Saudade
saʊˈdɑːdə
(n.) a deep emotional state of nostalgic or profound melancholic longing for someone or something that one cares for and/or loves
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
"Kita akan selalu bersama!"
Apakah benar seperti itu? Jika itu memang benar, mengapa Yamaguchi terbaring di sana? Mengapa ia mengenakan tuxedo hitam dan terbaring di dalam sebuah peti mati dengan dihiasi berbagai rangkaian bunga?
Tidak, Tsukishima masih tidak percaya bahwa mereka telah kehabisan waktu. Ia masih menolak untuk mempercayai fakta bahwa ia harus merelakan kepergian Yamaguchi Tadashi, tepat setelah mereka berhasil memperbaiki hubungan mereka.
Yamaguchi tidak mungkin akan meninggalkannya begitu saja. Mereka sudah berjanji akan terus bersama dan ia masih percaya Yamaguchi tidak akan mengingkarinya begitu saja. Yamaguchi hanya akan tertidur cukup lama dan laki-laki itu pasti akan kembali kepada dirinya.
Tsukishima tetap akan menunggunya, tidak peduli berapa lama waktu yang dibutuhkannya.
Ia sudah lelah menangis. Sudah terlalu banyak air mata yang dihabiskannya hingga kedua matanya menjadi kering. Semua orang terus mendatanginya dan memberitahunya untuk tetap tegar menghadapi kenyataan.
"Kau bilang, kita akan tetap bersama apa pun yang terjadi," bisiknya pelan dengan mata tertuju ke arah peti mati itu. "Kalau begitu, kau pasti akan kembali kepadaku, bukan?"
Ia mengepalkan tangannya hingga buku tangannya memutih dan matanya kembali basah. Asal kalian tahu, dirinya bukan tidak tahu, jika Yamaguchi sudah pergi. Dirinya sangat tahu akan hal itu. Walau begitu, ia tidak serta-merta bersedia untuk menerimanya begitu saja. Masih ada janji yang harus ia tepati.
Tsukishima mendekati peti mati itu dan menatap wajah damai Yamaguchi yang tertidur di bawah sana. Ia tahu Yamaguchi akan bermimpi indah malam ini dan selamanya, tapi dirinya tidak. Kehilangan Yamaguchi Tadashi adalah mimpi paling terburuk yang tidak pernah dibayangkan oleh Tsukishima sebelumnya.
"Aku seharusnya menjadi ibu yang lebih baik untuk anakku..." Samar-samar, ia mendengar isakan tangis dari ibu Yamaguchi Tadashi, wanita yang mungkin akan menjadi bagian dari keluarganya, jika semua ini tidak terjadi. "Aku seharusnya meluangkan waktuku untuk dirinya..."
Percuma. Semua itu percuma. Tidak ada gunanya penyesalan seperti itu, setelah semua yang telah terjadi. Penyesalan selalu datang terlambat. Tsukishima juga merasakan banyak penyesalan dalam hatinya, tapi kalimat-kalimat penuh pengandaian seperti itu tidak akan pernah bisa memutar ulang kejadian di masa lalu, karena pada akhirnya, mereka tidak punya pilihan lain, selain merelakan semua yang telah terjadi.
"Tsukishima Kei," panggil ibu Tadashi sembari menepuk pelan pundaknya. Tsukishima menoleh ke arahnya dan wanita itu menyodorkan sesuatu kepadanya. "Sepertinya, anakku ingin memberikan ini kepadamu."
Tsukishima menerima kotak kecil itu dan mendapati sepasang kalung di dalamnya. Sepasang kalung yang mengingatkan dirinya dengan Yamaguchi Tadashi. Pikirannya kembali teringat akan kata-kata Hitoka Yachi.
Benda yang tepat untuk mengungkapkan perasaan...
Sepertinya, ia mulai paham maksudnya. Konsepnya sama seperti sepasang cincin pernikahan yang selalu melingkari jari manis pasangan. Sepasang cincin yang bisa mengikat satu pasangan dalam ikatan pernikahan, tapi Yamaguchi memberinya kalung dengan liontin bulan dan bintang. Yamaguchi juga ingin mengikat hatinya dengan Tsukishima agar mereka bisa terus bersama, seperti bintang dan bulan di langit malam.
![](https://img.wattpad.com/cover/274363071-288-k215846.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ORPHEUS [Tsukiyama]
FanficYamaguchi Tadashi mungkin memang dilahirkan sebagai seorang anak laki-laki pengecut. Takdir mempertemukannya dengan Tsukishima Kei di waktu yang tepat. Walau ia memiliki Tsukishima Kei di sisinya, tidak semua dalam kehidupannya selalu berjalan denga...