7 - Kamu marah Nes?

172 34 9
                                    

                        **************

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

                        **************

Acara makan malam selesai, dan Aneska memutuskan untuk pulang saja. Acara makan malam keluarga Deka menurut Aneska cukup menyenangkan, di sana dia bisa berkenalan dengan keluarga dekat Deka, sepupu Deka -Rafa- dan juga semakin tahu tentang Shaira. Tentang perkataan Sasi waktu itu memang benar adanya Shaira benar-benar seperti lem, menempel pada Deka serta mengapit lengan laki-laki itu. Perempuan itu memang genit, dasar.

Setelah mobil yang di kendarai Rafa sudah pergi, kini tinggal Aneska lah yang sedang menunggu jemputan. Erin dan Nesya akan menemani Aneska tentu saja, sampai mobil jemputan Aneska datang. Deka berdiri di samping Shaira, dia menatap Aneska yang sedari tadi menghindarinya. Ia tahu ini juga semua salahnya, ia mengundang Aneska ke rumahnya tetapi dia sendiri tidak menyambutnya. Yang di lakukannya malah menunggu Shaira, karena dia juga khawatir Shaira yang menelpon sambil menangis karena gadis itu sudah menabrak seorang anak kecil katanya.

"Lebih baik kamu pulang sama saya dan Shaira Nes, ini juga udah hampir malam." Deka menatap Aneska yang sedari tadi diam saja.

"Iya Nes, bukannya kamu besok kerja kan? Nanti sampai rumahnya biar gak kemalaman," ujar Shaira.

"Kak Anes, nginap di sini aja. Tidurnya sama aku," kata Erin memengang lengan gadis itu membuat Aneska tersenyum.

"Ikut Deka aja Nes, biar gak kemaleman sampai rumah." Nesya berkata lembut, membuat Aneska menatapnya. Ingin rasanya menolak tapi dia sendiri tidak enak nanti wanita itu pasti berpikir jika Aneska sedang marah pada Deka.

Jam di pegelangan tangannya menunjukan pukul 21.00 sampai akhirnya Aneska mengangguk menuruti permintaan Deka agar pulang bersama laki-laki itu. Mungkin juga Zoya dan Sasi sedang ada urusan sampai tidak bisa menjemputnya sekarang.

                *******************
"Aku cuman kaget aja Mas, deg-degan juga makanya nangis."

Di setiap perjalanan hanyalah Shaira yang terus bercerita tentang kejadian yang di alaminya. Aneska juga tidak tahu apa yang sedang terjadi, dia juga tidak peduli. Yang di lakukannya hanya duduk diam di kursi belakang sambil menghadap ke arah jendela melihat pemandangan malam yang terlihat biasa saja menurutnya.

"Terus nasib anak kecil itu gimana?"

"Ya gak papa, cuman luka dikit aja. Tapi aku bawa ke klinik dan tanggung jawab juga."

"Ya udah gak papa, yang penting semuanya sudah selesai. Sudah sampai Ra, sebaiknya kamu segera masuk dan tidur."

"Iya, Mas Deka hati-hati bawa mobilnya jangan ngebut."

Deka mengangguk, "Salam buat Papa kamu."

Shaira mengangguk setelah itu turun dari mobil Deka. Sebelum masuk Shaira mengucapkan terima kasih dan berkata akan mengambil mobilnya besok karena dia pulang dengan mobil Deka dan meninggalkan mobilnya di rumah laki-laki itu. Keakraban keduanya tak luput dari perhatian Aneska, gadis itu berdecak keduanya sangat akrab tanpa memperdulikan Aneska yang duduk di belakang. Keduanya asik bercerita dan Aneska hanya menjadi pendengar setia, ck menyebalkan.

"Nes, pindah ke depan."

"Gak mau,"

"Saya bukan sopir kamu, dan ini perintah Aneska Pratista."

Aneska turun dari mobil lalu berpindah menjadi duduk di samping Deka, laki-laki itu memang menyebalkan. Pemaksa dan suka seenaknya, tadi saja bersama Shaira dia begitu baik sedangkan dengannya laki-laki itu berubah menjadi serigala.

"Kamu marah Nes?"

"Saya baik-baik aja Pak,"

"Kamu.."

Tiba-tiba ponsel Aneska berdering, ada panggilan dari Zoya. Aneska menggeser tombol hijau di sana,

"Hallo, Zo,"

"Nes, gue udah di depan rumah Deka. Lo dimana?"

"Gue lagi di perjalanan mau pulang, gue kira lo gak bisa jemput tadi."

"Eh maaf ya tadi lo nelpon gue lagi ke toilet, hpnya di mobil."

"Gak papa, ya udah mending lo balik aja. Gue udah sama Pak Deka kok."

"Gue sendirian ini, ya udah gue balik ke RG deh. Lo hati-hati ya,"

"Iya, Bye."

"Zoya nelpon?" tanya Deka, laki-laki itu menatap Aneska. Namun, Aneska segera mengalihkan pandangannya.

"Hmm" Aneska mengangguk.

Deka menghembuskan napasnya, dia tahu Aneska pasti marah padanya. Memilih diam, tidak banyak bicara, menghindar. Lebih baik dirinya mengalah untuk saat ini, mungkin besok adalah waktu yang tepat untuk dia kembali berbicara pada Aneska, meminta maaf pada gadis itu. Sungguh, seketika Deka rindu Aneska yang selalu marah-marah padanya.

                    ******************

Elina membuka pintu ketika mendengar suara ketukan pintu dari luar. Wanita itu terkejut melihat Deka berdiri di sana sambil menggendong Aneska yang tertidur.

"Ya ampun, Nak Deka."

"Anes tidur Bu, Deka gak tega buat bangunin. Jadi maaf kalau Deka gendong Aneska begini."

"Ya udah, kalau gitu tolong bawa ke kamar aja Nak, ayo Ibu antar."

Deka mengangguk lalu mengikuti langkah wanita itu menaiki tangga menuju kamar Aneska yang memiliki pintu berwarna putih bertuliskan Aneska disana.

Elina membuka pintu kamar setelah itu Deka masuk dan membaringkan Aneska di ranjang. Deka tersenyum memandangi wajah Aneska yang terlihat cantik dengan make up yang natural. Ingin sekali rasanya Deka mengelus rambut gadis itu dan membisikkan selamat malam di telinganya. Namun, lagi-lagi Deka tidak berani untuk itu. Di kamar ini masih ada Ibu Aneska dan Deka harus bersikap sopan, tentu saja.

"Maaf, Aneska lagi-lagi merepotkan Nak Deka."

"Tidak papa Bu, saya yang harusnya minta maaf karna sudah lancang menggendong Aneska seperti tadi."

Elina tersenyum,"Aneska bilang akan pergi ke acara reuni SMA. Ibu tadi kaget aja kok bisa pulang bareng sama kamu?"

"Tadi Deka bertemu Aneska di jalan, dia sedang menunggu jemputan katanya. Deka hanya menemani Anes di sana Bu,"

"Beruntung bisa ketemu kamu, Ibu khawatir karena Zoya menelpon Ibu gak bisa jemput Anes katanya."

"Terima kasih Nak Deka sudah mengantarkan putri Ibu pulang,"lanjutnya lagi.

Deka mengangguk, tidak tahu juga alasan kenapa Aneska berbohing kepada sang Ibu. Ingin berkata jujur nanti, kalau Aneska tahu pasti gadis itu akan marah dan mengomelinya. Deka masih memandangi Aneska yang tertidur, ia semakin merasa bersalah telah mengabaikan Aneska di rumahnya, lebih peduli pada Shaira sampai tanpa sadar Aneska sendiri marah karena tidak memperdulikan gadis itu sebagai tamu. Deka yang mengundang Aneska, Deka sendiri yang mengabaikan gadis itu.

                      ************

Deka be like : "Sabar banget ngadepin ni cewek satu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Deka be like : "Sabar banget ngadepin ni cewek satu."
.
Dah lahh,  See you 💙

ANESKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang