29 - Sedikit khawatir

85 6 0
                                    

Happy reading gaes,,

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading gaes,,

********

Esok paginya, Aneska datang ke rumah sakit bersama Ibunya Elina. Setelah mendapat kabar dari Aneska bahwa Erin adik dari Deka masuk rumah sakit karena mimisan, wanita paruh aya itu khawatir dan mengatakan kalau dirinya ingin ikut Aneska menjenguk Erin. Keluarga Deka dan keluarga Aneska terlihat dekat, terlihat dari Elina dan Nesya yang tampak asik mengobrol dan seketika melupakan anak-anaknya.

"Nes, tolong jagain Erin ya. Saya harus berangkat ke kantor pagi ini." Perkataan Fahar membuat Aneska mengangguk.

Dengan setelan kerjanya yang sudah rapih, laki-laki paruh baya itu mendekati Erin serta Nesya untuk berpamitan dan tidak lupa satu kecupan di kening kedua perempuan itu.

"Mari Aneska, Ibu Elina."

"Iya Pak, silahkan," sahut Aneska.

"Sekarang udah gak pernah lagi main ke rumah ya Nes? Kenapa deh, Tante jadi kangen," perkataan Nesya membuat Aneska tersenyum. Rasa tidak enaknya mendadak muncul, bukannya tidak mau berkunjung. Cuma kalau nanti dia berkunjung bertemu Deka lagi dan akhirnya berdebat.

Alih-alih menutupi rasa tidak enaknya, Aneska menjawab "Akhir-akhir ini aku emang lagi sibuk Tante, nanti kalau ada waktu luang Aneska usahain buat mampir ke rumah."

"Nanti nginap di kamar aku ya Kak?" ucap Erin yang entah mengapa langsung mendapat anggukan dari Aneska.

"Kalian udah deket ya ternyata, Ibu kira ini bakalan canggung." Elina merasa senang melihat kedekatan Aneska dengan keluarga Deka.

"Ibu jangan gitu, Tante Nesya itu orangnya baik. Dia kan langganan di bakery Kak Anis," sahut Aneska.

"Iya kalau itu Ibu udah tahu dari Kakakmu."

"Nanti kapan-kapan makan malam di rumahku ya Jeng, ajak juga Anisa sama Aneska."

"Iyaa nanti atur aja jadwalnya, Jeng." Elina tersenyum, dia menatap Aneska yang kini sedang menyuapi Erin sepotong buah Apel yang baru di kupasnya.

"Ngeselin banget Mas Deka, aku telfon gak aktif, aku chatt juga gak di balas." Erin menatap ponselnya dengan lesu, Aneska yang mendengar itu terdiam.

Sebenarnya kemana Pak Deka, tumben banget Hp-nya gak aktif seharian.

Diam-diam Aneska membuka room chatt dirinya dengan Pak Deka, chatt darinya juga belum di balas.

*****
Aneska mengantar Ibunya menuju taksi yang di pesannya. Elina harus pulang karena dia sudah berjanji kepada Anisa untuk membantunya di toko. Elina mengelus pipi anaknya itu lembut membuat Aneska kembali memeluk wanita kesayangannya itu.

"Jadi kamu gak berangkat kerja Nes, di tugasin sama Pak Fahar buat nemenin Erin ya?"

"Iya Bu, nanti aku suruh Zoya buat ke rumah ya sekalian buat ngambil pakaian ganti."

"Lah kamu gak pulang? Mau nginep di RG apa di rumah sakit?"

"Aku nginep di rumah sakit kayaknya nemenin Tante Nesya gak papa Bu?"

"Gak papa, Ibu tahu Nak Deka orangnya sibuk. Jadi kamu harus bantu Nak Deka ya, kalau gitu Ibu pulang dulu. Kamu hati-hati," Elina mencium pipi Aneska. Setelah itu wanita paruh baya itu memasuki Taksi. Dia membuka kaca mobil supaya bisa melihat Aneska walaupun sebentar.

"Ibu hati-hati ya," ucap Aneska sambil melambaikan tangannya. Gadis itu melihat Taksi yang di tumpangi ibunya melaju sampai menghilang dari pandangannya.

Aneska berbalik, dia melirik jam dari pergelangan tangannya menujukkan jam 11.00 sebentar lagi jam makan siang akan tiba. Aneska berniat menuju kantin rumah sakit untuk membeli beberapa makanan untuk dirinya dan Tante Nesya dan beberapa cemilan untuk persediaan.

Aneska sedang memesan makanannya, dan dia terkejut saat melihat seorang perempuan yang sangat di kenalnya sedang duduk sendirian sambil menelpon seseorang entah siapa. Aneska tidak pedulikan itu, dia segera membayar makanan yang di pesannya saat penjual itu menyerahkan apa yang di pesan Aneska. Aneska harus segera kembali, dia sudah berjanji kepada Erin untuk tidak lama-lama.

******

"Ya ampun Ka, tapi kenapa Handphone kamu segala gak aktif. Kamu tahu kalau gak ada Aneska mungkin kita semua gak akan tau kalau Erin ada di rumah sakit."

"Hpku mati Ma, kehabisan baterai. Gak tahu juga kalau Erin nelfon sebanyak itu."

Begitu masuk, Aneska terkejut saat melihat Deka yang sudah ada disana. Rambut laki-laki itu sedikit acak-acakan tapi yang bikin Aneska salah fokus adalah Deka menggunakan pakaian casual kemeja hitam dengan balutan kaos biru polos di dalamnya. Sudah seharian ini Aneska tidak melihat Deka, dan dia sedikit khawatir.

 Sudah seharian ini Aneska tidak melihat Deka, dan dia sedikit khawatir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Catat ya gaes, sedikit khawatir.

"Bohong banget pasti Mas Deka sengaja kan matiin hpnya,"

"ERIN," nada tegas Deka membuat Erin menghela napasnya pelan. Erin membuang muka dia tidak ingin melihat wajah Kakaknya itu.

"Terus kamu tidur dimana Ka, semalam juga kamu gak pulang kan?" tanya Nesya.

Aneska masih di sana, gadis itu hanya bisa mendengarkan perbincangan itu tanpa ikut campur. Aneska meletakkan beberapa makanan yang di belinya di meja yang ada di sana.

"Di Apartemen Shaira," jawaban Deka membuat Nesya semakin pusing saja. Dia tahu putranya itu sudah dewasa, tapi bukankah itu tidak pantas menginap di Apartement perempuan itu sungguh tidak pantas.

"Udah Mama tuh pusing kalau berdebat sama kamu Ka, sekarang Mama pulang dulu mau istirahat. Kamu sama Anes jagain Erin, okey?" Nesya mengambil tasnya dan segera melangkahkan kakinya keluar. Alih-alih beralasan seperti itu, Nesya hanya ingin Deka dan Aneska bertambah dekat, itu saja.

"Jadi bener ya Mas, kalian nginep gitu berdua di Apart dan tidur seranjang?" Erin menatap Deka sendu, gadis itu kecewa mendengar jawaban jujur Deka yang menginap berdua dengan Shaira di Apartement.

"Enggak Rin, kamu ngomong apasih?" Deka menghela napasnya pelan, laki-laki membenarkan selimut adiknya yang berantakan.

Aneska mendengar itu, sedari tadi gadis itu hanya mendengarkan. Tidak mengeluarkan sepatah kata apapun, ingin bertanya takut salah. Aneska membantu Erin minum, lalu mengelus rambut Erin lembut setelah itu dia berkata,

"Pak Deka saya ke toilet sebentar ya?"

"Gak usah di luar Nes, di sini juga ada toilet," kata Deka yang melihat Aneska yang berjalan keluar.

"Saya ingin di luar Pak,"

Seperti perkataannya, Aneska keluar dengan alasan ke toilet. Dia ingin keluar, berjalan-jalan di sekitaran rumah sakit sepertinya tidaklah buruk.

*****
See you,

ANESKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang