27 - A White Dress

65 4 3
                                    

Hi, Welcome back Aneska!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hi, Welcome back Aneska!!
.
Happy reading, gaes.

******

Shaira membantu Deka dengan memberinya obat, sudut bibir laki-laki itu berdarah akibat pukulan Rafa yang terlalu keras. Deka meringis membuat Shaira yang melihatnya ikut meringis, acaranya belum selesai dan Deka merasa tidak enak hati akan hal itu.

"Permisi Non, saya sudah menjalankan tugas yang seperti Non perintahkan."

Shaira dan Deka menoleh mendengar suara pria paruh baya yang tiba-tiba saja datang. Dia Pak Bimo, tukang kebun yang sering membantu pekerjaan di rumah.

"Terima kasih ya Pak,"

"Baik Non, kalau begitu saya permisi dulu."

Gadis itu mengangguk lalu meneruskan kegiatannya membantu mengobati Deka. Deka tahu apa yang di lakukan Shaira, gadis itu tidak menyukai keributan sudah di pastikan dugaannya benar. Melihat rumah Shaira yang tidak seramai tadi, dan orang-orang sepertinya sudah pulang.

"Kamu ngapain Anes, sampai Rafa marah banget kayaknya." Shaira tidak menatap Deka, dia sibuk menata obat-obatan yang di keluarkannya tadi. Rasa amarahnya ingin dia lampiaskan tapi ini sudah malam dan dia tidak ingin meributkan hal ini. mengingat nama itu Aneska, Shaira akan memberinya pelajaran nanti.

"Aku gak ngapa-ngapain Anes, hanya memberi pelajaran sedikit."

"Dengan mencium Aneska gitu? Ck, kamu cemburu kan?"

"Ra, udah deh aku gak mau ribut."

Shaira menghela napasnya, dia lelah sungguh. Dia memimpikan acara ulang tahunnya ini dengan Deka yang akan terus menemaninya, memberinya hadiah dan memeluknya dengan erat. Tetapi sepertinya itu hanya mimpi, acaranya berantakan dan Shaira membenci orang-orang yang membuat keributan di malam acaranya.

Deka memegang kedua bahu Shaira pelan. Laki-laki itu tahu Shaira pasti sedih acaranya berantakan, Shaira menundukan kepalanya dia ingin menangis tapi dia malu menangis di hadapan Deka. Shaira tidak mau dianggap cengeng oleh Deka, dia teramat malu di hadapan laki-laki yang di sukainya ini.

"Ra jangan nangis, maaf kalau acaranya berantakan gara-gara aku." Deka menghapus air mata gadis itu, Shaira menggelengkan kepalanya dan tersenyum.

"Udah malem Mas, sebaiknya kamu pulang aja." Ini bukan jawaban dan Deka membenci itu.

"Besok aku ganti gimana? Aku turutin semua permintaan kamu seharian."

*****
Besoknya, Aneska masih saja rebahan di sofa panjang yang ada di ruang tengah sambil nonton drama korea yang ada di laptopnya. Hari ini dia mendapat Shift dua dan dia berangkat siang, sedang asik-asiknya nonton tiba-tiba terdengar suara bel dari luar. Aneska melihat ke seluruh ruangan berharap ada si Bibi atau Ibunya, dia ingin meminta tolong bukain pintu. Karena dia sendiri mager banget.

Akan tetapi ini tidak seperti yang di harapkannya, dia tidak melihat apapun di rumah. Hanya Aneska sendiri sepertinya, akhirnya Aneska beranjak dari tidurnya dia membuka pintu dan terkejut dengan temannya yang datang membawa sebuah Paper bag yang berisikan kado.

"Mbak Mey, ya ampun pagi-pagi berisik banget. Tinggal masuk aja kenapa sih,"

Omelan Aneska justru mendapat pukulan di lengannya. Meyra memukul Aneska karena gadis itu tidak kunjung membukakan pintu untuknya.

"Gue tamu, gak sopan dong main selonong aja."

"Lagian ngapain sih mbak, bawa kado juga siapa yang ulang tahun?"

"Ini nih, Pak Deka yang suruh gue buat kasih ke lo katanya ini buat lo."

"Gue gak ulang tahun, buat Shaira kali. Dia semalam ulang tahun."

Aneh banget Pak Deka, dumelnya.

Kenapa tiba-tiba ngasih kado begini, dia ingin menikmati Me time jadi tertanggu gara-gara ulah Deka yang aneh banget pagi-pagi.

"Gak mungkin Nes, jelas-jelas ini kado tulisannya untuk Aneska. Lo baca baik-baik deh," Meyra memberikan paper bag itu kepada Aneska supaya gadis itu percaya.

Aneska membelalak matanya saat dia menemukan secarik kertas kecil bertuliskan namanya, dalam hatinya bertanya-tanya. Sebenarnya Pak Deka kenapa??

"Udah ah gue balik ke Resto dulu. Gara-gara ini kado kerjaan gue gak kelar-kelar." Meyra yang kesal meninggalkan Aneska begitu saja, Aneska masih saja membaca kertas itu berharap itu bukan namanya.

Aneska masuk lalu membuka kado itu, dia terkejut melihat Dress yang waktu itu di pilihnya untuk Shaira. Dress putih yang terlihat sangat pas dan cocok di tubuhnya ini untuknya?

"Terus kado Pak Deka kasih itu isinya apa?" pikirnya.

Tanpa menunggu lagi, Aneska menelpon Deka dia ingin menanyakan tentang kado ini, memberinya hadiah seperti ini bukankan ini berlebihan?

Aneska berdecak saat Ponsel Deka tidak aktif, mungkin laki-laki itu sedang sibuk pikirnya.

******
Ini seperti mimpi bagi Shaira, seharian permintaannya akan di turuti oleh seorang Deka Abimanyu. Bukankah Deka type orang yang selalu sibuk? Dia adalah orang yang tidak mau membuang-buang waktunya untuk bermain seperti ini. Namun, dia sudah terlanjur mengatakan akan menemani Shaira seharian untuk menebus kesalahannya semalam.

Bisakah Shaira mengatakan ini adalah kencan mereka? Walaupun mereka bukan sepasang kekasih, tapi Shaira ingin memiliki Deka walau sehari. Terbukti Deka mematikan ponselnya seharian karena itu permintaan Shaira dia mengatakan jika acaranya tidak ingin ada yang mengganggu dan Deka menyetujui hal itu, tentu saja.

"Mas, jangan main Hp yaa, aku gak mau ada yang ganggu pokoknya termasuk kerjaan kamu itu."

"Enggak kok, udah aku matiin." Sahut Deka sambil menunjukkan Ponselnya yang sudah mati.

Shaira tersenyum, "Sini ponsel kamu taruh di tas aku."

"Ra gak usah berlebihan," Deka berusaha menolak lagipula ponselnya akan aman-aman saja. Kenapa harus taruh di tas selempang milik Shaira?

"Kamu udah janji ya mau nurutin aku seharian ini." Shaira menatap Deka dengan muka melasnya dan itu langsung membuat Deka tidak tega. Benar juga, dirinya sudah terlanjur berjanji mau gimana lagi.

"Ya udah kita mau kemana sekarang?"

"Emm ke pantai, tapi aku yang nyetir mobil kamu."

"Ra, gak usah, bahaya. Biar aku aja."

"Mas Deka, ini permintaan aku jadi harus kamu turutin." Shaira merebut kunci mobil dari tangan laki-laki itu lalu berlari kecil dan masuk ke dalam mobil milik Deka.

Yang bisa di lakukan laki-laki itu sekarang hanya pasrah yang penting Shaira senang itu saja.

*******
Thank you yang masih mau baca cerita ini. Sampai jumpa nantii.
.
See you dari aku Lavana.

ANESKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang