020 Pedang

419 29 3
                                    

Pertarungan antara kerajaan Pajajaran dan kerajaan Kumparan Putih terus berlanjut sampai-sampai pasukan dan keluarga Pajajaran sudah kewalahan, tapi tiba-tiba ada sebuah pedang yang menancap tepat ditengah pertempuran membuat yang lain bingung kecuali seorang laki-laki yang melawan prabu Siliwangi yang melihat pedang itu ia mulai menghentikan serangan terhadap prabu Siliwangi yang sudah terjatuh.

"Itu kan pedang Felix, apakah itu dia ada disini. Tapi kalau itu beneran dia lebih baik aku menghentikan seranganku sebelum dia marah kepadaku dan kerajaan Kumparan Putih, iya aku harus menghentikan pertempuran ini." Batin seorang laki-laki yang menyerang prabu Siliwangi.

"HENTIKAN SERANGAN KEMBALI KEBARISAN!!" ucap seorang laki-laki dengan lantang membuat semua yang berada disana bingung termasuk pasukan Pajajaran dan pasukan Kumparan Putih.

"SANDIKA PATIH DWIPANGGA" ucap pasukan Kumparan Putih langsung membentuk barisan dibelakang patih Dwipangga.

Setelah melihat pasukannya berbaris dibelakangnya, patih Dwipangga membungkukkan badan dihadapan pedang felix membuat yang lainnya bingung.

"Apa yang sebenarnya terjadi, hanya karena sebuah pedang mereka berhenti. Pedang apa itu sehingga mampu menghentikan pertempuran ini dan membuat orang itu membungkukkan badannya." Batin Prabu Siliwangi yang penasaran.

"Apa yang terjadi dengan patih Dwipangga, sehingga menghentikan pertempuran hanya dengan sebuah pedang yang berada dihadapannya dan membungkukkan badannya." Batin perajurit Kumparan Putih terheran-heran.

"Pedang apa itu, sehingga mampu menghentikan pertempuran ini." Batin Raden Gagak Ngampar, Walangsungsang, dan Surawisesa

"Apa yang terjadi ini, kenapa semuanya berhenti menyerang Pajajaran." Batin Nimas Rara santang.

"Alhamdulillah.. pertempuran akhirnya berhenti tapi apa yang terjadi kenapa pasukan musuh menghentikan pertempuran ini, dan pedang apa itu." Batin Ratu Ambet Kasih dan Subang Larang

"Jagat dewa batara apa yang terjadi ini kenapa pertempurannya tiba-tiba berakhir." Batin Ratu Kentring Manik

Tiba-tiba ada seorang pemuda berpakaian putih datang dengan melompati pasukan Kumparan Putih dan mengambil pedang Felix yang tertancap dihadapan Patih Dwipangga dan memasukkannya kedalam tubuhnya, membuat yang lain penasaran.

"Putraku Kian Santang bukankah ia sudah tewas tapi apa yang terjadi ini, kenapa musuh tunduk dihadapan putraku Kian Santang." Batin Prabu Siliwangi, Ratu Ambet Kasih, Subang Larang, dan Kentring Manik.

"Alhamdulillah Raden Kian Santang masih hidup. Tapi apa yang terjadi sehingga mampu membuat pasukan musuh tunduk dihadapannya" Batin Syekh Nurjati dan senopati Anggapati.

"Alhamdulillah Rayi Kian Santang masih hidup, tapi apa yang sebenarnya terjadi kenapa musuh tunduk dihadapannya." Batin Raden Gagak Ngampar dan Walangsungsang.

"Alhamdulillah Rai kau menyusulku tepat waktu. Tapi kenapa musuh tunduk dihadapan rai Kian Santang, sebenarnya apa yang terjadi." Batin Rara Santang

"Apa yang terjadi kenapa pasukan musuh tunduk dihadapan raka Kian Santang." Batin Surawisesa

Lalu kami melihat Raden Kian Santang dan seorang pemuda yang masih membungkukkan badannya dihadapan Raden Kian Santang. Lalu kami berusaha berdiri menghadap musuh didepan kami.

"Salam hormatku raden!" ucap Patih Dwipangga memberi hormat dihadapan Raden Kian Santang membuat yang lain bingung dan terkejut.

"Berdirilah paman patih Dwipangga sudah empat tahun lebih aku tak bertemu denganmu, sebenarnya apa yang terjadi paman patih Dwipangga sehingga kau datang ke Pajajaran dan menyerang Pajajaran?" tanya Raden Kian Santang sambil membantu patih Dwipangga berdiri.

"Begini Raden, Kerajaan Pajajaran mengajak kerajaan Kumparan Putih berperang diistana Pajajaran. Maka dari itu gusti prabu Antariksa mengutus hamba dan pasukan hamba melawan Pajajaran raden." ucap patih Dwipangga membuat keluarga Pajajaran bingung.

"Paman patih Dwipangga sepertinya ini terjadi kesalah pahaman yang membuat kerajaan Kumparan Putih dan Pajajaran bertempur." Ucap Raden Kian Santang membuat patih Dwipangga bingung.

"Maksud Raden?" tanya Patih Dwipangga yang masih kebingungan.

"Begini paman patih Dwipangga, tidak mungkin Kerajaan Pajajaran mengajak berperang dengan kerajaan Kumparan Putih tanpa sebab. Kalau boleh tahu Siapa yang mengabarkan kalau Kerjaan Pajajaran mengajak berperang dengan Kerajaan Kumparan Putih di istana Pajajaran?" tanya Raden Kian Santang untuk menyelesaikan masalah antara Pajajaran dan Kumparan Putih.

"Yang menyampaikan kabar itu seorang nenek tua, berambut putih, berbaju hitam dan memakai tongkat bersama dua cucunya, Raden." Jawab patih Dwipangga memberi tahu kepada Raden Kian Santang.

"Begini paman patih Dwipangga, mereka adalah Nyi Rompang, Yudakara, dan Prahasini. Mereka ingin mengadu domba kita semua, sebelumnya mereka mengadu domba Pajajaran dan Majapahit dengan cara membunuh Raden Jayakatwang dan memfitnah ayahndaku prabu Siliwangi." Jelas Raden Kian santang dengan tegas dan berwibawah.

"Lalu dimana mereka Raden. Hamba harus membuat pembalasan untuk mereka yang telah mengadu domba kerajaan Kumparan Putih dan Pajajaran?" ucap patih Dwipangga dengan tegas dan berwibawah didalam ucapannya terdapat amarah.

"Mohon maaf paman patih Dwipangga, mereka telah ditawan kerajaan Majapahit karena telah berani membebaskan tawanannya patih Nirwana dan Senopati Agra." Ucap Raden Kian Santang

"Siapa patih Nirwana dan Senopati Agra, Raden?" tanya Patih Dwipangga

"Begini paman patih Dwipangga mereka berdua orang yang telah membunuh Raden Jayakatwang putra prabu Brawijaya. Mereka berdua juga telah mengadu domba kerajaan Majapahit dan kerajaan Pajajaran beberapa hari yang lalu." Ucap Raden Kian Santang membuat yang lain mengerti.

"Mohon ampun Raden, hamba tidak berani menjelaskan ini semua kepada gusti prabu Antariksa takutnya nanti terjadi kesalah pahaman lagi, bisakah raden ikut bersama hamba dan pasukan hamba untuk menjelaskan ini semua kepada gusti prabu Antariksa." Ucap patih Dwipangga

"Baiklah paman patih Dwipangga aku akan ikut bersamamu, tapi aku akan ijin terlebih dahulu kepada ayahandaku dan ibundaku terlebih dahulu." Ucap Raden Kian Santang menyetujui ajakan Patih Dwipangga.

"Baiklah Raden." Ucap patih Dwipangga menyetujui ucapan Raden Kian Santang.

Raden Kian Santang berjalan mendekati prabu Siliwangi dan keluarganya yang berada dibelakangnnya. Setelah sampai ia memberi hormat kepada ayahandanya dan keluarganya dengan sedikit membungkukkan badannya sebentar lalu berdiri seperti semula.

"Ayahanda, ibunda, raka, yunda, rai, aku mohon ijin untuk ke kerajaan Kumparan Putih untuk menjelaskan kesalahpahaman ini kepada prabu Antariksa." Ucap Raden Kian Santang

"Ayahanda mengijinkanmu putraku berhati-hatilah, cepat kembali ke Pajajaran putraku." Ucap Prabu Siliwangi memberikan izin kepada putranya.

"Terimakasih ayahanda prabu, kalau begitu aku mohon pamit." Ucap Raden Kian Santang

"Ayahanda ijinkan aku ikut bersama rai Kian Santang, ayahanda." Ucap Rara Santang

"Ayahanda mengijinkanmu putriku untuk pergi bersama rai mu Kian Santang." Ucap Prabu Siliwangi

"Assalamualaikum.. Sampurasun.." ucap Raden Kian Santang dan Nimas Rara Santang

"Waalaikumsalam.." ucap Ratu Ambet Kasih, Subang Larang, Raden Gagak Ngampar, Walangsungsang, dan Syekh Nurjati.

"Rampes.." ucap Ratu Kentring Manik, Raden Surawisesa, dan Senopati Anggapati.

KISAH CINTA RADEN KIAN SANTANG DAN NYIMAS DEWI RENGGANISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang