21- Cuma pura-pura

95 8 0
                                    

Happy reading gaiss,

********

Restaurant, pukul 21.00.
.
Aneska tidak habis pikir dengan Deka, untuk apa laki-laki itu mengajaknya ke resto sedangkan tadi keduanya baru saja makan malam di rumah. Aneska mengikuti langkah Deka menuju meja yang di pesannya, gadis itu duduk di ikuti dengan Deka yang duduk di hadapannya. Deka memanggil waitress lalu memesan makanan seperti biasa, Aneska menatapnya tidak percaya dia menghela napasnya ingin sekali marah-marah namun harus dia tahan dulu.

"Pak bukannya kita udah makan tadi di rumah, kalau mau gendut sendirian aja jangan ajak-ajak saya."

"Entar kalau makanannya datang gak usah di makan kalau takut gendut,"

'GILAAA,'

Ini maksudnya gimana sudah pesan makanan tapi jangan di makan, buang-buang duit aja. kalau gini caranya mending jangan makan di resto, sayang banget kalau makanan seenak di resto di buang-buang. Untuk menghilangkan kejenuhannya, Aneska memainkan ponselnya membalas chat dari teman-temannya, dia malas berdebat dengan Deka terlalu sering capek banget. Belum lagi habis ini mereka harus mampir lagi untuk mencari hadiah buat Shaira.

"Nes, saya mau bicara bisa gak jangan main ponsel dulu," kata Deka.

"Tumben Pak," Aneska menatapnya dia menurut dan meletakkan ponselnya di atas meja. Biasanya Deka tidak peduli apa yang di lakukan Aneska, tapi ini aneh tiba-tiba Deka menegurnya mungkin laki-laki itu ingin berbicara serius sepertinya.

"Waktu kemarin-kemarin Papanya Shaira sepertinya ingin menjodohkan saya dengan Shaira, tapi saya bilang saya sudah punya perempuan pilihan saya sendiri."

Aneska menyerngitkan dahinya bingung, dalam hatinya dia berkata 'Ini beneran Pak Deka bukan? Kok tumben-tumbennya curhat masalah percintaan.'

"Oh jadi karena itu juga yang buat Shaira nangis?"

Deka mengangguk, "Saya menyukai perempuan lain gak tau dia menarik aja buat saya. Selalu ada aja cerita di setiap harinya kalau ketemu sama dia, gak ketemu sehari aja udah khawatir."

"Tapi kok kenapa bilang ke Tante Nesya itu saya, kenapa gak Bapak bilang aja ada perempuan lain gitu. Kalau gini caranya saya merasa bersalah dong sama Tante Nesya."

"Merasa bersalah gimana?"

"Ya kan cuma pura-pura."

"Gak pura-pura Nes, itu emang kamu. Perempuan yang saya maksud itu kamu."

Aneska terkejut, dia menatap mata Deka mencari kebohongan itu di sana. Namun sialnya dia tidak menemukan itu. Ini seperti mimpi baginya, Deka tiba-tiba mengatakan ini padanya dan itu membuatnya terkejut. Sungguh, bahkan Aneska bingung ingin mengatakan apa dia masih terkejut dengan apa yang dia dengar.

"Pak Deka, bukannya kita harus mencari hadiah untuk Shaira. Kalau begitu saya tunggu di mobil." Aneska mengambil ponselnya dan pergi begitu saja meninggalkan Deka yang kebingungan. Aneska meninggalkannya tanpa memberinya jawaban.

"Apa barusan gue di tolak?" pikirnya.

*****
"Lho, cepet banget Pak. Bukannya mau makan lagi biar gendut?" Aneska bertanya saat melihat Deka tiba-tiba masuk ke dalam mobil. Dia menghela napasnya saat di rasa Deka mulai mengabaikannya.

Gadis itu mengerti apa yang di rasakan Deka saat ini. Tapi bukankah ini terlalu cepat? Aneska bingung harus menjawab apa, jantungnya berdegup kencang ini seperti mimpi baginya. Apa yang harus Aneska lakukan? Shaira menyukai Deka dan Deka barusan menyatakan perasaan padanya. Ini sungguh di luar dugaannya.

Diliriknya Deka sesekali, laki-laki itu tengah fokus menyetir. Matanya benar-benar fokus ke depan dan sepertinya Deka benar-benar mengabaikan dirinya.

"Pak Deka marah yaa?"

"Saya mau ke butik langganan saya, nanti tolong kamu bantu pilih dress buat Shaira."

Ini bukan jawaban yang Aneska mau, sungguh ia kesal ingin rasanya meninju Deka dengan keras. Aneska yang gregetan pun hanya bisa diam, mengepalkan tangannya dan memejamkan matanya sebentar.

"Baik Pak, saya mengerti."

Sesampainya di butik, Deka turun bersama Aneska. Keduanya berjalan masuk ke dalam butik, ruangan yang luas dan terdapat beberapa dress yang cantik membuat Aneska tersenyum. Ingin rasanya membeli satu dress di sini namun ia sadar uangnya tidak cukup. Di liriknya Deka yang sedang mengobrol dengan pemilik butik di sana. Aneska melanjutkan melihat-lihat pakaian yang di rasanya menarik baginya.

"Ini butik milik Tante Orlin, adiknya Mama." Perkataan Deka tentu saja mengejutkan Aneska, gadis itu sampai memukul lengan Deka membuat laki-laki itu tertawa pelan.

"Pak Deka kenapa sih suka banget datang tiba-tiba."

"Apaa? Kamu aja yang kagetan,"

"Udahlah, ini Shaira suka warna apa biar saya bantu carikan biar cepat saya udah pengin pulang soalnya."

"Kamu pilih beberapa baju dulu terus kamu coba, Shaira pasti suka sama pilihan saya." Deka tersenyum setelah itu dia pergi mengangkat telpon dari seseorang yang entah siapa. Aneska melongo di buatnya sungguh dia tidak mengerti apa maksud laki-laki itu.

Dan saat itu juga ada dua orang perempuan berseragam yang akan membantunya memilihkan pakaian. Aneska sesegera memilih pakaian yang menurutnya menarik, dan kedua perempuan itu mengantarkan Aneska ke ruang ganti. Aneska menghela napasnya lagi, 'Ini seperti di drama korea. Dan ia benci melakukan ini, sungguh.'

Deka duduk di sofa panjang yang ada di sana di temani Tante Orlin, mereka sedang menunggu Aneska keluar dari ruang ganti. Deka gugup entah kenapa, ia memainkan ponselnya berharap rasa gugupnya menghilang.

"Tumben banget Ka, bawa pacarnya ke sini. Kirain gak mau di kenalin ke Tante." Deka tersenyum, memang sebelum ke sini ia memberi tahu Tantenya kalau ia akan ke butik bersama pacarnya.

"Ini juga habis dari resto Tan, jadi sekalian mampir beli sesuatu buat Shaira."

"Shaira apa kabar, biasanya kamu apa-apa sama Shaira. Dia pasti sedih kalau tahu kamu punya pacar."

"Tapi menurut Tante aku cocok sama siapa?"

"Aneska, dia bisa galak ke kamu. Kamu kan emang harus di galakin biar gak bandel."

Mendengar jawaban dari Tante-nya Deka tertawa, tapi memang iya dari sekian banyaknya perempuan yang Deka kenal cuma Aneska yang berani padanya. Shaira saja tidak berani marah-marah apalagi ngomel-ngomel seperti yang di lakukan Aneska. Aneska memang beda.

********

Aneska boleh minta bintangnya kan?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aneska boleh minta bintangnya kan?
.
So, Terima kasih karena sudah membaca cerita ini. Jangan lupa untuk komen dan see you next chapter ~

ANESKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang