10: Eccedentesiast

482 74 8
                                    

Eccedentesiast

ek-a-den-T-sh-ist | ecce-den-te-si-ast

(n.) someone who hides pain behind a smile

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------

Keesokan harinya, Yamaguchi harus terbangun dengan rasa sakit di sekujur tubuhnya. Kepalanya sakit. Matanya juga bengkak akibat sisa tangisannya semalam. Rumahnya terasa dingin, seperti bukan rumahnya. Bodohnya dirinya. Ia berharap Tsukishima sudah menunggu dirinya di rumah dan bersiap untuk mengobati luka-lukanya. Namun, percuma saja. Laki-laki itu tidak datang.

Untuk pertama kalinya, setelah sekian lama, kehadiran Tsukishima tidak terasa di dalam rumahnya. Laki-laki itu tidak menunggunya, merawat lukanya, membuatkan makanan, dan menemaninya tertidur. Entah di mana sahabatnya berada, tapi Yamaguchi tidak ingin mengetahuinya. Mungkin, Tsukishima sedang berkencan dengan kekasihnya? Sial, ia sedang tidak ingin memikirkan hal-hal seperti itu saat ini.

Yamaguchi pergi untuk membersihkan diri dan mengobatinya lukanya. Ia tidak sempat melakukannya kemarin, karena ia sudah ambruk duluan di atas tempat tidurnya. Bahkan ada bercak darah yang mengering di atas tempat tidurnya, tapi ia tidak berniat untuk membersihkan kekacauan itu sama sekali.

Ia tidak sarapan dan sedikit terburu-buru berjalan menuju sekolah. Hampir saja, ia terlambat. Satu hal yang terasa asing baginya hari ini adalah Tsukishima tidak datang hari ini. Tidak ada yang membangunkannya, tidak ada yang memasak untuknya, dan tidak ada yang berjalan bersamanya menuju sekolah.

Yamaguchi Tadashi

Selamat pagi, Tsuki

Semoga harimu menyenangkan dan hati-hati di jalan

Tsukishima Kei

Pagi, Yamaguchi

Kau juga

Kali ini, pesannya hanya sesingkat itu. Walau ia terlihat dingin dan galak di hadapan banyak orang, tapi Tsukishima memiliki sikap yang berbeda ketika bersama dirinya. Lagipula, mereka juga sudah saling mengenal sejak lama. Wajar saja, jika ia mengenali sifat Tsukishima jauh lebih baik dari orang lain.

Namun, Yamaguchi menjadi bertanya-tanya, apakah sahabatnya itu kali ini juga sedang bersama gadis itu? Apakah mereka sedang bersenang-senang, di saat Yamaguchi sedang menangisi dirinya? Yamaguchi tersenyum sedih. Ia selalu saja seperti ini, jatuh ke lubang yang sama. Selalu mencoba menghentikan dirinya sebelum jatuh terlalu dalam, tapi ia tidak pernah bisa melakukannya.

Orang-orang selalu bilang, cinta pertama adalah kenangan yang tidak bisa dilupakan. Cinta pertama selalu indah dan begitulah adanya. Ia selalu berandai-andai, membayangkan betapa indahnya cinta pertamanya, tapi itu seakan tidak berlaku baginya. Semuanya hanya mimpi sementara, seperti nikotin yang hanya memberikan kebahagiaan sesaat.

Ia melirik ke sekitarnya. Ia melihat kehidupan indah di sekitarnya. Senyum dan canda tawa mengalir, menyatu dengan udara di sekitarnya. Lalu, di situlah Yamaguchi Tadashi, berdiri seorang diri dengan wajah yang murung. Semua memiliki cerita indahnya masing-masing, tapi hanya dirinya yang harus berhenti menulis cerita indahnya.

"Ah..."

Yamaguchi berhenti di depan pintu ruang klubnya. Tsukishima Kei, seseorang yang Yamaguchi rindukan, berdiri di hadapannya dengan wajah yang sedikit terkejut. Ia berdeham, lalu berkata, "Selamat pagi, Yamaguchi. Apa... tidurmu nyenyak tadi malam?"

Tidak, aku bermimpi buruk lagi.

"Ya, aku tidur dengan nyenyak," jawab Yamaguchi sembari tersenyum tipis. "Terima kasih telah bertanya..."

ORPHEUS [Tsukiyama]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang