8; - List Si kembar -

833 69 0
                                    

Reiko sedang menulis semua list yang harus ia lakukan mulai besok dan seterusnya. Ia menyadari jika akhir-akhir ini ingatannya melemah, Reiko sering melupakan hal-hal kecil yang membuat Jeriko selalu memperhatikan dan membantunya. Kemudian menempel list itu di depan meja belajarnya, lalu di depan buku-buku pelajarannya juga di dalam tasnya.

"Selesai" Reiko menatap semua stickynote berwarna hijau yang sudah tersebar.

Tugas pertamanya besok adalah membangunkan Jeriko. Setidaknya Reiko ingin menjadi abang yang berguna.
Reiko langsung berbaring ditempat tidurnya merapalkan doa sebelum tidur. Perlahan matanya memejam dan nafasnya mulai teratur menandakan ia sudah berada di alam mimpi.

Jam menunjukkan pukul 4 pagi, Reiko yang mendengar alarm langsung terbangun. Ia menyiapkan sarung dan peci kemudian ke kamar mandi untuk membasuh muka setelah itu ia mengganti pajamanya dengan baju koko dan celana boxer lalu ditutupi dengan sarung.

Dirasa sudah siap, ia kemudian berjalan menuju kamar adiknya. Terlihat Jeriko masih tertidur pulas dengan alarm yang terus berbunyi, Reiko langsung mematikan alarmnya.

“Jer bangun jer.”

Suara itu menyadarkan Jeriko dari mimpi indahnya, padahal dia sedang bermimpi menjadi seorang dokter tampan yang di kagumi pasiennya tapi seketika mimpinya buyar karena suara halus milik Reiko yang menusuk telinganya.

“Kenapa sih Rei?” Jeriko menatap orang yang membangunkannya.

“Bangun cepetan,” Reiko menyingkap selimut Jeriko setengah badan, lalu meninggalkannya.

Jeriko langsung menyingkap selimutnya dan berdiri perlahan menuju kamar mandi. sedangkan Reiko menunggu di tangga, ia duduk bersama Faraz yang masih menguap karena baru tidur jam 2 pagi akibat tugasnya yang menumpuk.

“Ayo berangkat,” Jeriko sudah siap dengan sarung dan pecinnya serta baju koko putih.
Mereka berempat termasuk Ayah, berjalan menuju musholah terdekat untuk melaksanakan sholat subuh, rutinitas mereka untuk mengawali hari.

Selesai sholat, mereka berempat berjalan dengan damai sambil sesekali menyapa jamaah lain. Tapi saat sampai di dekat rumah dan keadaan sepi Jeriko mulai berulah.

“Mbak Amel!! Aa' Faraz sholat subuh loh udah siap jadi imammu!” ucap Jeriko di depan sebuah rumah sederhana dengan pagar berwarna putih.

“Jeri, malu-maluin aja,” tegur Faraz sambil menarik adiknya yang bergelantungan di pagar.

“Bang Faraz nih, mbak amel tuh suka sama abang gak peka banget,” Jeriko turun dan langsung menggeplak bahu kakaknya.

“Anak kecil tau apa sih,” Faraz ingin sekali menguncit mulut adik bungsunya itu.

“Mbak amel siapa? Kayak pernah denger namanya,” tanya Reiko.

“Anaknya pak kumar, yang punya pabrik tempe loh kalau akhir bulan kan Mbak Amel sering kerumah ngasih tempe.”

“Oh iya ya, yang mau tunangan kan?”

“Ih bercanda kamu, kata siapa?”

“Kemarin denger bunda ngomong sama mamanya Irfan.”

“Yah Bang Faraz sih gak peka-peka,” ucap Jeriko dengan sok dramatis.

Faraz dan Ayah Haki hanya menggeleng mendengar perkataan si kembar yang sangat tidak berbobot.

Untuk ReJerikoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang