Sedangkan di istana Pajajaran saudara-saudara Raden Kian Santang dan Rara Santang yang sedang berlatih ilmu kanuragan bersama.
"Mari rai kita mulai latihannya?" ajak Walangsungsang kepada Surawisesa
"Baiklah raka mari!" jawab surawisesa
Semuanya berlatih pedang Gagak Ngampar berlatih ilmu strategi perang, Walangsungsang berlatih tombak, Surawisesa berlatih ilmu pedang, untuk mengkatkan kemampuannya sampai menjelang sore.
***
Akhirnya Raden Kian Santang dan Rara Santang telah sampai di atas bukit gunung kelud menikmati senja yang begitu indah. Sampai-sampai Rara Santang terpukau akan keindahannya untuk menikmati senja yang begitu indah.
"Bagaimana yunda, apakah yunda menyukainya?" tanya Raden Kian Santang sambil melihat wajah cantik Rara Santang yang begitu mempesona yang melihatnya.
"Kau benar rai, ini sangatlah indah. Aku menyukainya, terimakasih rai." Jawab Rara santang sambil terus tersenyum memandangi senja yang begitu indah dari atas bukit gunung kelud.
"Sama-sama yunda." Jawab Raden Kian santang menatap lurus kedepan menikmati indahnya senja yang begitu indah bersama yundanya Rara Santang.
***
Saat ini Raden Gagak Ngampar, Walangsungsang, dan Surawisesa sedang berlatih tapi dikejutkan dengan kedatangan prabu Siliwangi, sehingga membuat mereka mengakhiri latihan mereka terhenti.
"Ada hal penting apa yang membuat ayahanda kemari?" tanya Gagak Ngampar kepada ayahanda prabu Siliwangi yang sudah ada dihadapannya membelakanginya dan saudaranya.
"Ayahanda mendapat firasat buruk tentang kerajaan Pajajaran putraku, jadi kalian berhati-hatilah jangan keluar istana Pajajaran karena sebentar lagi Pajajaran akn diserang oleh musuh putraku." Jelas Prabu Siliwangi kepada ke tiga putranya yang sudah berada didepannya.
"Baik ayahanda, kapan Pajajaran akan diserang ayahanda?" tanya Walangsung sanya dan diangguki Gagak Ngampar dan Surawisesa.
"Ayahanda tidak tahu putraku, jadi ayahanda minta kalian bersiaplah jika harus berperang di istana Pajajaran." Jelas prabu Siliwangi.
"Sandika ayahanda prabu." Jawab Raden Gagak Ngampar, Walangsungsang, dan Surawisesa serempak sambil meninggalkan tempat latihan meninggalkan prabu Siliwangi Sendirian.
"Semoga tidak menimbulkan banyak korban jiwa, cepat kembalilah putraku Kian Santang dan putriku Rara Santang, istana Pajajaran sedang dalam bahaya putraku putriku.." Batin Prabu Siliwangi sambil menatap sendu lurus kedepan.
***
Saat ini Raden Kian Santang dan Rara Santang menanap senja yang hampir saja hilang dari pandangannya.
"Mari yunda kita kembali ke istana Pajajaran, aku mendapatkan firasat buruk mengenaik kuluarga Pajajaran yunda." Jawab Raden Kian Santang sambil menatap yundanya.
"Aku juga mendapat firasat buruk yunda, mari rai kita berangkat sekarang." Ajak Rara Santang tapi ditahan oleh Raden Kian Santang membuat Rara Santang menghadapnya lagi.
"Kenapa Rai?" tanya Rara Santang kepada Raden Kian Santang yang menatapnya dengan tersenyum.
"Aku akan membelah ragaku yunda untuk kembali ke istana Pajajaran, aku tahu yunda pati capek jadi yunda beristirahatlah terlebih dahulu setelah beberapa saat kita langsung menuju Pajajaran membatu ragaku yunda." Jelas Raden Kian Santang
"Baiklah rai!" jawab rara Santang menuruti ucapan Raden Kian Santang. Dan meninggalkan Raden Kian Santang yang masih berdiri membelakanginya.
"Bismillahirrohmanirrohim.." ucap Raden Kian Santang seraya membelah raganya menjadi dua.
"Kau pergilah terlebih dahulu ke istana Pajajaran, nanti aku akan menyusulmu bersama yunda Rara Santang." Jelas Raden Kian Santang kepada raga keduanya, yang dijawab anggukan kepala.
"Semoga semuanya baik-baik saja ya allah." Bain Raden Kian Santang dan mengistirahatkan badannya bersandar disamping yundanya Rara Santang.
***
Saat ini terdapat sorang gadis yang sedang kebingungan disuatu tempat yang begitu indah.
"AKU DIMANA?" tanya seorang gadis dengan memandang segala arah.
Tiba-tiba ada sosok laki laki yang melewatinya tanpa senyum sedikitpun.
"RADEN KIAN SANTANG SEDANG APA KAU DISINI?" tanya seorang gadis dengan sedikit berterik tapi dihiraukan oleh Raden Kian Santang dan langsung lari mengejar Raden Kian Santang sambil memegang tangannya.
"Raden Kian Santang aku meminta maaf karena telah membohongimu, sekali lagi aku mohon maaf." Jelas seorang gadis yang tak lain Nimas Dewi Rengganis sambil sesekali meneteskan air matanya.
Raden Kian Santang menatap sekilas, melepas genggaman tangannya yang digenggam Nimas Dewi Rengganis secara perlahan dan melanjutkan perjalanan lurus kedepan dengan pandangan kosong meninggalkan Nimas dewi Rengganis sendirian yang menangis.
"RADEN KIAN SANTANG JANGAN TINGGALKAN AKU!!" teriak Nimas Dewi Rengganis dengan air mata yang terus turun.
***
"RADEN KIAN SANTANG JANGAN TINGGALKAN AKU!!" teriak Nimas Dewi Rengganis dengan keringat bercucuran diwajahnya dengan air mata yang terus menetes dan bangun dari tidurnya.
"Mimpi apa aku tadi, ya allah tolong hambamu ini semoga Raden Kian Santang mau memaafkan hamba ya allah." Batin Dewi rengganis
Dewi rengganis bangkit dari tidurnya menatap jendela dengan pandangan kosong keluar jendela. Sampai tak sadar ada seorang yang berjalan dibelakangnya sambil penepuk pundak Dewi Rengganis hingga membuat Dewi Rengganis terkejut.
"Apa yang sedang kau pikirkan putriku?" tanya Ratu Mawar kepada putri satu-satunya.
"Tidak ada ibunda, bagaimana bisa aku berada disini ibunda bukankan aku tadi berada dihalaman istana?" tanya Dewi Rengganis yang bingung bagaimana bisa dirinya berada diwismanya padahal tadi dirinya berada dihalam istana dan bertarung melawan para pemberontak.
"Tadi kamu pingsang putriku karena kau tidak bisa mengendalikan belati petir milikmu." Jelas Ratu Melati
"Sebelum aku pingsan seingatku aku melawan seseorang ibunda, siapakah dia ibunda?" tanya Dewi Rengganis sambil mengingat siapa yang dia lawan.
"Kau melawan Raden Kian santang putriku." Jelas Ratu Melati. Jawaban Ratu Melati membuat Dewi Rengganis terkejut.
"Lalu dimana Raden Kian Santang ibunda?" tanya Dewi Rengganis setelah menghilangkan rasa terkejutnya.
"Raden Kian Santang sudah pergi putriku setelah menolongmu mengendalikan belati Petir, dan kau pingsan putriku." Jelas Ratu Melati kepada putrinya Dewi Rengganis.
"Pergi kemana Raden Kian Santang ibunda?" tanya Dewi Rengganis yang penasaran akan keberadaan Raden Kian Santang.
"Raden Kian Santang pergi ke gunung Kelud bersama Nimas Rara Santang, putriku." Jelas Ratu Melati.
"Kenapa Raden Kian Santang mengajak Nimas Rara Santang ke gunung kelud ibunda?" tanya Dewi Rengganis yang penasaran akan tujuannya.
"Kata Nimas Rara Santang, dia diajak Raden Kian Santang untuk melihat pemandangan dari atas gunung kelud yang begitu indah dan menghabiskan waktu berdua setelah berpisah lima tahun lamanya, putriku." Jelas Ratu Melati kepada putrinya.
"Kenapa Raden Kian Santang tidak mengajakku padahal dia sudah sampai disini, apa dia masih marah kepadaku, semoga saja tidak. Aku rindu kepadamu Raden Kian Santang." Batin Dewi Rengganis.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
KISAH CINTA RADEN KIAN SANTANG DAN NYIMAS DEWI RENGGANIS
RomanceKisah cinta antara Raden Kian Santang dan Nyimas Dewi Rengganis, hanya karangan belaka.....