Keesokan harinya raden kian Santang sedang berjalan bersama nimas Rara Santang sedang berjaln tergesa-gesa, membuat mereka bingung dan bertama kepada salah satu penduduk yang lewat disampingnya.
"Ada apa dengan mereka semua yunda?" tanya Raden Kian Santang kepada yundanya Rara Santang melihat banyak sekali penduduk yang menuju satu arah.
"Aku tidak tahu rai, sebaiknya kita tanyakan saja pada salah satu penduduk yang lewat!" jawab Nimas Rara Santang, tiba-tiba ada penduduk yang lewat didepan mereka.
"Permisi paman." Tanya Raden Kian Santang
"Iya Kisanak ada apa?" jawab dan tanya salah satu penduduk yang lewat didepan mereka.
"Ini ada apa paman mengapa semua penduduk lari menuju kesana?" tanya Rara Santang kepeda penduduk yang dihentikan Raden Kian Santang sambil menunjuk kearah yang banyak penduduk tuju.
"Begini kisanan gusti prabu Brawijaya akan menghukum mati orang yang telah membunuh putranya Raden Jayakatwang hari ini, makanya kami ingin melihatnya mari kisanak, nisanak. Sampurasun." Jelas penduduk yang lewat didepan Raden Kian Santang dan Nimas rara Santang. Kemudian penduduk itu pergi meninggalkan Raden Kian Santang dan Nimas Rara Satang dan menyul penduduk lain menuju istana Majapahit.
"Mari rai kita melihat kesana." Ajak Rara Santang kepada rainya Raden Kian santang.
"Mari yunda." Jawaban Kian Santang, mereka berdua melanjutkan perjalanan menuju istana Majapahit untuk melihat hukuman yang pantas untuk orang yang telah membunuh Raden Jayakatwang.
***
Keesokan harinya di kerajaan Majapahit sudah ramai rakyat Majajpahit yang akan menyaksikan hukuman terhadap penghianat istana dan pembunuhan terhadap putranya Jayakatwang.
Raden Kian Santang dan Nimas Rara Santang menyaksikan saja bersama para penduduk Majapahit dengan cara menyamar, dan mengenakan capig untuk menutupi wajahnya agar tidak ketahuan oleh siapaun.
"Ini adalah bentuk hukum yang ada pada kejajaan Majapahit terhadap apa yang telah dilakukan Patih Nirwana dan Senopati Agra terhadap kerajaan Majapahit dan kerajaan Pajajaran. Hukuman untuk mereka yaitu hukuman mati atas apa yang telah mereka perbuat, dengan cara mengadu domba kerajaan Majapahit dan Kerajaan Pajajaran, dengan cara membunuh putraku Jayakatwang dan menuduh prabu Siliwangi sebagai pembunuhnya. Tapi sebelum aku menjatuhkan hukuman terhadap prabu Siliwangi, Raden Kian Santang datang dan mengungkap tentang kematian putraku Jayakatwang. Maka dari itu aku membebaskan prabu Siliwangi dan keluarganya." Jelas Brawijaya didepan para warganya yang terjadi terhadap putranya.
"Mohon ampun gusti prabu Brawijaya bagaimana Raden Kian Santang mengungkap itu semua, yang menurut hamba itu sangat mustahil, bahkan semua bukti yang kita miliki mengarah kepada gusti prabu Siliwangi?" tanya rakyat Majapahit yang penasaran
"Ayahanda ijinkan aku menceritakan apa yang sebenarnya terjadi!" mohon putri Dewi Rengganis sambil mengatupkan kedua tangan didepan dadanya.
"Silahkan putriku, ayahnda ijinkan." Memberi izin Prabu Brawijaya terhadap putrinya menceritakan kejadian yang sebenarnya.
"Begini paman.. bibi.. Pada saat aku kabur dari istana, aku bertemu dengan Raden Kian Santang sedang solat dan suaranya sungguh merdu. Aku menghampirinya dan mengajak Raden Kian Santang bertarung, awanya ia menolah dan aku mengajak ia berlatih dan menerimanya. Sejak saat itu aku berguru kepadanya awalnya ia juga menolah, setelah aku meyakinkannya akhirnya ia menerimaku dan aku sudah masuk islam. Selama perjalanan aku banyak menanyakan banyak hal darinya. Ternyata Raden Kian Santang mengembara keluar istana selama 5 tahun dan baru akan kembali ke istana Pajajaran. Selama perjalanan pula aku melihat semua sikapnya berwibawa, tegas, bijaksana, sopan, dan masih banyak lagi. Saat aku dan Raden Kian Santang sampai istana Pajajaran ia terkejut dengan istana Pajajaran yang sudah kacau, banyak kerusakan dimana-mana. Tiba-tiba datang seorang pajurit yang mengatakan istana Pajajaran diserang oleh Kerajaan Majapahit. Setelah mendengar itu Raden Kian Santang memejamkan matanya, entahlah aku tidak tahu apa yang ia lakukan. Setelah mata nya terbuka Raden Kian Santang menatap perajurit itu dan bertanya dimana patih Nirwana, setelah mengetahui ia menyuruh perajurit itu untuk menjagaku dan menatapku begitu dingin yang biasanya ia menatapku begitu hangat kepadaku. Setelah menatapku ia masuk kedalam istana yang hancur, dan keluar membawa patih Nirwana dengan keadaan yang sudah babak belur menghampiriku dan perajurit yang menjagaku. Setelah sampai dihadapanku Raden Kian Santang memejamkan mata kembali, setelah beberapa saat ia membuka matanya kembali. Secara tiba-tiba ada sebuah cahaya yang begitu berkilau dan terlihatlah ratusan ribu pangeran dan putri memberi hormat kepada Raden Kian Santang, aku dan perajurit tadi hanya bisa menyaksikan dan bingung, kenapa banyak pangeran dan putri dari masing-masing kerajaan berkumpul hanya dengan panggilan Raden Kian Santang saja langsung berkumpul. Setelah semua berkumpul Raden Kian Santang meminta pendapat terhadap para pangeran dan putri itu, mereka menyarankan untuk melakukan penyerangan secara diam-diam kepada Majapahit supaya tidak banyak korban, dan Raden Kian Santang menyetujuinya. Sebelum para pangeran dan putri itu pergi mereka memberikan sesuatu kepada Raden Kian Santang, yang merupakan pakaian dan mahkota yang sangat indah bahkan melebihi para raja-raja ditanah pasundan ini. Setelah selesai memberi hadiah kepada Raden Kian Santang, para pangeran dan putri pergi meninggalkan Raden Kian Santang. Setelah itu, Raden Kian Santang menyuruh perajurit menjaga istana dan melarang siapapun keluar istana, setelah aku, Raden Kian Santang, dan patih Nirwana berada diluar istana, Raden Kian Santang mengeluarkan sebuah busur panah yang aku tidak tau untuk apa itu. Kemudian Raden Kian Santang mengarahkan Busur panah itu keatas istana Pajajaran dan terlihatlah perisai pelindung yang sangat kuat. Setelah itu kami bertiga meninggalkan istana Pajajaran dan menuju istana Majapahit, aku tidak tahu apa yang Raden Kian Santang lakukan, hanya butuh beberapa saat ia sudah sampai didepan gerbang istana Majapahit, dan mengeluarkan busur panah seperti yang Raden Kian Santang gunakan tadi semasa di istana Pajajaran. Kemudian perisai pelinding terlihat, Raden Kian Santang memasukkan busur panah kedalam dirinya, dan mengeluarkan tongkat, menghentakkannya satu kali ketanah, secara tiba-tiba semua perajurit dan orang istana tidak bisa bergerak yang dapat bergerak hanya kami bertiga saja, kemuadian Raden Kian Santang menuju Balairoom dan menunjukkan kejadian dimasa lalu mengunakan jurus napak lalu, jurus yang melegenda. Bahkan jurus itu sudah hilang dari tanah pasundan." Jelas Dewi Rengganis menceritakan awal ketemunya dengan Raden Kian Santang dan awal kemarahan Raden Kian Santang, dengan sesekali meneteskan air matanya.
Semua penduduk Majapahit dan semua orang hanya bisa melongo, mendengar kesaktian dan kehebatan dari Raden Kian Santang.
"Perajurit bawa patih Nirwana dan senopati Agra ketiang gantungan sekarng juga." Perintah prabu Brawijaya kepada perajuritnya.
"Sandika gusti prabu." Ucap prajurit sambil melakukan sembah hormat tangan didada dan membawa patih Nirwana dan senopati Arga ke tiang gantungan.
"Lakukan sekarang."
"Sandika gusti prabu." Ucap perajurit sambil menarik tali tiang gantungan, namun tiba tiba tali terlepas dan ada tiga orang berpakaian serba hitam membawa patih Nirwana dan Senopati Agra kehalaman istana dan melepaskan tali yang mengikatnya.
"SIAPA KAU, PATIH SUKMAJAYA KEJAR MEREKA JANGAN SAMPAI MEREKA LOLOS." Murka prabu Brawijaya.
"SANDIKA GUSTI PRABU." Jawaban patih Sukmaja mengejar orang yang menolongpatih Nirwana dan senopati Agra.
Prabu Brawijaya dan Dewi Rengganis menyusul patih Sukmajaya menuju halaman istana untuk membantu menangkap orang yang telah menolong patih Nirwana dan senopati Agra.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
KISAH CINTA RADEN KIAN SANTANG DAN NYIMAS DEWI RENGGANIS
RomanceKisah cinta antara Raden Kian Santang dan Nyimas Dewi Rengganis, hanya karangan belaka.....