25; - Riski Irfan -

460 43 1
                                    

Sunset mulai memperlihatkan indahnya langit orange, di balkon milik keluarga Haki dua orang anak berdiri sambil bersenandung ringan, mereka menunggu Jeriko yang sedang homescholling sore.

“Dulu gue sering banget nyanyi di balkon sama Rei juga Jeri.”

Riski menoleh ke Irfan yang menopang dagu di pagar balkon.

“Gue di balkon kamar gue, mereka disini,” Irfan menepuk pelan pagar balkon.

“Hampir tiap malem kami nyanyi bareng hampir tiap malem juga Reiko bakal marah-marah karena Jeriko gak mau masuk padahal udah malem banget.” Irfan membalikkan badan, menjadi menyender pada pagar balkon.

“Dulu gue sering ketawa liat mereka bertengkar karena lucu, tapi emang akhir-akhir sebelum rei pergi dia sering kambuh kalau marah.”

“Nggak parah sih, minum obat langsung reda sakitnya,” sambungnya.

“Lo tau penyakit mereka, tapi gak ngasih tau kita-kita.”

“Ya gak mungkin gue yang cuma tetangga cerita-cerita, mereka juga gak pernah nyinggung tentang penyakitnya kan?”

Riski mengangguk, selama ini keliatannya memang si kembar baik-baik saja.

“Kangen Rei ya.”


Kemudian hening lagi, Riski bersenandung kecil untuk BGM suasan sore.

“Bagus juga suara lo ki,” suara cempreng milik Jeriko menghentikan senandungnya.

“Udah selesai Jer?” Riski basa-basi.

“Nggak, ini lagi pelajaran olahraga,” ucap Jeriko ketus.

“Loh ada pelajaran olahraga juga homescholling?” tanya Irfan.

“Ya nggak ada, nih gue dah selesai belajar mau ngapain?” Jeriko duduk lesehan di balkon.

“Kok duduk dibawah?!”

“Santai, gue udah sembuh juga.”

“Jajan yok, di pertigaan ada minimarket baru katanya korea gitu,” Saran Riski.

“Nggak ah, mulut gue nih sukanya yang lokal,” tolak Irfan.

“Halah alasan, bilang aja gak punya duit kan?”

Irfan tersenyum, “Tau aja, duit gue baru aja dipinjem bang Reza.”

“Kalau minjem tuh harus dibalikin, bang Reza mah bukan minjem tapi malak.”

“Heh Jeri sekarang mulutnya licin banget.”

“Kebanyakan makan ikan gabus sih,” kata Irfan.

“Nah tuh tau.”

“Sore-sore enak naik sepeda aja.”

Jeriko menaikkan alisnya, “Lo kan gak punya sepeda ki?”

“Ya beli dulu di depan, baru jalan-jalan.”

“Dah gak bener,” ucap Jeriko sambil geleng-geleng.

Keadaan sunyi, mereka hanya saling melirik.

“Main monopoli yuk,” ucapan Jeriko langsung disetujuin.


🌸🌸🌸

Mereka berada di kamar Jeriko menunggu pemilik kamar menyiapkan permainan lama dengan banyak kenangan.

Untuk ReJerikoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang