Ineffable
in·ef·fa·ble | i-ˈne-fə-bəl
(adj.) incapable of being expressed in words
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
"Kau yakin, ini akan berhasil?"
Yachi menghela napas, lalu menarik tangan Yamaguchi. "Kita harus mencobanya dulu, lalu kita akan tahu seperti apa hasilnya."
"Bagaimana jika aku gagal?" tanya Yamaguchi lagi dengan suara pelan bercampur rasa gugup.
Laki-laki itu tidak yakin ini adalah rencana yang bagus. Sepulang sekolah, Hitoka Yachi langsung menariknya untuk pergi bersamanya. Beruntungnya, hari ini klub voli diliburkan, karena kakek Ukai-san dirawat di rumah sakit sehingga ia harus menjaganya. Ditambah lagi, mereka memang hampir tidak pernah mendapat libur dari latihan, jadi ini adalah kesempatan mereka.
"Kenapa kau begitu pesimis, Yamaguchi?" pertanyaan Yamaguchi dibalas lagi dengan pertanyaan, pertanda gadis itu mulai kesal dengan dirinya.
"Kau tahu... aku ini laki-laki..." suara Yamaguchi memelan seiring ia melanjutkan ucapannya. "Aku tidak cantik... aku tidak menarik... aku ini pengecut dan lemah..."
Yachi mengernyit dan ia memiringkan kepalanya. "Apa maksud ucapanmu itu?"
"Aku tidak merasa pantas untuk mencintainya..." bisik Yamaguchi dengan kepala tertunduk. "Aku selalu merepotkannya selama ini dan aku merasa semakin bersalah, jika aku memintanya untuk mencintaiku lebih dari sekedar sahabat."
Yachi berhenti menarik tangan Yamaguchi. Saat ini, mereka saling berhadap-hadapan satu sama lain di tengah jalan. Yachi diam dan menatapnya lekat-lekat, membuat Yamaguchi mulai merasa sedikit tidak nyaman.
"Kalau begitu, setidaknya, biarkan ia tahu bagaimana perasaanmu sesungguhnya." Yachi mengulas senyum tipis di bibirnya. "Kau tahu, Yamaguchi, menebak-nebak perasaan orang itu tidak pernah menyenangkan. Rasanya seperti kau sedang membuat kebohongan baru."
"Aku..."
Yachi mendekati Yamaguchi dan menggenggam tangannya. "Kau pasti bisa, Yamaguchi. Lakukan saja, sebelum kau benar-benar terlambat."
Mereka berjalan menelusuri pusat perbelanjaan di Miyagi dengan tangannya yang menggenggam tangan gadis itu. Gadis itu bercanda kepadanya, berkata jika ia menggenggam tangan Yamaguchi agar ia tidak kabur.
Kalian tahu apa yang dibutuhkan untuk menyatakan perasaan? Yamaguchi perlu hadiah. Ia tidak mungkin hanya berbicara begitu saja. Sayangnya, Yamaguchi tidak tahu apa yang ia harus berikan kepada sahabatnya itu. Yachi bilang, satu hadiah yang kecil dan sederhana sudah cukup, asal memiliki makna di baliknya.
Mereka sudah berjalan-jalan memutari pusat perbelanjaan itu, tapi masih belum menemukan hadiah yang tepat untuk Tsukishima. Yamaguchi tahu kesukaan sahabatnya itu. Dinosaurus dan strawberry shortcake. Namun, laki-laki berwajah manis itu ingin sesuatu yang lain. Sesuatu yang dikatakan Yachi jauh lebih bermakna dari sekedar apa yang disukai oleh sahabatnya. Mereka pergi ke setiap lantai hingga akhirnya Yamaguchi menemukan toko yang menarik perhatiannya.
"Selamat datang."
Aroma lavender samar-samar terhirup, ketika mereka baru saja melangkah masuk ke dalamnya. Interior toko itu hampir sebagian besar dari kayu dan tidak terlalu banyak orang di dalamnya. Seorang wanita tua bahkan menyapa mereka dari balik kasir dengan ramah.
"Mungkin, kita akan menemukan hadiah yang tepat di tempat ini..." Yamaguchi bergumam.
Yamaguchi menelusuri beberapa rak. Ia menemukan bahwa toko ini adalah toko yang unik. Toko ini menjual banyak barang, mulai dari buku, kerajinan tangan, hingga perhiasan. Hal yang menarik lainnya dari toko ini adalah mereka mendesainnya dengan konsep vintage.
KAMU SEDANG MEMBACA
ORPHEUS [Tsukiyama]
Fiksi PenggemarYamaguchi Tadashi mungkin memang dilahirkan sebagai seorang anak laki-laki pengecut. Takdir mempertemukannya dengan Tsukishima Kei di waktu yang tepat. Walau ia memiliki Tsukishima Kei di sisinya, tidak semua dalam kehidupannya selalu berjalan denga...