13 : Impoten

31.1K 1.9K 249
                                    

Aku mau tanya dong, kalian tahu Novel ini dari mana sih? Tolong Komen!
***

"Menurut aku sih Apartment-nya kuarang luas. Nanti kalo kita udah nikah, beli rumah aja ya! Biar bikin Rumah ala Jepang"

Intan menyusuri setiap ruangan di dalam Apartment milik Reino. Padahal Apartment itu adalah Apartment VIP di gedung ini. Apartment milik Anggun saja tidak sebesar dan seluas ini. Tapi masih saja di bilang kurang luas oleh Intan. Sebenarnya wanita itu pengen tempat tinggal sebesar apa sih? Gak mungkin kan sebesar Monas.

Wanita itu menuju balkon yang di penuhi tanaman dan rumput. Tempatnya lumayan luas meski di balkon Apartment. Dari tempat itu, mereka bisa melihat kota Jakarta dari ketinggian. Awan mendung menyelimuti langit malam, nampaknya sebentar lagi akan turun hujan. Angin malam yang begitu dingin semakin menusuk tulang. Hingga Reino mengusap-usap tangannya karena kedinginan. Sementara Intan terus saja mengeluh dengan apa yang tidak Reino punya.

"Kok gak ada Kolam renangnya sih? Padahalkan aku pengen ada kolam renangnya"

"Aku gak terlalu butuh kolam renang Intan. Kalo mau renang ya tinggal ke bawah aja, kan ada Fasilitas yang di sediakan"

"Ya masa harus bareng sama yang lain? Mendingan beli rumah baru ketimbang renang di tempat umum."

Tanpa sadar di dalam hati, Reino membanding-bandingkan dengan Anggun. Gadis itu justru sangat kegirangan ketika di ajak masuk kesini, karena tempatnya tidak sebagus milik Reino. Tapi Intan ini justru malah menghina-hina Apartment-nya. Kalo bukan karena Mamanya, Reino mana mau memperbolehkan wanita ini masuk ke Apartment-nya.

"Rei kamu itu pengusaha. Bisnis kamu itu dimana-mana, masa beli Apartment  sekecil ini?"

"Aku masih sendiri Intan. Ngapain besar-besar, nanti cape sendiri beresinnya"

"Emangnya kamu gak nyewa pembantu?"

"Aku gak suka pembantu"

"Jadi kamu beresin ini sendirian?" Tanya Intan dengan wajah tak percaya. Lalu Reino mengangguk. Yang membuat Intan semakin terperangah. Selain tampan, kaya, dan terlahir bukan dari keluarga sembarangan, nampaknya Reino lulus dari kategori Cowok Idaman Intan. Dia tersenyum manis ke arah Reino. Lalu maju satu langkah ke arah Reino, tanpa Reino duga, Intan malah mengalungkan tangannya di leher. Lalu menatap mata Reino lekat-lekat.

"Aku suka" ucap Intan.

"Maksud kamu?"

"Kamu lulus jadi calon suami aku"

Reino mengerutkan dahinya. Mereka berdua memang di jodohkan. Tapi Reino masih berhak menolak perjodohan ini. Karena Mamanya bilang, kalo Reino kurang suka, dia bisa menolaknya. Namun mengingat keluarga Intan dan Keluarga Reino persahabatannya begitu erat, Reino jadi tidak enak menolak Intan.

Sebisa mungkin Reino menyesuaikan dengan karakter Intan. Meski dia kurang suka dengan pendapat wanita itu, namun bukankah pernikahan itu harus bisa menerima baik buruknya seorang pasangan? Iyah, Reino harus belajar menerima Intan.

"Rei.." Panggil Intan.

"Hm?"

Intan kini memejamkan matanya di depan Reino. Tangannya masih menggantung manja di leher laki-laki itu. Reino yang melihat itu jadi bingung harus berbuat apa.

Tangan Reino bergetar hebat. Dia tampak ragu untuk memejamkan matanya. Namun jika harus menolak, dia tidak enak pada Intan. Dengan keberanian yang ada, Reino mulai memejamkan mata. Jantungnya semakin berdetak hebat, sesak di dadanya mulai terasa. Bayangan-bayangan masa lalunya mulai muncul.

My Perfect TeacherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang