Luka Di Awal Tahun

3 1 0
                                    

Tahun telah berganti beberapa jam yang lalu. Setiap kenangan ikut tertinggal dalam memori yang tidak lagi bisa untuk mengulanginya. Hanya akan menjadi pengingat  jika diri pernah terdampar dalam suatu masa yang sangat atau tidak diinginkan.

Di sini di pantai tempat pertama kali bertemu dan tempat di mana Deandra memberikan hati pada seseorang dengan harapan akan selalu menemaninya sampai senja tak lagi menampakkan semburat jingga di ufuk timur. Tempat yang akan menjadi saksi dari setiap perasaan yang pernah berlabuh untuk menyapa hatinya.

Dan saat ini, di hari pertama awal tahun, Deandra akan mengutarakan keinginannya pada Bian. Tentang isi hati yang terus saja menghantuinya.

Perlahan Deandra melangkahkan kakinya menuju bibir pantai menghampiri Bian yang telah sampai lebih dulu. Sosok yang selalu berpenampilan kasual dan menyukai warna navy. Sosok yang tidak pernah menuntut sekecil apa pun dari Deandra.

Sebelum melanjutkan langkah, diperhatikan sosok itu dengan seksama. Dulu ia sangat mengagumi tentang semua yang ada dalam diri Bian. Tidak pernah ada cela untuk Bian dalam hatinya. Tidak pernah mendengarkan cerita orang tentang keburukan Bian, yakin jika semua itu omong kosong.

Hingga Vera muncul di tengah kisah yang baru saja memberikan romansa di dalamnya. Perlahan bunga cinta yang siap menunjukkan mahkotanya terhuyung oleh angin. Percikan rindu di pagi hari tak lagi mampu membuatnya berani menantang mentari. Layu yang kian hari kian menyerang tak bisa terelakan. Menyisakan tangkai yang hanya diberi dua pilihan. Bertahan atau menyerah.

Bian membalikkan tubuhnya mendapati Deandra tersenyum ketika mata mereka saling bertemu. Ia segera menghampiri laki-laki membiarkan kaki telanjangnya disapu oleh air.

“Suasana yang nggak pernah berubah,” tutur Deandra ketika sudah berada di sebelah Bian.

“Waktu memang akan terus berjalan, tapi suasana di sini akan tetap sama. Sama seperti pertama kali kita ketemu,” sahut Bian yang ditanggapi dengan senyuman oleh Deandra.

“Tahun yang baru, bulan yang baru, dan hari yang baru. Pasti ada yang kamu inginkan?” tanya Deandra menatap Bian yang tengah menerawang jauh ke laut lepas.

Mendengar pertanyaan kekasihnya, Bian membalas tatapan Deandra. Digerakkan tubuhnya menghadap Deandra agar bisa dengan leluasa menggenggam kedua jemari pujaan hatinya.

“Nggak ada keinginan yang lebih penting selain selalu memiliki kamu.”

Untuk beberapa waktu mata mereka saling mengunci. Memasuki ruang yang dulu selalu menjadi tempat ternyaman untuk berteduh. Bian mulai bergerak mendekat. Dekat dan semakin dekat hingga Deandra mampu merasakan deru nafas Bian menerpa wajahnya yang menghangat. Menghilangkan jarak di antara mereka.

Deandra terpejam. Ia mulai mengingat lagi pertemuan pertama mereka yang tidak sengaja di pantai ini. Dirinya yang sedang menenangkan diri dari masalah keluarganya dan Bian memang sengaja datang ke sana bersama teman-temannya. Bola yang membentur kepala Deandra menjadi awal percakapan mereka hingga akhirnya memutuskan menjalin kasih.

Waktu terus berjalan dengan semestinya hingga ia harus terjerumus dalam kisah rumit yang mempermainkan hatinya. Selalu mencoba untuk bertahan dan berpikir semua akan baik saja.

Hingga beberapa waktu lalu, ia mendengar kabar Bian terbaring sakit. Maksud hati ingin menemui kekasih yang lemas tidak berdaya, memberi perhatian penuh dan kasih sayangnya. Namun semesta seakan tidak mengijinkan ketika ia melihat pemandangan tak mengenakkan. Ia melihat Vera bermesraan dengan orang yang statusnya masih menjadi kekasih. Sampai Bian melakukan ini padanya.

Seketika tubuh yang awalnya sangat bersemangat tidak sabar untuk bertemu, kini perlahan bergerak mundur. Ia tak bisa melihatnya lebih lama lagi. Hatinya hancur sehancur-hancurnya. Luluh-lantah dalam hitungan detik.

Aku Hanya Ingin (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang