27; - Sad -

590 50 10
                                    

Dengan wajah berseri Zelle datang ke toko kue miliknya, toko yang ia bangun untuk menambah pemasukan di keluarganya demi pengobatan si kembar. Rencananya hari ini ia akan mencoba menggabungkan dua rasa cake.

“Selamat pagi bu,” sapaan para karyawam terus berautan meyambut kedatangan Zelle.

“Pagi semuanya,” Zelle menyapa mereka kembali dan langsung berjalan menuju dapur.

Semua karyawan yang ada kembali ke pekerjaannya masing-masing karena toko akan dibuka satu jam lagi.

Zelle segera mengambil semua alat dan bahan yang diperlukan lalu meletakkannya di meja dapur.

“Loh bu mau buat apa?” tanya salah satu chef yang sedang membuat kue di toko itu.

“Saya mau buat cake, rasa coklat Stoberi,” Jawab Zelle sambil tersenyum.

Chef itu hanya mengangguk dan membiarkan bos mereka bereksperimen. Zelle mulai membuat adonan dengan penuh semangat, tanpa bantuan ia terus bergerak.

Guratan lelah tampak di wajahnya saat kue sudah masuk ke oven.

“Kalian pasti suka kuenya,” ucapnya lirih.

30 menit, cake baru itu siap di sajikan. Wanginya tercium sangat harum, aroma coklat dan stroberi yang bersatu sangat pas.

Zelle mulai menghias cake itu. Cake stroberi diatas dan coklat di bawah, dengan selai coklat di tengah lalu krim vanilla menutupi cake dan diatasnya dihias dengan potongan buah stroberi segar.

“Cantik,” gumam zelle melihat cake yang ia buat.

Stroberi kesukaan Reiko dan Rasa Coklat kecintaan Jeriko kini bersatu menjadi sebuah cake indah.

Seandainya mereka masih ada, mereka pasti akan saling berebut untuk mencoba pertama kali. Lalu wajah Jeriko akan bertekuk ketika melihat hiasan stroberi diatasnya pasti lucu, sedangkan Reiko akan segera memakan buah kecil itu dengan lahap.


Zelle hanya bisa berandai, keduanya tidak akan pernah mencoba makanan yang ia buat setiap hari.

Dengan sekuat tenaga, Zelle meletakkan kue itu di meja dapur lalu ia berjalan ke kamar mandi untuk menghapus semua air mata yang mulai keluar. Ia tidak boleh lemah saat berada di luar, sudah cukup ia menangis setiap malam di ranjang si kembar.

Dengan keran yang dihidupkan, Zelle terisak.

“Maafin bunda, Reiko,Jeriko.”

Semua karyawan diam beberapa menit saat mendengar isakan Zelle yang terdengar samar, dan langsung kembali melanjutkan pekerjaannya. Biarlah bos mereka menuntaskan semua kesedihannya hari ini.

🌸🌸🌸

Semua orang yang melihat Haki mungkin berfikir ia adalah kepala keluarga yang kuat, nyatanya tidak. Ia sama rapuhnya dengan Faraz dan Bunda Zelle. Bahkan mungkin, ia yang paling menyedihkan.

Saat Haki tau Jeriko memiliki kelainan jantung, ia bekerja keras untuk pengobatan anak bungsunya. Bahkan saat Reiko juga dinyatakan sakit, ia berusaha bekerja lebih keras hingga lupa waktu. Ia ingin anak-anaknya bisa mendapat perawatan terbaik dan sembuh.

Walaupun begitu, setiap harinya Haki selalu berusaha meluangkan waktu untuk keluarganya. Bertanya kepada anak-anaknya atau sekedar makan bersama.

Perusahaan yang Haki bangun penuh dengan gambar, lukisan dan beberapa kerajinan lainnya. Haki duduk di kursi kantornya memandangi buku gambar dan buku tulis yang akhir-akhir ini menjadi pegangan wajib baginya.

Harinya terasa kacau, dan tidak bersemangat. Tapi Haki sadar, ia masih punya keluarga kecil yang membutuhkan biaya hidup.

“Ayah kangen kalian, maaf ayah gak bisa pertahanin salah satu dari kalian.”

Di buku itu terdapat sketsa gambar yang Reiko buat, dan di buku satunya adalah tulisan rapi Jeriko.

Begitulah keseharian Haki di kantornya, kadang ia mempersibuk diri agar tidak terlalu mengingat kepergian kedua putranya.

Tapi semua akan sia-sia saat ia pulang kerumah, karena rumah besar itu kini sangat hening. Terkadang Haki mencoba berbicara pada Faraz, tapi nyatanya tidak seseru saat si kembar ada di rumah.

🌸🌸🌸

“Assalammualaikum, Ayah pulang,” Haki melangkahkan kakinya memasuki rumah.

“Wah ayah kali ini pulang cepat,” Suara Faraz menyambut pendengaran Haki.

“Iya, sudah gak ada pekerjaan di kantor,”
Haki menatap sekeliling rumah.
“Bunda belum pulang?”

Faraz yang sedang asik menonton tv berdiri dan jalan mendekati sang ayah yang masih membuka kaos kaki di ruang tamu.

“Bunda udah pulang, lagi di kamar,” ucap Faraz.

“Makasih infonya bro,” Ayah Haki menepuk bahu Faraz dan langsung berjalan menuju kamar.

Saat hendak membuka pintu kamar, suara Bunda Zelle menghentikannya.

“Mas, aku gak masak hari ini,” ucap bunda yang berjalan di tangga.

Haki melihat ke arah Zelle, dilihatnya rambut zelle yang sedikit berantakan lalu matanya yang sembab dan hidung yang sedikit merah. Pasti istrinya itu mendatangi kamar si kembar untuk melepas rindu.

“Gapapa, kita makan di luar aja,” ucap Ayah Haki dengan senyuman.

“Iya mas, kalau gitu aku mau mandi dulu,” Bunda berjalan mendekati ruang keluarga. “Faraz cepet mandi, kita makan di luar.”

Faraz menjawab dengan anggukan segera berjalan ke kamarnya.

Faraz menjawab dengan anggukan segera berjalan ke kamarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Untuk ReJerikoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang