Hiraeth
hɪraɨ̯θ | hiːrai̯θ
(n.) nostalgia, longing, homesickness, a deep feeling of yearning for something, someone or somewhere; regret
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
2 bulan kemudian...
Tsukishima Kei akhirnya berada di tempat ini lagi. Tangannya terangkat pelan untuk mengetuk pintu di hadapannya dengan harapan seseorang yang ia rindukan akan membukanya untuk dirinya.
"Kei?" Seorang wanita membuka pintu di hadapannya. Wanita itu menatap dirinya sebentar, lalu tersenyum tipis. "Ternyata, kau datang lagi hari ini."
"Aku mencari Tadashi..." ucap Tsukishima dengan suara pelan.
Wanita itu tertegun sebentar, lalu membuka jalan untuknya. "Masuklah."
Tsukishima perlahan menginjakkan kakinya di rumah itu. Ia dengan perlahan pergi ke kamar Tadashi dan membuka pintunya. Ruangan yang sama seperti yang ia kenal, tapi terasa sangat dingin dan kosong. Tsukishima duduk di tempat tidur Yamaguchi, sementara wanita itu hanya menatap sedih ke arahnya.
"Aku ingin menemui Tadashi," bisik Tsukishima Kei. "Kapan dia akan pulang?"
Wanita itu terdiam, sebelum akhirnya berkata, "Dia akan kembali di kehidupan selanjutnya."
"Aku merindukannya. Aku juga masih mengingat janji kami, jadi aku akan menunggunya."
Wanita itu mendekat ke arahnya dan mengelus puncak kepala laki-laki itu. "Tadashi sudah berjanji kepadamu dan dia pasti akan menepatinya, walau tidak di kehidupan ini." Suaranya mulai bergetar menahan tangis. "Kau sudah melakukan yang terbaik, Kei. Sekarang kau harus melepaskannya pergi di kehidupan ini."
Kei hanya diam, tapi setetes air mata mengalir di pipinya. Wanita itu perlahan memeluk tubuh laki-laki itu dan berbisik di telinganya, "Kei, berhentilah datang ke tempat ini. Kau memiliki kehidupanmu sendiri."
Tsukishima Kei menggeleng pelan dan mulai terisak, "Aku tidak bisa! Aku tidak bisa lepas dari masa laluku! Aku melihatnya lompat di hadapanku dan aku melihatnya mati di hadapanku!"
Trauma. Laki-laki itu trauma. Kejadian itu seperti rantai berduri yang mengikat dirinya dan dia masih tidak melupakan kesedihannya pada hari itu. 2 bulan berlalu dan semua orang sudah mencoba untuk menariknya keluar dari belenggu masa lalu. Namun, ia masih tidak bisa melupakannya begitu saja.
Bayangan Yamaguchi Tadashi selalu ada di sekitarnya. Tidak hanya itu, ia juga terus kembali ke kejadian itu di dalam mimpinya. Semua hal mengenai Yamaguchi Tadashi menjadi sangat menyakitkan baginya.
"Aku hanya ingin dia kembali..."
Wanita itu memeluk tubuhnya lagi. Wanita itu sangat paham akan perasaan kehilangan yang dirasakan oleh Tsukishima Kei, karena ia juga merasakan hal yang sama. Anak laki-laki di hadapannya itu tidak seperti apa yang ada di pikirannya terdahulu. Tsukishima Kei jauh lebih sedikit berbicara dan tubuhnya lebih kurus. Kekosongan dan kesedihan selalu terpancar dari kedua matanya.
"Kau tahu, Kei," wanita itu berbisik lagi. "Aku benar-benar berterima kasih kepadamu, karena telah menemani Tadashi di saat aku tidak ada di sisinya."
Laki-laki itu diam dengan menatap kosong ke arah lantai kamar Yamaguchi.
"Namun, semua yang terjadi pada Tadashi, itu bukan kesalahanmu," lanjut ibu Tadashi. "Kau sudah melakukan yang terbaik dan Tadashi pasti sangat mensyukuri keberadaanmu. Dia pasti tidak ingin kau memiliki hidup yang buruk sepertinya, jadi kau harus keluar dari perasaan bersalahmu itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
ORPHEUS [Tsukiyama]
FanfictionYamaguchi Tadashi mungkin memang dilahirkan sebagai seorang anak laki-laki pengecut. Takdir mempertemukannya dengan Tsukishima Kei di waktu yang tepat. Walau ia memiliki Tsukishima Kei di sisinya, tidak semua dalam kehidupannya selalu berjalan denga...