22; - Sekolah -

434 48 4
                                    

Sudah hampir sebulan sejak Jeriko keluar dari rumah sakit. Suasana rumah keluarga Haki sudah cukup membaik, karangan-karangan bunga yang dikirim sebagai ucapan duka sudah tidak ada.

Faraz berjalan ke kamar Jeriko mengetuk pintu beberapa kali sambil memanggil nama adiknya itu. Hari ini pertama kali Jeriko akan homeschooling setelah sebulan tidak sekolah.

“FARAZ, JERIKO CEPET SARAPAN,”
Suara tuan putri memenuhi rumah keluarga Ayah Haki.

“Bun, masa Bang Faraz minjem kolor Jeri.”

“Bukan kolor! tapi Color pencil.”

“Kan tulisannya sama aja.”

“Beda Jeriko.”

“Bun, Abang marah-marah nih.”

Satu kecupan langsung mendarat di kening Jeriko, sang pelaku berlari ke meja makan.

“Is najis mukholafatul,” Jeri langsung mengelap keningnya pakai tangan.

Sedangkan Faraz tertawa di meja makan, untung bundanya masih sibuk menyiapkan lauk. Ayah datang dengan baju rapi.

“Wis rapi banget yah, mau kemana?” Faraz menatap Ayahnya.

“Ada pertemuan sama klien luar negeri, harus keren dong.”

“Ayah jadi nunjukkin karyanya Reiko?” Tanya Jeriko yang baru datang.

“Iya, gambarnya bagus-bagus sayang kalau cuma disimpen aja.”

Jeriko mengangguk, Kehilangan seseorang bukan berarti membuat kamu terus berada dalam kesedihan, karena kepergian sudah menjadi pilihan Sang Pencipta.

“Bang,” Jeriko memanggil lirih.

“Kenapa? Ada yang sakit? Pusing? Atau mual? Mau minum obat?” Tanya Faraz beruntun.

“Nggak, cuma masih ngantuk. Gak bisa ditunda besok?”

Faraz diam sejenak,“Mau besok aja?”

Jeriko mengangguk.

“Yaudah, Abang bilang ke gurunya,”  Faraz mengeluarkan Handphonenya lalu mengetikkan sesuatu di sana,“Udah, sarapan terus minum obat baru tidur lagi.”

Jeriko mengangguk,“Jeri cuci muka dulu.”

Jeriko memasuki kamar mandi mencuci mukanya beberapa kali lalu bercermin.

“Untung juga kita bukan kembar identik Rei, kalau kita mirip sudah di pastikan aku sekarang di rumah sakit jiwa,” Jeriko menepuk kedua pipinya pelan.

Selesai bercermin ia mengeringkan muka dengan handuk, lalu segera ke meja makan lagi.

“Adek, gak ada yang sakit kan?” Tanya Bunda ketika Jeriko sampai di meja makan.

“Nggak bun, aman kok,” Ucap Jeriko sambil tersenyum lalu duduk di kursinya.

Sarapan hari ini hanya roti panggang dengan selai. Jeriko melihat tiga selai di meja, ada Strawberry, kacang dan coklat.

“Bun, Jeri boleh coba selai Strawberry?”

“Tapi, nanti alergi kamu kambuh?”

“Gapapa, bisa minum obat kan?” Jeriko tersenyum, “Lagian sekarang jantung Reiko ada di Jeriko, Rei pasti pengen juga ngerasain makanan kesukaannya.”

Untuk ReJerikoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang