4 - Sebuah undangan

160 45 5
                                    

                     **************"Nes, di tunggu Pak Deka di ruangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

                     **************
"Nes, di tunggu Pak Deka di ruangannya."

Perempuan itu, Meyra. Memberitahu Aneska untuk segera datang ke ruangan Manajer, Tirsa yang berjalan di belakangnya langsung menghampiri kedua gadis itu.

"Mbak Mey, ini kita baru aja dateng loh. Biarin duduk dulu kek, ini Aneska juga lagi gak enak badan soalnya."

"Eh, kalau gitu lo istirahat aja deh Nes, biar gue yang ngomong ke Pak Deka lo nya lagi sakit."

"Emang ada apa sih Mbak, emang harus gue banget ya yang ke sana?"

Aneska menghela napasnya, dia baru saja sampai dan badannya juga sedikit lemas. Malahan harus ke ruangan Pak Manajer, dia sendiri juga lagi malas ketemu Deka. Ingin rasanya sehari aja gak ketemu Deka gitu, bahkan di hari libur kerjanya pun semesta masih saja mempertemukan keduanya.

"Nes, kalau gue yang ke sana nanti Pak Deka malah marahin gue,"

"Ya udah deh nanti ya Mbak, gue pasti ke sana kok."

Mendengar jawaban Aneska membuat Meyra mengangguk, lalu berjalan meninggalkan Aneska dan Tirsa. Tirsa menoleh, menatap wajah Aneska yang tidak bersemangat. Tirsa yakin, Aneska sedang tidak baik sekarang.

"Gue anterin deh yuk, ke ruangan manajer." Tirsa menggandeng lengan Aneska, namun gadis itu langsung melepas tangannya. Menolak ajakan Tirsa.

"Di anterin kayak bocah aja, udah deh gak papa. Paling Deka ngomongin hal yang gak penting."

"Gue khawatir nanti lo-nya pingsan di tengah jalan gimana?"

"Lebay banget. Udah ah, gue pergi yaa."

Tirsa menatap punggung sahabatnya itu yang semakin menjauh. Berteman dengan Aneska membuat dia ingin melindungi sahabatnya itu. Dia menyayangi Aneska seperti dirinya menyayangi Zoya dan Sasi. Mereka berempat adalah sahabat sedari SMA, dan Tirsa akan menjaga ketiga teman perempuannya itu selagi ia bisa.

                    ****************
"Pak Deka ada apa sih?"

Suara Aneska membuat Deka menoleh, Aneska memang tidak berubah. Gadis itu masih saja marah-marah jika berdekatan dengannya . Deka sendiri juga heran, gadis ini memang tidak ada lembut-lembutnya.

"Nes, kamu gak sopan banget masuk ke ruangan saya."

"Eh maaf, lagian ada apa sih Pak?"

"Kamu harus ketuk pintu dulu, baru saya akan kasih tahu."

"Pak Deka, bisa gak sih gak usah mempermainkan saya."

Aneska yang sedang pusing kini mulai kesal, setelah kejadian tadi pagi Deka bahkan masih saja mempermainkannya. Laki-laki itu bahkan tidak meminta maaf, entahlah seharusnya Aneska tidak usah memikirkan kejadian perihal tadi pagi. Mungkin dasarnya laki-laki itu yang tidak berniat berpamitan padanya.

"Saya gak mempermainkan kamu Nes, saya hanya ingin mengajarkan kamu sopan santun, Alright?"

Ya Tuhan, Aneska rasanya ingin menangis. Dengan langkah gontai, Aneska menuruti permintaan Deka. Gadis itu kembali ke pintu dan mengetuknya sebanyak tiga kali, lalu masuk ke dalam setelah mendapat ijin dari si empunya. Deka yang melihat itu ingin sekali tertawa tapi ia mencoba untuk menahannya.

"Sekarang ada apa?" tanya Aneska.

"Kamu marah, Nes."

"Udah deh, Pak."

Deka tertawa melihat wajah kesal Aneska. Aneska menghela napasnya pelan, laki-laki di depannya kini benar-benar gila.

"Besok malam ada acara makan malam di rumah,"

"Kan udah saya tebak, Bapak pasti mau minta tolong kan? Kali ini apa lagi, mau suruh saya buat masak atau buatin Cupcake. Kalau begitu saya gak bisa Pak, saya sibuk."

Jawaban dari Aneska membuat Deka tersenyum. Deka memang selalu meminta tolong pada Aneska, namun kali ini bukan itu yang dia maksud dan Aneska sudah berpikiran seperti itu ternyata. Aneska memang cantik, tapi kecantikannya itu mendadak hilang jika gadis itu marah-marah.

"Dengerin dulu kenapa sih Nes, ngomel-ngomel aja kerjaannya."

"Ini sih semenjak ketemu Pak Deka ya saya ngomel-ngomel, entah deh ketemu sama bapak rasanya saya ingin selalu ngomel-ngomel gitu."

"Besok malam datang ke rumah, Mama ngundang kamu buat datang." Deka beranjak dari kursinya, ia mengambil sebotol air mineral yang ada di meja, membuka tutup botolnya lalu memberikannya pada Aneska.

Aneska menerimanya lalu meneguknya hingga setengah, "Saya gak janji ya Pak, lihat nanti deh."

Deka mengangguk, "Nanti kabari saya kalau bisa."

Tiba-tiba pintu terbuka, membuat Aneska dan Deka menoleh. Seorang perempuan cantik datang menghampiri Deka, berdiri di samping laki-laki itu membuat Aneska yang melihat itu berdecak.

"Mas Deka, jadi nganterin aku kan?"

                        ************
Aneska be like :"Ini cewek satu, genit amat." 😂😂😂
.
Wkwk, Aneska balik lagi nih.
Jangan lupa berikan vote dan juga komentarnyaa,,

See you 👋

ANESKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang