14; - Iri -

569 61 1
                                    

Dua minggu di rumah sakit sudah cukup bagi si kembar, walaupun kondisi mereka tidak terlalu bagus. Mereka tetap ingin sekolah, bertemu teman-temannya lebih baik daripada harus berada di rumah sakit dengan dokter dan suster yang bolak-balik ke kamar mereka.

Hari ini si kembar mulai bersekolah, saat memasuki sekolah banyak mata menatap ke arah mereka. Sebenarnya tatapan itu sangat tidak nyaman tapi Reiko dan Jeriko berusaha mengabaikannya demi kenyamanan mereka.

Apa yang mereka pikirkan saat melihat si kembar? Jika dulu mereka mengagumi ketampanan si kembar sekarang mereka menatap seolah prihatin dengan kondisi si kembar. Tatapan yang sejujurnya sangat Reiko benci, apalagi tatapan itu banyak yang mengarah ke adiknya.

“Wah anak kembar kita sudah sekolah guyss!!”

Suara Danny memenuhi ruangan kelas, saat Jeriko dan Reiko masuk. Semua anak yang ada di kelas bertepuk tangan untuk menyambut satu-satunya anak kembar di kelas mereka.

“Selamat datang kembali ke kelas tercinta!!” Suara teriakan semangat Irfan menggema.

Jeriko tertawa, “Kuenya dong mana nih, masa cuma teriakan doang.”

“Donat nih, punya Danny,” Juno mengangkat 3 Donat yang ada di wadah mika.

“Itu sarapan gue,” Danny langsung mengambil kembali Donatnya.

“Pelit banget dah gembul,” Jeriko menarik pipi Danny yang sedang mengunyah, lalu segera duduk di kursinya.

“Udah sehat Jer?” Tanya Juno.

“Lumayan,“ Keadaan Jeriko tidak bisa dibilang sehat kan? Kan dia masih punya penyakit yang sewaktu-waktu bakal kambuh.

“Reiko gimana?”

“Baiklah, udah kuat nih,” Reiko menunjukkan ototnya yang tidak ada.

“Bagus deh, gue takut banget gila liat si Jeriko cuma tidur aja,” Danny.

“Takut kenapa sih, kan gue tidur juga tetep ganteng,” Jeriko terkekeh.

“PD banget.” ucap Danny.

“Mentang-mentang kembar sakitnya juga barengan ya,” sindir Juno.

“Kita kan sehati, ya kan Rei?” Jeriko menatap Reiko.

“Hm”

“Kalian jangan sakit-sakit lagi deh, satu sekolah tuh pada kepo.”

“Doain dong Jun,”

“Iya iya, Aamiin.”

🌸🌸🌸

Enam serangkai itu kini berjalan menuju kantin, tapi ternyata ada saja lalat yang mau hinggap dan mengganggu perjalanan mereka. Haikal, anak brandal yang sangat terkenal karena kekayaan keluarganya. Ia memiliki geng yang berisi anak-anak dari teman kerja papanya.

“Loh anak penyakitan udah masuk? Hati-hati guys jangan di senggol ntar jantungnya copot,” Haikal memegang dada kirinya, dua temannya juga tersenyum mengejek kearah si kembar lebih tepatnya kearah Jeriko.

“Minggir deh Kal, kami mau kekantin,” ucap Riski datar.

Haikal malah terkekeh, Reiko sampai mengerutkan keningnya takut-takut kalau si Haikal ini kemasukan mbak kunti yang sering ketawa di pohon nangka belakang rumah sakit.

“Riski..Riski, lo gak mau gabung sama kita malah temennya orang-orang kayak gini,” Haikal mendorong bahu Jeriko yang memang berada di pinggir membuat dia terhuyung ke belakang untungnya tidak jatuh.

“Apa sih, lo kalau gak punya kerjaan jangan ganggu kita,” Riski mendorong Haikal dengan kasar.

“Ayo jalan,” Riski menarik tangan Reiko dan Jeriko yang memang berada di kanan dan kirinya. Diikuti Juno, Danny dan Irfan yang menatap tajam kearah Haikal.

Untuk ReJerikoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang