun perjuangannya untuk melepaskannya, tetap saja perasaan itu akan selalu membekas dalam diri adiknya.
Emosinya semakin tidak stabil dan dia masih menolak untuk menerima kenyataan. Akiteru mengetahui kebiasaan lama yang dimiliki adiknya itu. Maka dari itu, ia melangkahkan kakinya menuju ke rumah Yamaguchi Tadashi, tapi adiknya tidak ada di sana.
"Dia sudah pergi sejak tadi dan aku berkata kepadanya untuk berhenti datang ke tempat ini. Kei harus melanjutkan hidupnya, walau tanpa kehadiran Tadashi."
Wanita itu benar. Namun, akan sulit untuk melakukannya, jika adiknya masih menolak untuk melepaskan kepergian Tadashi. Terkadang, masa lalu memang seharusnya tetap berada di masa lalu, tidak perlu terus-menerus membawanya selama hidup.
Namun, meninggalkan perasaannya begitu saja di masa lalu benar-benar sulit untuk dilakukan.
Tsukishima Akiteru tahu. Ia sudah melihatnya dengan mata kepalanya sendiri. Bunga segar di atas makam Tadashi membuktikan bahwa hal itu memang benar adanya. Manusia mungkin akan melupakan memorinya seiring berjalannya waktu, tapi perasaan tidak akan memudar begitu saja dalam hati mereka.
Adiknya tidak ada di tempat ini, tapi jejaknya tertinggal cukup jelas. Perasaan lamanya juga masih terukir jelas di tempat ini, masih ada kenangan akan laki-laki itu yang tertinggal. Akiteru berdoa sebentar di sana untuk roh Yamaguchi Tadashi. Namun, ia tidak bisa tinggal lama di tempat itu. Ia harus mencari keberadaan adiknya.
Satu-satunya tempat terakhir yang ada di pikirannya hanyalah pohon itu. Pohon besar yang ada di kenangan adiknya dan yang selalu ia bicarakan setiap malamnya. Kei mungkin berada di sana. Akiteru yakin akan hal itu. Hanya saja, setiap langkahnya terasa semakin berat dan hatinya semakin merasa gelisah.
Ia tidak begitu tahu pasti letak pohon itu, jadi ia menghubungi ponsel adiknya begitu ia berada di dekat lokasi. Ponsel milik Kei berbunyi di kejauhan dan Akiteru mengikuti suaranya.
"Kei, mengapa kau tidak mengangkat ponsel--"
Akiteru membeku sesaat di tempatnya, saat ia melihat tubuh adiknya terbaring di tanah dengan tali yang putus melingkar di lehernya. Tangan kanannya menggenggam erat sebuah kertas. Ia langsung menghubungi ambulans dengan panik dan ketakutan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ORPHEUS [Tsukiyama]
Fiksi PenggemarYamaguchi Tadashi mungkin memang dilahirkan sebagai seorang anak laki-laki pengecut. Takdir mempertemukannya dengan Tsukishima Kei di waktu yang tepat. Walau ia memiliki Tsukishima Kei di sisinya, tidak semua dalam kehidupannya selalu berjalan denga...