31 - Erin dan Teman lelakinya.

162 9 0
                                    

Happy reading, gaes!

******
Tidak ada perdebatan di antara keduanya. Setelah Shaira keluar dari mobil, Deka langsung menancap gas dan meninggalkan perempuan itu yang termenung seorang diri. Shaira mengerti, sikapnya yang seperti ini justru membuat Deka muak. Tapi, Deka bukanlah laki-laki yang seperti to the poin, dia tidak berkata bahkan tidak mengatakan apapun yang membuat Shaira kecewa. Walaupun percakapan terakhir itulah yang membuat Shaira paham jika Deka benar-benar menyukai seseorang yang bukanlah dirinya.

Memang benar perkataan Erin rasa itu terlihat jelas jika Deka menyukai Aneska. Shaira hanya berpura-pura tidak tahu, dia hanya berusaha menutupi segala kesedihannya. Namun tetap saja tatapan Deka justru terlihat semakin jelas, dan itu membuat Shaira kesal tentu saja.

Ponselnya bergetar ada satu pesan di sana, pesan dari seseorang yang begitu Shaira sayangi sedari dulu.

Deka
Maaf..

Dan pertahanan Shaira runtuh seketika, gadis itu berjongkok sambil menangis di halaman rumahnya. Air mata yang sedari tadi dia tahan akhirnya keluar, Shaira menangis dengan begitu memilukan. Hanya hembusan angin malam yang kini mulai terasa dingin di tubuhnya.

****

Mendengar suara pintu terbuka membuat Aneska yang sedang tidur terbangun. Rasa senangnya seketika menghilang ketika melihat siapa yang datang, dia menghela napasnya lalu merapikan rambutnya yang sedikit berantakan. Di lihatnya Erin masih tertidur, niatnya ingin beranjak dari sofa menghampiri Erin di karenakan selimut perempuan itu yang tidak rapi. Namun, terhenti saat seseorang yang baru saja datang itu membenarkan selimut Erin dan tidak lupa memberikan satu kecupan di kening gadis manis itu.

Aneska tersenyum melihat pemandangan yang begitu manis di depannya, dia tersentak saat seseorang itu mulai berkata padanya.

"Erin udah gakpapa kan? Apa ada penyakit yang serius, maaf gue baru sempat datang."

"Gak papa Raf, cuma kecapean kayaknya. Kata dokter besok lusa udah bisa pulang."

Laki-laki itu Rafa mengangguk mengerti, dia menyodorkan sebuah paper bag yang berisikan makanan dan juga segelas Coffe Latte. Dia tahu Aneska belum makan, bisa di lihat dari wajahnya yang sedikit pucat.

"Makasih Raf," Aneska menggeser badannya guna memberi tempat untuk Rafa duduk. Di lihatnya laki-laki itu sepertinya baru saja pulang dari kantornya, kemeja putih yang laki-laki itu gulung sampai siku sampai rambutnya yang sedikit berantakan membuat Aneska tahu, tentu saja.

"Erin emang dari kecil kadang mimisan, makanya dia itu gak boleh kecapean apalagi sampai banyak pikiran itu gak boleh."

"Yang gue lihat sih Erin lagi ribut sama Pak Deka, sampai-sampai dia kalau mau berangkat sekolah gak mau sarapan."

"Dulu juga pernah ribut gara-gara Mas Deka belain Shaira sampai bentak Erin ya jelas Erin yang masih kecil cuma bisa nangis dan gak mau makan sampai dua hari."

Mendengar itu Aneska tahu betapa Deka sampai sebegitu sayangnya dengan Shaira.

Bolehkah Aneska cemburu??

"Raf, lo mau nginep di sini kan? Gue harus balik kayaknya besok gue masuk kerja, bentar lagi Pak Deka pulang kok."

****

Rasanya Aneska lelah sekali berada di tengah-tengah Deka dan Shaira yang ia saja bingung harus berpikir bagaimana. Laki-laki yang ingin serius dengannya itu sudah pernah menginap di Apartemen Shaira, selalu bersama Shaira dari kecil sedangkan bertemu dengannya saja baru beberapa bulan yang lalu. Sudah jelas rasa sayangnya lebih besar di bandingkan dirinya yang tidak ada apa-apanya.

Lantas Aneska harus bagaimana?

Terlebih Shaira yang selalu bergantung pada Deka dan laki-laki itu selalu saja mengiyakan apa yang Shaira mau. Sungguh, Aneska rasanya ingin pergi saja jika bisa. Dan tanpa sadar hatinya sudah jatuh kepada Deka yang entah sejak kapan.

Sesampainya di depan pintu rumah sederhana namun cukup luas di dalamnya. Aneska mengetuk pintu rumah itu dan begitu pintu terbuka, gadis itu langsung memeluk si empunya rumah yang sangat dia kenal, menangis tersedu-sedu membuat siapa saja tidak tega melihatnya.

"Nes kamu ke sini pakai apa?"

"Aku mau nginap di sini bolehkan Kak?"
Bukannya menjawab pertanyaan sang Kakak, Aneska malah memberikan pertanyaan yang dia sendiri sudah tahu jawabannya.

Anisa merasakan baju adiknya itu sedikit basah, di luar memang sedang gerimis dia juga melihat sepatu adiknya itu kotor. Dia menghela napasnya, apa adiknya itu barusan jalan kaki?

Tanpa bertanya lagi, Anisa menyuruh adiknya itu masuk untuk segera membersihkan diri dan beristirahat. Sedangkan dia akan mengambil makanan dan beberapa cemilan untuk di makan nantinya.

*****

"Lho, Aneska mana Raf?"

Deka yang baru saja datang terkejut melihat Rafa ada di sana, sepupunya itu tengah membantu adiknya berbaring. Rafa diam saja, tangannya menarik kursi dan duduk di sana. Deka yang melihat itu berdecak, sedangkan Erin menatap kedua laki-laki itu secara bergantian.

"Nganterin Kak Shaira lama banget Mas, gak nginep aja sekalian?" pertanyaan dari adiknya itu membuat Deka menoleh. Dia tahu adiknya masih kesal dengannya.

"Anes udah pulang duluan Mas, besok mau kerja jadi dia harus pulang."

Mendengar perkataan Rafa, Deka mengangguk mengerti. Dia duduk di sofa yang ada di sana, memijit pelipisnya yang terasa berdenyut. Pikirannya melayang memikirkan pertanyaan Shaira dan tingkah perempuan itu yang semakin aneh.

"Minimal kalau mau ninggalin anak orang itu di kasih makan dulu Mas, jangan Shaira aja yang di pikirin."

"Maksudnya lo gimana Raf?"

"Aku juga bingung sama Mas Deka katanya suka sama Kak Anes, kasian loh wajahnya dia pucat nahan lapar."

Deka mendengar semua perkataan itu dan dia sadar akan kebodohannya, dia lupa membelikan Aneska makanan. Di tambah lagi tidak ada satu pun chatt dari gadis itu, dan itu membuatnya khawatir.

"Besok aku tinggal gakpapa kan Rin? Nanti aku suruh temenmu yang cowok itu buat jagain kamu."

"Gak papa Mas, aku mau sendiri aja."

"Temen cowok, udah punya pacar ya Dek?" tanya Rafa sambil menatap Erin tajam.

"Temen aja Mas, udah ah aku mau tidur."
Dengan kesal Erin membalikkan badannya membelakangi Rafa dan Deka yang tersenyum melihat pipi adiknya itu memerah.

****

[ Tolong siapapun beritahu Mas Deka dan Mas Rafa kalau aku dan dia gak ada apa-apa :(  ]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[ Tolong siapapun beritahu Mas Deka dan Mas Rafa kalau aku dan dia gak ada apa-apa :(  ]

.
See you gaes ♡

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 07, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ANESKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang