004 Perhatian

457 35 2
                                    

Tiba-tiba ada yang menyerang dari belakang dan itu membuat dua manusia itu terkejut.
"Awas nyimas"

"Aaaaa raden!!"

Raden Kian Santang segera menarik Kirana agar tidak terkena serangan orang misterius hingga hampir saja terjatuh mereka berdua dan pandangan mereka berdua saling terkunci satu sama lain.
"Maaf raden hamba tidak sengaja."
"Tidak apa apa nyimas,aku juga meminta maaf karena menyentuh tubuhmu tanpa izin."

Tiba-tiba mereka berdua menjadi canggung. Dan muncullah Yudakara, musuh abadi Raden Kian Santang.
"Mau pergi kemana kalian."
"Kami hanyalah sepasang suami istri yang mengembara ingin ke pajajaran. Kenapa khisanak, apakah khisanak ada masalah?"
"Jika kau ingin ke Pajajaran langkahi aku dulu!"
"Aku tidak mungkin menggunakan juruh belah raga, jika aku menggunakan jurus belah raga maka Yudakara akan tahu kalau aku telah kembali." Batin Raden Kian Santang.

"Nyimas tunggu di sini."

Serangan dadakan itu membuat kian santang terkejut dan jatuh pingsan
"Aku tidak mungkin memanggil Raden Kian Santang." Batin Kirana.

"rakaaaa!!! Apa yang khisanak lakukan terhadap suamiku."
"Matilah kau,berani sekali kau melawanku."

"Aku harus membawa raden pergi dari sini dan memberikan totokan nadi." Batin Kirana.

"Ingatlah khisanak aku akan kembali jika suami mati,maka nyawa harus di bayar nyawa camkan itu."

Setelah mengucapkan itu Kirana membawa Raden Kian Santang pergi meninggalkan Yudakara, hingga ia menemukan tempat yang aman.
"Bertahanlah raden. Jangan biarkan dia pergi dulu.haha raden kita istirahat disini dulu, setidaknya kita hampir sampai di pajajaran.Jagat dewa batara tubuh raden hangat aku harus cepat cepat memberikan totokan nadi." Batin Kirana.
Setelah ditotok oleh Kirana, Raden Kian Santang tiba tiba bangun dan sadarkan diri.

"Kau telah sadar Raden."
"Ya, sebenarnya siapa nyimas, kenap nyimas bisa menyembuhkan racun dari Yudakara."
"Hamba hanya seorang pengembara raden, mari kita lanjutkan perjalanan kita raden,oh ya raden,kenapa raden mengaku kita adalah pasangan suami istri?"
"Dia adalah Yudakara orang yang paling membenci ku dari kecil. Maka aku beralasan seperti itu, apakah kau keberatan?"
"Tidak hamba sama sekali tidak kebenaran."
"Sebaiknya kita lanjutkan nanti saja perjalanan kita, ini sudah hampir masuk waktu magrib, sebaiknya kita sholat dulu, apakah nyimas keberatan?"
"Saya tidak keberatan raden."

Raden Kian santang pun sudah menyelesaikan sholat magribnya,tetapi ia sangat lelah,dan ia pun memutuskan untuk bermalam dikubuk ini dulu.
"Apakah kau keberatan jika kita bermalam di sini?"
"Tidak raden"

Raden Kian Santang dibuat terkejut dengan Kirana yang membawa nampan berisi makanan yang entah ia dapatkan dari mana.

"Kau memasak? Bagaimana cara kau mendapatkan bahan-bahanya? Bagaimana cara kau menyiapkan apinya?"
"Sehabis raden masuk untuk sholat aku mencari bahan-bahan untuk memasak di dekat sini, dan kebetulan ada seorang nenek tua yang memberikan labu dan pisang ini, laku aku mengambil kayu di ranting kayu itu, aku menggosok batu untuk menghidupkan apinya, karena aku yakin raden lapar dan lelah."
"Terimakasih, nanti jika nyimas mengantuk tidurlah di kakiku karena kubuk ini kita tidak tau siapa yang punya, jadi tidak baik kita masuk dan tidur, nyimas tidak perlu takut aku tidak akan berbuat yang di luar batas."
"Baiklah raden, terimakasih raden sangat perhatian terhadapku."

Setalah selesai makan mereka pun tidur, Kirana tidur dan meletakkan kepalanya di atas paha Raden Kian Santang dan Raden Kian Santang pun tidur dengan menyenderkan kepalanya di dinding kubuk itu.

***

Semua orang terlihat memenuhi gerbang kerajaan Padjajaran hanya sekedar untuk melihat-lihat. Hari ini, Syekh Nurdjati bersama Raden Walangsungsang dan Nyimas Rara Santang akan meninggalkan istana Padjajaran menuju kerajaan Majapahit. Mereka akan mencari kebenaran mengenai kematian Raden Jayakatwang.

KISAH CINTA RADEN KIAN SANTANG DAN NYIMAS DEWI RENGGANISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang