para anggota basket dan pembinanya itu akhirnya telah sampai di rumah Arga. bendera kuning terlilit di gerbangnya. Sudah tidak banyak orang lalu lalang keluar masuk rumah itu. hanya ada satu mobil milik ayah Arga dan motor merah yang biasa Arga bawa ke sekolah.
sebenernya beberapa sobat sepermainan Arga yang juga anggota basket sudah menemani Arga dipemakaman, tapi sahabat sejati bukan hanya datang saat sahabatnya terluka kan? saat masa pemulihan pun tentu harus ada juga.
"Ibunya Arga meninggal kenapa, ron?" Tanya Ramzi ke Aron--sesama anggota basket sekaligus sobat dekat Arga. "sakit, katanya zi...."
"Assalamuaalaikum!" salam tersebut akhirnya dijawab dan muncul sesosok wanita dewasa sekitar 40 tahun-an. "waalaikumsalam"
"ron, i-itu?" "itu ibu tirinya" Ucap Aron berbicara pelan di samping Ramzi.
"mari masuk." sambut Maia, Nama dari wanita tersebut.
"maaf cuma bisa sediain ini aja, hehehehe"
"Oh, tidak apa-apa, terimakasih banyakk!" ucap pembina basket itu diiringi sautan-sautan dari anak lainnya, "makasih tante" "makasihh ya tante"
maia tersenyum menampilkan sederet gigi putihnya,
"Arga mana,tan?" tanya Aron. "Ohh sebentar ya nak, Arga nya ada di kamar, di atas" maia pun segera berjalan menaiki anak tangga seraya memanggil nama putra angkatnya. "Arga..." "nak..."
"tok... tok..tok.." pintu berkali-kali di ketuk tapi tidak ada respon sama sekali. "Arga..temennya nungguin tuh nak..."
kriet
pintu kamar pun terbuka dan Arga meleos begitu saja melewati maia. Hanya berbalut kaos dan celana levis Arga pun turun menemui teman-temannya. Dirinya mencoba menyunggingkan senyum walau keadaan sedang tidak mendukung. Perlahan satu persatu sobat nya pun memeluk tubuh Arga, "yang kuat ya bro...." "yo, thanks"
pembina basket pun ikut menghampiri Arga dan menepuk-nepuk pundak Arga, "Sabar ya nak...." Arga hanya menyunggingkan sedikit senyum dan mengangguk, "Iya pak. Makasih pak."
sebisa mungkin Arga menahan tangis atas kepergian lean. Toh, ditangisi pun tidak membuat keadaan berubah. Mamanya lebih senang dan tenang di atas sana. Arga yakin itu.
"yasudah bapak dan yang lain ke sekolah lagi ya ga. "
setelah berpamitan akhirnya mereka pun pulang memasuki angkutan umum. Seketika Ramzi berpikir sejenak, "ibunya Arga... meninggal...hm, kapan?"
"Ron-ron, Mamanya Arga meninggal kapan?"
"dua hari yang lalu zi, Arga cerita katanya sih sekitar jam delapan malem."
ramzi terkejut.
"Pak,Pak bentar saya ada perlu dulu sama Arga!" Ramzi pun berbalik ke arah pintu Arga. halaman Arga yang luas membuat dirinya harus sedikit berlari
"Eh? mau ngapain kamu?! itu angkot udah nungguin di depan!"
"sebentar pak, sebentar ajaaa" Ucap Ramzi menengok ke arah pak pembina sembari berlari"
"Arga!"
Arga yang sedang menaiki anak tangga pun terpaksa turun kembali karena seseorang memanggilnya. belum sampai di depan pintu Maia sudah lebih dulu ingin membuka pintunya, '"sama gue aja!" ucap Arga. Maia pun terdiam dan hanya bisa tersenyum.
"Ada apa ?" tanya Arga sedikit kebingungan melihat Ramzi. Seperti ada sesuatu yang ingin disampaikan.
"Ga, mama lu meninggal dua hari yang lalu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ABOUT A [ MOSTWANTED]
Jugendliteratur[ ON GOING ] 🥀 kisah tentang MostWanted yang sudah tak asing lagi dibaca. ini kisah Feyza. gadis sederhana yang mengagumi MostWanted di sekolahnya. Sebut saja Arga juliantara ia tak tahu bahwa takdir akan membawanya mengenal Arga lebih jauh dan ik...