Redamancy
red-ā-man'-sī
(n.) The act of loving in return
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Yamaguchi belum mati. Tsukishima meyakini hal itu. Ia menyadarinya, ketika laki-laki itu sedang dilarikan ke rumah sakit. Napasnya sangat lemah dan jantungnya juga masih berdetak. Masih ada harapan kecil di dalam hatinya. Walau begitu, rasa takut dalam dirinya tidak membiarkan Tsukishima bernapas dengan lega. Selama hampir 2 jam penuh, ia harus menunggu di depan ruang ICU dengan sangat cemas. Selalu saja ada ketakutan akan kemungkinan terburuk mengenai kondisi Yamaguchi, walau ia sudah berkali-kali mencoba untuk menenangkan dirinya.
Tsukishima Kei duduk di sisi tempat tidur Yamaguchi yang baru saja keluar dari ICU. Tubuhnya dililit dengan banyak perban. Dokter bilang, tubuh sahabatnya itu mungkin akan mengalami banyak gangguan, akibat dari benturan sangat keras di kepalanya yang mempengaruhi otaknya. Laki-laki itu bahkan memerlukan selang oksigen, karena ia tidak bisa bernapas dengan normal. Mereka sudah melakukan yang terbaik untuk mempertahankan kehidupan tipis Yamaguchi Tadashi.
Matanya menatap kosong ke arah laki-laki yang sedang tidak sadarkan diri itu. Ia menggenggam erat tangan kurus laki-laki itu. Ia masih bisa mengingat bintik-bintik di wajahnya dan senyum manisnya yang selalu berhasil membuat dirinya terpesona. Tsukishima benar-benar merindukan masa-masa itu, masa di mana ia masih memiliki laki-laki itu di sisinya.
Tubuh Tsukishima bergetar dan ia tidak bisa menahan air matanya. Fakta bahwa Yamaguchi mencoba untuk membunuh dirinya sendiri di hadapan Tsukishima terus-terusan menghantui pikirannya, menimbulkan luka yang mendalam di dalam dirinya. Padahal, ia sudah berjuang untuk memperbaiki semuanya. Namun, ternyata ia tetap tidak bisa menyelamatkannya.
Apakah dengan seperti ini, ia masih layak untuk berada di sisi laki-laki itu?
"Yamaguchi, kumohon bangunlah.."
Apakah usahanya selama ini akan berakhir sia-sia?
Tsukishima benar-benar ketakutan. Ia selalu berpikir, memberi waktu kepada Yamaguchi adalah pilihan yang tepat. Ia tahu laki-laki itu sedang menderita. Namun, ia tidak bisa berbuat banyak, jika Yamaguchi tidak mau membicarakannya. Ia juga tidak pernah memaksanya, karena cepat atau lambat, ia juga pasti akan tahu apa yang terjadi. Walau begitu, ia tidak ingin mengetahuinya dengan cara yang seperti ini...
Tangannya mengelus perlahan surai hijau milik Yamaguchi. Wajahnya benar-benar damai dan mulai membuat Tsukishima bertanya-tanya.
Apa yang laki-laki itu pikirkan sebenarnya?
Tsukishima membaringkan kepalanya di sisi Yamaguchi sembari sesekali terisak. Ia masih tidak mengerti kenapa Yamaguchi melakukannya, tapi ia tidak menyalahkannya. Ia hanya akan menyalahkan dirinya sendiri. Tsukishima tidak mau menghakimi Yamaguchi, karena dia adalah korban di kasus ini. Satu-satunya orang yang paling pantas untuk dihakimi atas masalah ini hanyalah laki-laki itu, Miyazaki, dan mungkin juga dirinya...
Ia terus menangis hingga ia kelelahan dengan sendirinya. Kepalanya benar-benar sakit, setelah menangis terlalu lama. Namun, ia tahu apa pun yang ia rasakan saat ini, Yamaguchi jauh lebih merasakan rasa sakit dibanding dirinya. Ia seharusnya merasakan hal yang sama seperti Yamaguchi, mengingat mereka memiliki janji terhadap satu sama lain. Hatinya benar-benar merasa bersalah telah membiarkan Yamaguchi menanggung semuanya sendirian.
Tangan itu bergerak perlahan di dalam genggamannya. Tsukishima menyadarinya dan ia beranjak. Ia mengusap air matanya, lalu menatap wajah Yamaguchi. Detik selanjutnya, mata itu terbuka secara perlahan.
![](https://img.wattpad.com/cover/274363071-288-k215846.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ORPHEUS [Tsukiyama]
FanficYamaguchi Tadashi mungkin memang dilahirkan sebagai seorang anak laki-laki pengecut. Takdir mempertemukannya dengan Tsukishima Kei di waktu yang tepat. Walau ia memiliki Tsukishima Kei di sisinya, tidak semua dalam kehidupannya selalu berjalan denga...