10 - Antara Shaira dan Deka

148 27 1
                                    

Happy Reading,                           *********

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading,
   
                       *********

Aneska sedang berada di balkon kamarnya, gadis itu sudah mandi dan juga berganti pakaian. Elina datang dengan membawa dua cangkir teh hangat lalu memberikannya satu untuk putrinya membuat Aneska tersenyum.

"Dulu Ibu juga sering sekali mengobrol dengan Ayah di balkon sambil meminum teh hangat berdua," Elina menatap ke atas ke arah langit yang gelap dan bertabur bintang. Kenangan dulu membuatnya rindu pada mendiang suaminya.

"Ibu, jangan sedih. Aneska dan Kak Anis akan selalu ada untuk Ibu." Aneska mendekat, memeluk Ibunya dari samping.

Elina mengelus lengan putrinya."Ibu hanya rindu pada Ayah."

"Ayah pasti bahagia di atas sana, Ayah pasti juga senang melihat Ibu karena udah berhasil merawat Aneska dan Kak Anis tumbuh dengan baik tanpa Ayah di sisi Ibu."

Elina tersenyum, wanita paruh baya itu mengecup pipi Aneska dan mengelusnya."Ibu menyanyangi kalian, sungguh."

"Aneska jadi ingin mempunyai suami seperti Ayah. You’re the greatest father, Ayah selalu menyayangi Anes dan Kak Anis tanpa syarat."

"Ngomong-ngomong tentang suami, Deka juga laki-laki yang baik loh Nes menurut Ibu. Dia laki-laki yang bertanggung jawab dan juga Ibu akan tenang kalau kamu sama Nak Deka."

"Ibu apaan sih," Aneska melepaskan pelukannya. Gadis itu kembali meminum tehnya yang kini tinggal sedikit.

Aneska tersenyum saat kembali mengingat pelukan yang Deka berikan. Pelukan yang membuat Aneska mulai merasakan nyaman yang entah dari mana datangnya. Padahal Aneska selalu berpikir jika Deka adalah laki-laki menyebalkan.

"Kan kamu aja langsung senyum,"

"Ah Ibu, udah lah Anes mau tidur aja. Selamat malam."

Elina menggelengkan kepalanya melihat Aneska yang pergi dengan wajah yang merona. Putrinya itu sudah begitu dewasa sekarang sudah di pastikan akan ada seseorang yang akan melamarnya nanti. Wanita paruh baya itu mulai menegak habis teh hangat yang tinggal sedikit lalu menyusul Aneska masuk ke dalam untuk beristirahat.

                  ************
Esok harinya Aneska seperti biasa bekerja di Restoran, dia melihat Deka datang bersama Shaira. Deka menyuruh Shaira untuk berjalan terlebih dahulu ke ruangannya karena ia ada urusan sebentar. Shaira mengangguk, lalu perempuan itu pergi dan masuk ke ruangan Manajer. Deka berjalan menghampiri Aneska yang kini sedang mengelap beberapa meja di sana, Aneska yang merasa di perhatikan kini menghentikkan kegiataannya.

"Nes, meja nomor satu tolong kamu kasih note's saya akan ada pertemuan nanti jam sepuluh dengan keluarga Shaira."

"Baik Pak,"

"Dan tolong sajikan hidangan yang spesial bilang juga sama Meyra untuk bantuin kamu menyiapkan ini semua,"

"Baik Pak Deka,"

Laki-laki itu mengangguk lalu pergi meninggalkan Aneska. Gadis itu sudah pasti tahu meja nomor satu adalah ruangan VIP tempat biasa yang di gunakan Deka untuk bertemu kolega bisnis atau sekedar acara keluarga. Dan sudah di pastikan Deka tidak ingin mengecewakan para tamunya, Aneska menghela napasnya dia jadi penasaran apa yang akan di bahas sampai Shaira ikut andil dalam pertemuan itu.

Tapi ya sudahlah, mungkin ini urusan keluarga dan juga bukan urusannya. Aneska hanya menuruti perintah dari Deka mempersiapkan semua yang di perintahkan Deka tadi.

Aneska melangkahkan kakinya menuju kitchen, ia melihat Meyra dan Tirsa di sana sedang mengelap piring dan juga peralatan sendok yang baru saja di cuci.

"Mbak Mey, tadi Pak Deka bilang akan ada pertemuan gitu jam sepuluhan dan kita di suruh menyiapkan masakan yang spesial," kata Aneska.

Meyra mengernyitkan dahinya,"Oh ya udah nanti gue bantuin, Tirsa lo bersihin gih meja di ruangan VIP."

"Oke, gue ke sana sekarang. Btw, gue juga lihat ada Shaira tadi, kira-kira mereka mau bahas apa ya?"

"Udah, gak usah kepo deh lo pada. Cepet kerjain Tir, waktunya satu jam lagi soalnya."

"Siap Mbak,"

Setelah kepergian Tirsa, Meyra menatap Aneska lagi. Gadis itu merasa aneh karena di tatap Meyra seperti itu. "Ada apa Mbak,?"

"Semalam lo beneran di peluk Pak Deka Nes?"

"Haa, kata siapa Mbak?"

'Duh, kalau gue jawab jujur nanti jadi bahan gosip dong. Mending gue bohong aja deh ya,'

"Gak penting kata siapa, jawab aja iya atau enggak."

"Enggak Mbak, aneh-aneh aja deh. Udah lah gue mau nganter makanan dulu," jawab Aneska lalu pergi dari hadapan Meyra.

"Nes, gue bakal dukung kalau lo beneran jadian."

Seruan dari Meyra membuat Aneska menutup sebagian wajahnya. Gadis itu malu tentu saja, bagaimana jika Deka mendengar? Semua pekerja di sana bahkan menatapnya dengan senyuman menggelikan. Meyra terkikik lalu melanjutkan kegiatannya yang sempat tertunda, sepertinya dia mempunyai hobi baru yaitu meledek Aneska, wkwk.

                   *************
Tepat pukul 10.00 seorang lelaki paruh baya baru saja tiba di Restoran, Deka datang dan langsung memeluk lelaki itu di susul dengan Shaira di belakangnya. Perempuan itu tersenyum dan langsung menggandeng lengan sang Ayah untuk segera menuju ruangan yang telah Deka siapkan. Aneska dan Tirsa melihat itu, sudah bisa di tebak jika lelaki paruh baya itu adalah Ayah dari Shaira. Mungkin saja ada hal yang serius yang akan di bahas.

"Dengan ngundang keluarga Shaira, gue yakin sih ini pasti yang akan di bahas udah pasti serius."

Aneska mengangguk membenarkan ucapan Tirsa. Gadis itu juga terkejut saat melihat kedatangan Nesya dan juga Fahar di sana, pasangan suami istri itu berjalan berdampingan menuju ruangan VIP.

"Ada Bu Nesya dan Pak Fahar juga ternyata, kok perasaan gue mereka akan bahas Deka dan Shaira ya,"kata Tirsa.

"Bahas Deka dan Shaira gimana?"

"Yaa bisa jadi kan, kayak di ftv gitu dan mereka di jodohkan?"

"Hayoloh, ini udah jam berapa? Kalian bukannya bantuin gue malah ngobrol aja di sini." Perkataan Meyra membuat Tirsa dan Aneska tersenyum.

"Yang ngajak ngobrol duluan Tirsa Mbak, gue barusan mau pergi aja di tahan-tahan gitu," sahut Aneska.

"Eh enggak ya, gak usah ngawur deh Nes." Balas Tirsa tidak terima.

"Udah gak usah ribut, ayo nanti Pak Deka marah kalau kita telat nyiapin makanannya."

Tirsa yang mengerti berjalan terlebih dahulu menuju kitchen,  ingin melihat apa makanannya sudah siap di antarkan atau belum. Aneska ingin menyusul namun lengannya di tarik Meyra, membuat Aneska menatapnya bertanya seakan 'ada apa Mbak?'

"Gue gak sengaja denger Shaira di toilet  tadi lagi telpon Nes, dia minta tunangan sama Pak Deka."

                    ****************
See you 💙

ANESKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang